Jakarta (ANTARA) - Pengamat Sosial Vokasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati mengemukakan bahwa pintu masuk narkoba tidak ada hubungannya dengan aspek kognisi tetapi karena aspek emosi dan psikologi.

“Narkoba tidak ada hubungannya dengan intelektualitas. Pintu masuk narkoba bukan aspek kognisi, tetapi aspek emosi dan psikologi,” kata Devie ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut diungkapkan Devie menanggapi kasus penangkapan lima orang mahasiswa pengedar ganja di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta Timur.

Menurut Devie, semua orang baik yang berpendidikan tinggi maupun rendah ada kecenderungan menggunakan narkoba jika memang mereka membutuhkan suatu depresan.

Selain karena alasan pelarian dari masalah yang dialaminya, juga karena kompetisi yang tinggi baik secara ekonomi maupun simbolik.

“Kita hidup di dunia yang modern dan kompetisi yang luar biasa sehingga orang cenderung menampilkan kompetisi ‘citra’,” tuturnya.

Kompetisi ‘citra’ itu yang menurut Devie dapat membuat orang semakin gelisah. Kegelisahan itu menyebabkan stres bagi sebagian orang yang juga ingin mendapatkan kehidupan seperti yang mereka bayangkan.

Untuk mengejar hal tersebut, orang-orang dituntut untuk bekerja lebih keras dan digoda untuk menggunakan stimulan yang kemudian menjadi pintu masuk para pedagang menawarkan narkoba.

Sebelumnya, salah satu dosen di Universitas Bengkulu (Unib) juga terjerat kasus narkoba setelah ditangkap oleh Kepolisian Daerah Bengkulu pada 29 Maret karena ketahuan melakukan transaksi barang haram tersebut.

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019