Jakarta (ANTARA) - Pasar Kramat Jati, Cililitan, Jakarta Timur, mengolah sampah organik atau sampah basah menjadi pupuk kompos yang produksinya dijual dan sebagian lagi digunakan untuk pupuk di taman lingkungan pasar.

"Ini sebagai upaya mengurangi sampah yang kami buang karena salah satu efeknya ke biaya juga," kata Manager Pasar Area 7 PD Pasar Jaya, Fauzan di Jakarta, Kamis.

Fauzan menuturkan 11 pasar yang ada di bawah kelola Area 7 menghasilkan sampah sekitar 52 hingga 53 meter kubik per hari.

Sedangkan Pasar Kramat Jati Cililitan menghasilkan sampah sekitar 14,5 meter kubik per hari atau sekitar 400 meter kubik per bulan.

Dari jumlah itu, Fauzan menjelaskan baru sekitar 30 persen sampah organik, diolah menjadi kompos, karena kapasitas yang masih terbatas.

Ia menjelaskan sampah di pasar itu dikumpulkan dan dipilah antara sampah organik dan nonorganik.

Sampah nonorganik seperti plastik dan kardus, lanjut dia, diserahkan kepada pemulung yang memilah sampah tersebut untuk selanjutnya mereka bawa ke pengepul.

Sedangkan sampah organik berupa sayur-sayuran dan sampah basah lainnya dikumpulkan untuk dicacah menggunakan mesin yang dikerjakan tiga hingga empat petugas kebersihan setempat.

"Setelah itu kami keringkan atau kami campur sisa serutan kayu, biasanya lebih cepat menyerap air, " katanya.

Fauzan mengaku produksi saat ini belum banyak karena baru digunakan untuk pupuk di taman dan sebagian dijual ukuran 5 kilogram seharga Rp5.000 yang biasanya dibeli oleh pedagang dan warga sekitar.

Pembuatan kompos itu ditargetkan akan berkelanjutan dan rencananya akan diteruskan di pasar lainnya.

PD Pasar Jaya menyebutkan dari 153 pasar di bawah naungan BUMD DKI Jakarta itu, per hari menghasilkan sekitar 561 ton sampah organik dan nonorganik.

Sedangkan, per hari Jakarta menghasilkan sekitar 8.000 ton sampah yang dikirim ke TPST Bantar Gebang, Bekasi, yang juga diprediksi tidak mampu lagi menampung sampah tahun 2021.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019