Saat ini cuaca juga ekstrim, jadi banyak persawahan yang mengalami kekeringan.
Indramayu (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mencatat sebanyak 5.666 hektare sawah gagal panen atau puso dikarenakan kekeringan yang melanda daerah itu.

"Dari data terakhir yaitu per 24 Juli, ada 5.666 hektare persawahan yang gagal panen," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu Takmid di Indramayu, Sabtu.

Takmid mengatakan cuaca ekstrim di Indramayu mengakibatkan distribusi air ke lahan pertanian mengalami kendala, disebabkan minimnya debit air dari beberapa waduk.

Selain itu, persoalan lainnya adalah kendala infrastruktur irigasi yang rusak, sehingga air tidak sampai ke areal persawahan dan mengakibatkan kekeringan. "Saat ini cuaca juga ekstrim, jadi banyak persawahan yang mengalami kekeringan," tutur Takmid.

Dari 120 ribu hektare sawah di Indramayu lanjut Takmid, yang mengalami kekeringan ringan seluas 3.184 hektare, sedang 2.436 hektare dan kekeringan berat 4.218 hektare. "Sementara yang terancam kekeringan itu seluas 6.935 hektare," katanya.

Dari semua persawahan yang mengalami kekeringan baik ringan, sedang maupun berat bisa berpotensi gagal panen apabila pada minggu-minggu ini tidak teraliri air.

Sementara itu, Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi Majalengka Ahmad Faiz mengatakan selama tiga bulan Kabupaten Indramayu berpotensi tanpa ada hujan dan ini perlu diwaspadai oleh semuanya.

"Dari peta monitoring, Kabupaten Indramayu paling terdampak, di mana selama 94 hari tanpa hujan," kata Ahmad Faiz.

Ia menuturkan dengan lamanya hari tanpa hujan di Indramayu, itu perlu diwaspadai oleh semuanya, baik pemerintah yang mempunyai kebijakan maupun masyarakat.

Dengan kondisi itu, ujar dia, sangat berpotensi terjadinya kekeringan, baik yang mengancam lahan pertanian, maupun ketidakadaan air bersih.

"Selain itu juga perlu diwaspadai adanya kebakaran lahan atau hutan selama musim kemarau," tuturnya.

Faiz menambahkan saat ini Kabupaten Indramayu memasuki musim kekeringan ekstrim, sebab lebih dari 60 hari di wilayah itu tidak ada hujan. "Ini sudah masuk kekeringan ekstrim, karena lebih dari 60 hari tidak ada hujan," katanya.

Baca juga: Cegah kekeringan, BBWSCC tinjau perbaikan Bendung Pasar Baru Cisadane
Baca juga: PJT II optimalkan pengelolaan pasokan air untuk sawah selama kemarau
Baca juga: Ratusan hektare sawah di Madiun kekeringan

Pewarta: Khaerul Izan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019