Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal, Ahmad Safrudin, mengatakan kabut polusi yang mencemari udara di langit Jakarta turut berdampak terhadap perubahan iklim.

"Dampak ini cukup besar dari sektor transportasi," kata Ahmad Safrudin di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Greenpeace: lidah mertua bukan solusi tepat atasi polusi udara Jakarta

Baca juga: KPBB sarankan lima aspek perbaiki kualitas udara Jakarta


Dia mengungkapkan parameter pencemaran karbon monoksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil untuk menggerakkan kendaraan bermotor sebesar 84 persen, domestik 12 persen dan industri 4,0 persen.

Karbon monoksida terbentuk akibat proses pembakaran yang tidak sempurna. Gas ini merupakan salah satu penyumbang terbesar terjadinya efek rumah kaca yang berdampak terhadap perubahan iklim.

Di Jakarta, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar dan bensin untuk kendaraan bermotor sekitar 18 juta - 20 juta kiloliter per tahun.

"Emisi gas rumah kaca terkait perubahan iklim sekitar 50 juta ton karbon monoksida, sementara angka nasional sekitar 173 juta ton dari sektor transportasi per tahun," paparnya.

Baca juga: Mikroorganisme di dedaunan membusuk bisa serap karbon monoksida

Ahmad mengungkapkan bahwa emisi karbon monoksida yang ada di langit Jakarta dapat memperbesar gas rumah kaca, meningkatkan suhu rata-rata permukaan yang ujungnya menyebabkan perubahan iklim.

Kondisi perubahan iklim yang terjadi akibat percemaran udara itu merujuk pada perubahan keadaan rata-rata iklim secara signifikan dalam hitungan periode panjang.

"Untuk mengatasi pencemaran udara Jakarta, maka perlu menerapkan pengendalian emisi sektor transportasi dengan konversi bahan bakar gas (BBG)," ujarnya.

Konversi bahan bakar minyak menjadi gas, lanjut Ahmad, dapat menurunkan partikel polusi di udara hingga 90 persen dan membuat langit Jakarta lebih bersih.

"Ada tiga parameter yang hilang (menggunakan bahan bakar gas), yaitu sulfur dioksida, PM 10 dan PM 2,5 bahkan karbon monoksida," katanya.

Baca juga: Ini dia salah satu upaya urai polusi udara Jakarta

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019