Pontianak (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menyatakan sebuah perusahaan asal India tertarik untuk ikut mengelola Uranium yang tersebar di beberapa kabupaten di provinsi itu seperti Kabupaten Melawi dan Sintang. "Perusahaan itu bergerak di bidang umum karena radiasi nuklir manfaatnya tidak hanya untuk persenjataan tetapi bidang-bidang lain yang bermanfaat bagi umat manusia," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kalbar, Iskandar Zulkarnaen di Pontianak, Jumat. Untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain, Pemprov Kalbar kesulitan karena belum ada payung hukum yang mengatur mengingat Uranium termasuk bahan tambang yang strategis. Sementara informasi yang diperoleh dari pihak Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), kerjasama dengan pihak ketiga memungkinkan. "Tetapi KP (Kuasa Pertambangan) untuk Uranium tetap dipegang oleh Batan sedangkan operasional oleh pihak ketiga," katanya. Namun, lanjutnya, hal itu belum dapat dijadikan acuan karena sifatnya masih dalam tataran kemungkinan. "Untuk itu dibutuhkan payung hukum seperti Keppres (Keputusan Presiden). Kabarnya, rancangan Keppres pengelolaan bahan tambang strategis sudah ada tapi masih di Sekkab (Sekretaris Kabinet)," kata Iskandar Zulkarnaen. Kandungan Uranium di Kalbar berdasarkan perkiraan mencapai 24.100 ton sedangkan potensi terukur 910 ton. Cadangan uranium terbesar berada di Kalan, Bukit Ekormaja di Kecamatan Ella Hilir, Melawi. Jumlah cadangan uranium tersebut belum termasuk cebakan uranium yang berada di wilayah Kabupaten Landak dan Sanggau yang diperkirakan kurang lebih sama banyak. Menurut Iskandar Zulkarnaen, dengan potensi terukur sebanyak itu, kurang ekonomis untuk menjadi sumber pembangkit tenaga listrik berkekuatan 1.000 Mega Watt (MW) selama 30 tahun karena dibutuhkan sedikitnya seribu ton Uranium. "Dibutuhkan, biaya besar untuk lebih mengetahui kandungan terukur Uranium di Kallan sehingga peran pihak ketiga amat penting guna melakukan penelitian lebih lanjut," katanya. Ia menambahkan, radiasi yang dihasilkan Uranium tidak hanya berguna untuk sumber energi seperti listrik dan senjata, namun juga sektor lain yang membutuhkan rekayasa genetika misalnya bidang kesehatan, peternakan dan pertanian. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008