Denpasar-London tidak terbang lagi. Kami terbang lewat Medan. Ini cukup signifikan mengurangi kerugian di rute internasional.
Tangerang (ANTARA) - Maskapai Garuda Indonesia  optimistis bisa membukukan laba bersih 70 juta dolar AS pada akhir 2019.

“‘Full year guidance’ kami akan memproyeksikan laba bersih 70 juta dolar AS dan pada kuartal pertama ini sudah 19,7 juta dolar AS,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal dalam konferensi pers public expose insidental di Tangerang, Banten, Jumat.

Dia memaparkan upaya yang dilakukan pertama dengan efisiensi biaya, salah satunya memperpanjang jangka waktu sewa pesawat dan penurunan utilitas pesawat di rute-rute sepi, baik domestik maupun internasional.

“Denpasar-London tidak terbang lagi. Kami terbang lewat Medan. Ini cukup signifikan mengurangi kerugian di rute internasional,” katanya.

Dengan memperpanjang masa sewa pesawat, Fuad mengatakan, pihaknya dapat menghemat biaya 25-30 persen.

Dia menyebutkan saat ini sudah 10-15 unit pesawat yang dilakukan perpanjangan masa sewa.

Dengan memperpanjang masa sewa pesawat juga, lanjut dia, mendukung upaya Garuda untuk mengurangi utang jangka pendek.

“Perusahaan rencana mengurangi porsi utang jangka pendek dengan ‘reprofiling balance sheet’ utang jangka panjang lebih besar dari utang jangka pendek karena lebih menarik investor,” katanya.

Baca juga: Garuda Indonesia Group putus kontrak Rp2,98 triliun dengan Mahata

Selain itu, Fuad juga mengurangi utilisasi pesawat karena dapat menghemat pengaluaran bahan bakar hingga lima persen di Triwulan 1 2019.

“Biaya bahan bakar walau dari Januari terjadi kenaikan 20 persen, tapi bahan bakar kita optimalkan produktivitas. Kita tidak lagi menggeber utilisasi pesawat tapi disesuaikan dengan permintaan di jam-jam sibuk,,” katanya.

Dia menuturkan di sejumlah rute sepi, pihaknya mengurangi frekuensi penerbangan dan upaya tersebut efektif dalam menekan pengeluaran dari sisi bahan bakar.

“Di jam kurang ramai kita kurangi (frekuensi), sehingga volume bahan bakar yang keluar lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya,” katanya.

Namun, Fuad menambahkan untuk rute-rute padat frekuensi penerbangan masih dipertahankan dan tidak dikurangi.

Ia mengaku percaya diri di Triwulan II dan III 2019, kinerja keuangan akan membaik disusul dengan adanya musim ramai Lebaran.

“Laporan keuangan Juni optimis posisi Juni ekuitas berada di atas 800 juta dolar AS. Juli pendapatan Garuda akan lebih baik lagi dan semakin meningkat dari kuartal ke kuartal,” katanya.

Di Triwulan III 2019, dia mengatakan pihaknya juga berencana menerbitkan surat utang (global bond).

Untuk menyiasati harga bahan bakar yang fluktuatif, Fuad mengatakan juga telah melakukan lindung nilai (hedging) dengan bank asing, yakni Singapura dan Hong Kong.

“Kami lakukan dengan bank asing karena komoditas ‘hedging’ avtur belum diperbolehkan untuk di Indonesia,” katanya.

Baca juga: Garuda perpanjang sewa pesawat dan kurangi utilisasi demi laba

Triwulan 1-2019 di mana Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar 19,73 juta dolar AS meningkat dibanding periode sebelumnya yang merugi 64,27 juta dolar AS.

Total ekuitas Garuda sebelum penyajian kembali (restatement) Triwulan I 2019 yakni 971,1 juta dolar AS dan setelah penyajian kembali menjadi 791,1 juta dolar AS.

Sementara itu, piutang Garuda Triwulan 1 2019 sebelum penyajian kembali 283,8 juta dolar AS dan setelah penyajian kembali 19,7 juta dolar AS.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019