Edinburg (ANTARA News) - Presiden Asosiasi Atletik Amatir Internasional (IAFF) Lamine Diack, Sabtu, menolak tegas rencana pemboikotan Olimpiade 2008 Beijing dan menegaskan bahwa bukanlah tugas atlet untuk menekan pemerintah Cina. Pemerintah Cina akhir-akhir ini mendapat kecaman dari dunia internasioal sehubungan dengan pelanggaran HAM yang terjadi di Tibet. Menurut sumber pemerintah Cina, para perusuh telah membunuh 18 warga tidak bersalah dan dua orang polisi. Tapi para pemimpin perlawanan Tibet di pengasingan mengatakan, korban yang timbul akibat kerusuhan mencapai 140 orang dan mencederai 1000 orang lainnya. Cabang atletik dan senam, merupakan cabang olahraga utama di Olimpiade yang menarik minat jutaan penonton melalui tayangan televisi di seluruh dunia. Menurut Diack, tidak pada tempatnya bila IAAF sebagai organisasi olahraga menekan Cina untuk mengubah kebijakan politik mereka. "Bukan tugas kami untuk menekan pemerintah Cina. Juga bukan tugas kami untuk mencoba mengubah politik pemerintah Cina," kata Diack yang berasal dari Senegal itu. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan bagi masing-masing atlet untuk mengemukakan pandangan mereka. Juara bertahan nomor lintas alam Zersenay Tadese dari Eritrea juga menegaskan bahwa sama sekali tidak terpikir olehnya untuk memboikot Olimpiade 2008 Beijing. "Saya sedang mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade. Apa yang terjadi disana bukan menjadi masalah atlet, tapi masalah pemerintah. Itu adalah masalah politik. Kami sudah siap bertanding," katanya. Sementara juara di bagian putri Tirunesh Dibaba asal Ethiopia juga menyatakan hal yang sama. "Saya adalah seorang atlet. Saya sedang mempersiapkan diri ke Olimpiade dan hanya terfokus pada keikutsertaan di Beijing," katanya. Pada pertemuan di Brdo Pri Kranju di Slovenia, Jumat, para menteri luar negeri Uni Eropa terlihat saling berbeda pendapat soal ide pemboikotan Olimpiade 2008 Beijing, sehubungan dengan krisis di Tibet. Tapi mereka setuju jika Cina mau membuka dialog dengan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama. Namun beberapa pemimpin Eropa Timur, termasuk Presiden Ceko Vaclav Klaus dan rekannya Toomas Hendrik dari Estonia, serta Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, telah menyatakan tidak akan menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Beijing yang berlangsung pada Agustus mendatang. Di tingkat menteri Uni Eropa, Portugal, Spanyol dan Swedia mendukung pilihan Inggris untuk tidak melakukan boikot, tapi beberapa pemimpin negara lainnya belum menyatakan sikap. Menteri Luar Negeri AS Condoleeza Rice dalam sebuah wawancara dengan Washington Times mengatakan, aksi boikot hanya akan mempermalukan rakyat Cina dan tidak efektif, seperti pengalaman yang pernah terjadi di Olimpiade Moskow 1980, demikian AFP.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008