Jakarta (ANTARA) - Perolehan 11 medali emas, tujuh perak, dan empat perunggu dari cabang olahraga atletik di ASEAN Schools Games (ASG) 2019 menjadi catatan yang sangat membanggakan bagi atlet dan juga Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI).

Dalam agenda yang berlangsung di Semarang Jawa Tengah itu, lini atletik membuktikan prestasinya di tingkat pelajar.

Tim atletik berhasil menyabet juara umum di perlombaan atletik dan sekaligus melampaui target delapan medali emas yang diminta Kementerian Pemuda dan Olahraga RI (Kemenpora).

Totalnya timnas atletik berhasil membukukan perolehan 11 medali emas, tujuh perak, dan empat perunggu di ASG 2019.

Capaian itu bisa diartikan bahwa cabang olahraga atletik masih punya harapan untuk melahirkan calon atlet unggulan untuk masa depan dari kalangan atlet remaja.

Perolehan tersebut tidak hanya membanggakan, namun juga mengejutkan.

Baca juga: Ketua Kontingen Indonesia terkejut oleh hasil emas atletik

Ketua Kontingen Indonesia Yayan Rubaeni mengaku hasil tersebut sangat mengejutkan karena di luar perkiraan semua pihak.

Selasa (23/6), yang menjadi hari terakhir perlombaan atletik, timnas masih sempat menyumbang empat medali emas yang mana seharusnya hanya butuh satu medali untuk menuntaskan kewajibannya pada negara.

Hal itu, kata dia melanjutkan, menjadi tanda betapa besar semangat juang para atlet yang tidak mengendurkan tensi pertandingan bahkan saat sudah melampaui target delapan medali emas.

Tentu prestasi itu menjadi catatan positif dari Kemenpora tidak hanya kepada para atlet remaja, namun juga pengurus, manajer, dan pelatih atletik.

Sebagai apresiasi terhadap para atlet peraih medali ASG 2019, PB PASI pun menjanjikan akan memberi hadiah berupa tabungan dan tawaran bergabung dalam pelatnas.

Kabar terakhir juga menyebutkan para atlet yang masuk ke pelatnas nantinya akan disiapkan untuk mengikuti ajang SEA Games 2019 dan ASG 2020 di Filipina.

Pelibatan atlet muda dalam jumlah besar di SEA Games Filipina, mencapai 60 persen dari total atlet, sudah diwanti-wanti sejak lama oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi sebagai jalan untuk meregenerasi atlet nasional.

Bahkan Kemenpora dan PB PASI sudah sempat melakukan pembicaraan untuk rencana sinkronisasi pelatihan dari kedua otoritas tersebut, sebagaimana yang disampaikan Manajer Atletik ASG Surono saat ditemui di Semarang.

Ia mengatakan bahwa banyak atlet remaja yang masih cukup umur untuk dilibatkan di SEA Games, ASG 2020, atau kompetisi olahraga berkelas internasional lainnya.

Baca juga: Kemenpora-PASI libatkan atlet berprestasi ASG ke SEA Games

Dari 34 atlet remaja atletik yang mengikuti ASG 2019, separuhnya merupakan kelahiran tahun 2002 atau baru berusia 17 tahun, katanya.

Selain regenerasi, pemusatan di pelatnas itu nantinya juga akan berdampak pada performa para atlet remaja yang bisa terus terjaga hingga memasuki tahapan atlet junior.

Surono mengatakan bahwa persiapan sinkronisasi pelatihan ini rencananya akan dilaksanakan usai Kejuaraan Nasional Atletik di Bogor, dengan memasukkan pelatihan dari SDM yang berkualitas, terutama juga untuk pelatih.

Dengan sinkronisasi ini harapannya atletik bisa menghasilkan perolehan medali yang memukau sehingga menghapus pandangan "jago kandang" bagi timnas.

Kemenpora melihat bahwa persiapan yang matang menjadi kunci kesuksesan tim atletik di ASG 2019, sehingga hal serupa juga mesti dilaksanakan untuk menghadapi agenda mendatang.

