Damaskus (ANTARA News) - Suriah pada Sabtu menjadi tuan rumah pertemuan puncak negara-negara Arab namun sebagian negara tak menghadirinya yang dikatakan oleh beberapa pihak sebagai aksi boikot terhadap tuan rumah karena dianggap bertanggung jawab ata terjadi krisi politik di Lebanon. Para pemimpin dari negara-negara Arab sahabat Amerika Serikat antara lain Arab Saudi, Mesir dan Jordan absen yang dikatakan Suriah hal itu merupakan kemenangan AS atas keberhasilan pengaruhnya terhadap negera-negara tersebut. "Mereka (AS) telah melakukan segala hal untuk mencegah pertemuan puncak ini gagal, dan tujuan mereka adalah memecah belah dunia Arab" kata Menteri Luar Negri Suriah Walid Muallem kepada para wartawan pada malamm menjelang pembukaan pertemuan puncak yang akan berlangsung selama dua hari. Washington pekan lalu mendesak negara-negara Arab sahabatnya untuk mempertimbangkan dengan seksama sebelum memutuskan untuk datang hadir ke pertemuan tersebut, dan melancarkan tuduhan bahwa Suriah telah berusaha menghalang-halangi pemilihan presiden baru di Lebanon. Presiden Suriah Bashar al-Assad akan menjadi tuan rumah pertemuan bagi para pemimpin negara-negara Ajazair, Komoros, Kuwait, Libya, Mauritania, Palestina, Qatar, Sudan, Tunisia dan Uni Emirat Arab. Mesir mengirim menteri muda sementara Arab Saudi dan Jordan hanya akan diwakili oleh duta besarnya dan Lebanon juga memboikot pertemuan puncak tersebut. Lebanon tidak memiliki presiden sejak akhir November dan menjalani krisis politik selama lebih dari satu tahun karena ketegangan antara anggota parlemen yang mayoritasnya yang berpikir mengikuti pola Barat, sementara oposisi Hezbollah yang cederung memiliki pertalian dengan Suriah dan Iran. Dalam pidatonya menjelang pertemuan puncak Jumat Perdana Menteri Lebanon Fuad Siniora mengatakan pemerintahnya memutuskan akan memboikot pertemuan tersebut karena Suriah telah ikut campur dalam masalah dalam negri Lebanon. "Lebabon tak memiliki presiden lebih dari kurun waktu empat bulan . Sebelum dan semasa periode tersebut Suriah memainkan perannya dalam krisi tersebut .... ikut campur dalam masalah dalam negri Lebanon dan menghalangi pemilu dari konsesus calon presiden ," katanya. Krisis Lebanon yang paling buruk sejak berakhirnya perang saudara di negri tersebut 1975-1990 dilihat sebagai perpanjangan konflik yang ditudingkan oleh AS dan sahabat-sahabatnya di kawasan Timur Tengah sebagai keterlibatan Suriah dan Iran. Pada Kamis Muallem menghimbau Riyadh untuk menggunakan pengaruhnya guna menyelesaikan masalahnya. "Arab Saudi harus menggunakan pengaruhnya terhadap mayoritas di Lebanon untuk menemukan solusi masalah tersebut, " katanya "Upaya yang dilakukan Suriah tanpa kesertaan yang lainnya tidaklah cukup, pihak Arab yang bersahabat dan memiliki pengaruh terhadap Lebanon, harus mengupayakan usaha mereka ," katanya lagi. Perwakilan tetap Suriah di Liga Arab Yussef al-Ahmad mengatakan karena sebagian negara memboikot maka membuat kesepakatan sebelumnya namun tak akan membahas isu tersebut secara mendetail. "Presiden Suriah (Bashar al-Assad) berkeinginan untuk membahas masalah Lebanon secara rinci seandainya pimpinan Lebanon hadir," kata Yussef al-Ahmad kepada wartawan disela-sela pertemuan menteri luar negri. "Karena Lebanon tidak hadir maka para menteri luar negri Arab memutuskan akan memberikan pernyataan bersama yang telah ditentukan tiga pekabn lalu di Kairo yang menghimbau dukungan bagi Lebanon dan inisiatif Arab terhadap Lebanon." Himbauan inisaif menyeru agar pemnunjukkan kepala staff Angkatan Bersenjata Michel Sleiman sebagai presiden, untuk membentuk pemerintahan nasional bersatu dimana tak ada satu partaipun memiliki hak veto dan membuat undang-undang baru yang mengatur soal pemilu. Pada pertemuan Kamis menteri luar negri Lioga Arab juga mendukung kembali inisiatif negara Arab pada tahun 2002 untuk perdamaian Timur Tengah namun menyampaikan klefrustasian atas penolakan Israel mengikuti rancangan perdamaian yang mere buat, setelah Muallem memngisyaratkan hal itu dapat saja dibahas kembali. "Apabila ada yang mengatakan bahwa inisiatif Arab akan dicabut hal itu tidak benar," kata juru bicara kementrian luar negri Mesir Hossam Zaki yang dikutip AFP. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008