Wamena (ANTARA) - Sebanyak 3.397 pelajar SD, SMP dan SMA mengungsi dan tidak bersekolah karena konflik di Nduga Provinsi Papua. "Kondisi pendidikan saat ini, 17 SD tidak beroperasi, empat SMP dan satu SMA," kata Sekda Kabupaten Nduga Namia Gwijangge pada rapat kerja penyaluran bantuan konflik Nduga di Wamena, Papua, Senin.

Dia merincikan jumlah siswa yang tidak bersekolah sebanyak 3.108 siswa SD, 253 siswa SMP dan 36 siswa SMA termasuk juga guru-guru mereka yang ketakutan.

Selama ini mereka bersekolah di sekolah darurat, namun kondisinya sudah tidak layak. Maka solusinya mereka bisa bersekolah di sekolah yang ada di daerah tempat mereka mengungsi.

"Misalnya mereka sekolah pada siang hari, bergantian dengan siswa yang sekolah pagi, begitu juga dengan gurunya tetap mengajar para siswa," kata Namia.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan anak-anak tersebut harus segera kembali ke sekolah. "Jangan sampai pendidikan mereka terhambat," kata Harry Hikmat.

Sekda Jayawijaya Yohanes Walilo mengatakan, sekolah di daerahnya siap menerima anak-anak pengungsi korban konflik untuk belajar.

Sebelumnya Sekda Kabupaten Nduga Namia Gwijangge menyebutkan ada 39 ribu warga yang mengungsi akibat konflik senjata antara aparat TNI polri dengan kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egainus Kogoya di Distrik Yal Kabupaten Nduga pada 26 Februari 2019.

Mereka berasal dari 11 distrik di Kabupaten Nduga. Akibat konflik tersebut, saat ini tujuh distrik kosong ditinggalkan warganya mengungsi.*

Baca juga: Pangdam XVII Cenderawasih pastikan tak ada warga Nduga yang mengungsi

Baca juga: Kemensos salurkan Rp3,7 miliar untuk korban konflik Nduga

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019