Jakarta (ANTARA) - Universitas Pelita Harapan (UPH) berkerja sama dengan UNHCR dan Pemprov DKI menyelenggarakan pendidikan sehat bertajuk "Helping Hands Outreach" bagi anak pengungsi pencari suaka Internasional di Daan Mogot Jakarta Barat, Minggu.

Bangunan dua lantai seukuran 5x6 meter persegi itu resmi dibuka bagi kebutuhan pelayanan pendidikan khusus bagi puluhan anak pengungsi internasional yang sedang mencari suaka.

Pendiri dan Pembina Universitas Pelita Harapan (UPH) James T Riady mengatakan, Helping Out Reach difungsikan sebagai saranan pendidikan dan interaksi bagi anak pengungsi yang telah lama tidak lagi bersekolah.

"Krisis pengungsi merupakan bentuk tanggung jawab kita bersama. Terdapat 14.000 pencari suaka internasional yang tersebar di Indonesia. Sekitar 1.040 pengungsi terdapat di Jakarta Barat. Karenanya, kami mengharapkan setiap orang punya hati, punya kesadaran bahwa mereka ini butuh pertolongan, doa, kepedulian, dan saya sangat bersyukur karena saya melihat pekerjaan yang sudah dilakukan (Pemerintah Provinsi) DKI Jakarta itu luar biasa,” kata James, yang juga menjabat wakil ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang kesehatan dan pendidikan di lokasi penampungan pengungsian di jalan Daan Mogot Jakarta Barat.

Di bangunan bawah, berjejer buku buku bacaan, meja bangku dan sejumlah mainan, pun lantai atas termasuk kelas pelatihan juga ruang bermain.

Ruang kelas dari bangunan dua lantai tersebut dinamakan Helping Out Reach, hasil sinergi UNHCR bersama Universitas Pelita Harapan, Siloam Hospitals Group, dan dukungan Pemprov DKI serta Kementerian Luar Negeri.

Ini kali kedua James Riady berkunjung dan ditemani putrinya, Caroline Riady, selaku Wakil Presiden Direktur Siloam Hospitals Group atas undangan Kementerian Luar Negeri dan UNHCR.

Adapun menurut Hans Deny, salah seorang tenaga pengajar, metoda belajar Helping Out Reach akan dilangsungkan sementara selama 2 hingga 6 bulan dan materi dititik beratkan kepada pola belajar karakter, sikap, budaya dan gaya hidup sehat.

"Hal ini kami fokuskan karena selama ini mereka (anak anak pengungsi) kehilangan masa belajar akibat krisis di negara masing-masing", ungkap Hans.

Ditempat terpisah, Caroline Riady turut mendukung akan sarana layanan kesehatan melalui bakti sosial bersama Siloam Klinik Daan Mogot.

"Kami seoptimal mungkim membantu kesehatan mereka. Dari baksos pertama ini ada sekitar 800 pengungsi yang membutuhkan pemeriksaan medis. Untuk pemeriksaan lebih detail seperti penyakit stroke, jantung dan gangguan saraf lainnya, Siloam Klinik Daan Mogot siap membantu karena jaraknya hunian pengungsi tidak terlalu jauh dari klinik," kata Caroline.

Dari hasil pemeriksaan layanan kesehatan di antaranya 298 balita dan sekitar 200 ibu (termasuk sekitar 40 ibu hamil).

Adapun Jenis obat yang didatangkan disesuaikan dengan keluhan penyakit yang kini diderita para pengungsi berupa infeksi saluran pernafasan, diare, infeksi kulit. Ratusan pengungsi tersebut semuanya diberikan vitamin.

Baca juga: Dinsos DKI: Penampungan pencari suaka kemungkinan diperpanjang
Baca juga: 300 koleksi buku jadi hiburan anak-anak pencari suaka
Baca juga: Ini dia permintaan DPRD DKI terkait pengungsi pencari suaka

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019