Baca juga: Persiapan panjang jadi kunci kesuksesan tim atletik di ASG 2019

Persiapan dan waktu pelatihan yang panjang, penanaman motivasi, serta seleksi yang presisi untuk nomor-nomor unggulan juga akan kembali diterapkan pada proses pelatihan di pelatnas, tutur Surono.

Tanggapan Atlet

Terkait tawaran ke pelatnas tersebut, sejumlah atlet yang ditemui Antara memiliki respon yang berbeda.

Egi Patli, peraih medali emas di nomor lempar lembing putra, sangat antusias begitu mendengar informasi tawaran masuk pelatnas tersebut.

Di ASG 2019 Semarang, atlet asal Bengkulu ini memecahkan rekor ganda dengan berhasil melempar sejauh 67,33 meter, melebihi rekor nasionalnya sendiri dengan 66,43 meter dan rekor ASG 2017 milik atlet Filipina sejauh 66,39 meter.

Pengalaman bagusnya di ajang ASG 2019 tersebut membuatnya tertantang untuk bergabung dengan pelatnas.

Menurut atlet kelahiran tahun 2001 ini, pelatnas menawarkan sarana dan dukungan yang lengkap sehingga bisa membantunya mengembangkan "skill" dan prestasi yang lebih tinggi.

Begitu juga pelari kembar Adit Rico Pradana dan Adit Richi Pradana yang menyambut positif tawaran dari PB PASI tersebut.

Dari kedua saudara kembar ini, hanya Richi yang belum bergabung di pelatnas, sementara Rico sudah lebih dulu bergabung di pelatnas meski pun baru berjalan satu bulan.

Richi begitu antusias dengan tawaran tersebut, dengan alasan ingin mengasah kemampuan dan menambah perolehan prestasi, serta bisa menyaingi saudara kembarnya.

Di nomor lari 100 meter, Rico berhasil menyabet medali emas sementara Richi mendapat medali perunggu. Namun untuk nomor lari estafet 4x100 meter putra keduanya berhasil memperoleh medali emas.

Baca juga: Tim estafet putra-putri rebut medali emas ASG 2019

Baca juga: Atlet kembar Rico-Richi ingin saling saingi prestasi


Namun berbeda dengan Fira Firliana Yuni (Lempar Lembing putri) dan Ayu Fitriani (Tolak Peluru) yang belum bisa memastikan apakah ingin melanjutkan rekam jejaknya di pelatnas atau tidak.

Fira mengaku masih bimbang lantaran lebih merasa cocok dengan pelatihnya di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Jawa Barat.

Pandangan serupa juga disampaikan Ayu, yang merasa masih cocok dengan pelatihnya di PPLP Jawa Timur.

Peraih medali emas ini memilih untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan pelatihnya dan tidak mempermasalahkan jika tidak masuk ke pelatnas.

Menyikapi pandangan yang masih beragam ini, Sekretaris Umum PB PASI Tigor M. Tanjung menganggap hal tersebut masih lumrah terjadi di kalangan atlet remaja.

Menurut Tigor, keputusan bergabung pelatnas atau tidak merupakan hak mutlak dari setiap atlet dan PB PASI pun tidak ingin memaksakan kehendak masing-masing individu.

Tidak ingin bergabung ke pelatnas bukan lah masalah, katanya, karena para atlet masih bisa terus berlatih dengan pelatih di daerah asalnya dan PB PASI terus memantau perkembangan atlet di daerah.

Meski begitu, ia pun menuturkan keputusan bergabung atau tidak pasti akan berubah seiring dengan waktu yang dijalani atlet remaja sehingga pintu pelatnas masih terbuka lebar bagi siapa pun yang mampu atau ingin bergabung.

Selain itu ditambah dengan adanya beberapa atlet senior yang lepas dari pelatnas karena berbagai alasan, semakin memperluas peluang PB PASI untuk menarik calon atlet unggulan dari kalangan atlet remaja.

Baca juga: Lumbung emas Indonesia di ASG diawali dari renang dan atletik
 

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019