Pekanbaru (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan jarak pandang di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, pada Kamis menurun drastis hingga 800 meter akibat asap atau jerebu kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

“Di Pelalawan jarak pandang turun tinggal 800 meter,” kata kata Staf Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin, kepada Antara.

Berdasarkan data BMKG, pada Kamis pagi satelit terra aqua mendeteksi ada 126 titik panas (hotspot) di Provinsi Riau, yang menjadi indikasi awal Karhutla. “Jumlah titik panas Riau memang melonjak dibandingkan sehari lalu, paling banyak di Pelalawan,” katanya.

Dari 126 titik panas di Riau, paling banyak di Pelalawan yakni 51 titik. Kemudian ada juga di Indragiri Hilir 35 titik, Rokan Hilir 13 titik, Indragiri Hulu 9 titik, Siak 7 titik, Bengkalis 4 titik, Kampar dan Dumai masing-masing 3 titik, serta Rokan Hulu satu titik.

Dari jumlah tersebut ada 82 yang terindikasi kuat titik api Karhutla. Lokasi paling banyak di Pelalawan sebanyak 39 titik. Lokasinya berada di sebelah tenggara Kota Pekanbaru.

Hingga sekitar pukul 10.00 WIB Kota Pekanbaru terus diselimuti kabut asap kebakaran kiriman dari Pelalawan. Jarak pandang di Pekanbaru juga terus memburuk.

“Pada pukul 07.00 WIB jarak pandang di Pekanbaru empat kilometer, dan pada pukul 09.00 WIB turun jadi tiga kilometer,” ujarnya.

Ia mengatakan angin berhembus dari arah tenggara sehingga asap mengarah ke Pekanbaru. Kondisi Riau masih sangat rawan terbakar karena hujan bersifat lokal dengan intensitas ringan hingga sedang.

“Apalagi di Pelalawan, sama sekali tidak ada peluang hujan,” katanya.

Di situs BMKG, kualitas udara di Riau menurun dari kondisi sehat ke sedang.

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019