Jakarta (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia minta SinemArt Pictures dan tim produksi film layar lebar Ketika Cinta Bertasbih agar menghindari isu SARA dalam membuat film tersebut. "Kami menyambut baik rencana pembuatan film ini. Kami hanya berharap film tersebut dihindari dari hal-hal yang dapat menimbulkan gesekan dengan golongan, bangsa, apalagi umat agama lain," kata Ketua MUI Umar Shihab, ketika bertemu dengan tim produksi film tersebut, di antaranya produser Heru Hendriyanto dan sutradara Chaerul Umam, di kantor Pusat MUI, Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa. Menurut Umar, film Islami sangat baik bila dapat memberikan pencerahan bagi kehidupan bangsa, secara khusus umat Islam. Ia mengatakan MUI selama ini memang menerima baik kunjungan para pembuat film yang bermaksud untuk berkonsultasi, khususnya terkait materi tontonan yang Islami. "Pertemuan konsultasi ini sudah sering, bukan hanya film tetapi juga sinetron televisi," katanya. Sementara itu, Heru Hendriyanto mengatakan pihaknya memang berencana menemui semua organisasi Islam untuk meminta masukkan sebanyak-banyaknya. "Sedapatnya, kami ingin mengunjungi semua organisasi terkait," katanya, serta menyatakan pihaknya sudah bertemu dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, dan mendapatkan dukungan penuh. "Belajar dari AAC" Pertemuan antara SinemArt Pictures dan MUI berlangsung hampir dua jam, mulai pukul 11.20 WIB. Selain Umar Sihab, MUI diwakili pula oleh sejumlah anggota pengurusnya. Menanggapi rencana pembuatan film Ketika Cinta Bertasbih yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy (Kang Abib), Sekretaris MUI Anwar Abbas meminta agar tim produksi belajar dari Ayat Ayat Cinta yang juga diangkat dari novel berjudul sama karya Kang Abib. "Dalam Ayat Ayat Cinta ada adegan besyahadat yang tidak diperlihatkan. Itu bagus, supaya tidak menyinggung umat lain," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008