Jakarta (ANTARA) - Pihak Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok, Kota Administrasi Jakarta Utara akan menyiapkan 56 gerobak sampah untuk menyiasati masalah ketiadaan lahan penampungan sampah akibat pembangunan fasilitas pengolahan sampah Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter.

Sebelum proses pembangunan dimulai, lahan ITF digunakan warga di sekitar Kelurahan Sunter Agung untuk menampung sampah rumah tangga, kemudian diangkut ke Bantargebang.

Namun, setelah pembangunan ITF dimulai tidak ada lahan pengganti yang memadai untuk menampung sampah dan gerobak sampah yang selama ini beroperasi.

Gerobak sampah tersebut selama ini melayani hingga beberapa RT dalam satu hari. Hal ini membuat truk sampah yang menunggu gerobak sampah tiba harus menunggu, bahkan hingga sore hari.

Untuk menyiasati hal itu, Lurah Sunter Agung Danang Wijanarko telah mempersiapkan 56 gerobak untuk menyiasati ketiadaan lahan penampungan sampah selama berlangsung proyek pembangunan ITF.

"Saya lagi beli 56 gerobak, jadi nanti setelah datang, semua gerobak harus masuk ke RT masing-masing," ujar Danang, saat dihubungi, Jumat.

Dia menjelaskan, 56 gerobak tersebut akan digunakan dalam sistem drop-off. Sistem tersebut adalah hasil kesepakatan pihak kelurahan dengan warga.
Baca juga: ITF dibangun, warga Sunter Agung tak punya tempat penampungan sampah

Sistem tersebut mengharuskan petugas kebersihan sudah selesai mengumpulkan sampah dari lingkungan warga dan tiba di lokasi penampungan pada pukul 07.30 WIB.

Kemudian dalam tempo satu jam sampah rumah tangga yang dikumpulkan petugas harus dinaikkan ke atas truk, untuk kemudian diangkut ke Bantargebang.

"Jadi kemarin disepakati pakai sistem drop-off setiap jam 07.30, nanti gerobak drop tidak lebih dari jam lalu pergi," kata Danang.

Meski demikian, sistem tersebut belum berjalan maksimal karena gerobak yang menjadi penggerak sistem tersebut belum lengkap.
Baca juga: Salah urus persampahan di Jakarta

Pantauan di lokasi pagi ini masih banyak gerobak yang terparkir di tepi Jalan Sunter Agung Barat, karena antrean untuk menaikkan sampah ke atas truk dan petugas kebersihan yang beristirahat sejenak sesudah menaikkan sampah ke truk dan bersiap menuju lokasi pengambilan sampah selanjutnya.

Danang menjelaskan, apabila gerobak tersebut sudah lengkap, maka gerobak tersebut akan menampung sampah rumah tangga seperti biasa dan menurunkan di area drop-off lalu kembali disimpan di masing-masing RT.

Tujuannya adalah agar truk pengangkut sampah berada di sisi jalan sepanjang hari dan gerobak sampah tidak menumpuk di tepi jalan.

"Jadi tidak ada TPS sementara, depan ITF itu dulunya LPS, di dalam lahan terbatas, jadi saya siasati pakai gerobak itu masuk ke warga," katanya pula.

Salah seorang petugas kebersihan yang ditemui di lokasi pemindahan sampah di Jalan Sunter Agung Barat, Jakarta Utara, Jefri mengatakan sampah dari lima RW di Sunter Agung tersebut terpaksa dibawa ke lokasi tersebut karena ITF yang selama ini dijadikan lokasi penampungan sampah sedang dibangun.

"Sampah ini berasal dari lima RW, RW1, 3, 4, 6 dan 7. Sampah ini dikumpulkan di sini untuk nanti diangkut ke truk untuk di bawa ke Bantargebang," kata Jefri,

Sebelumnya, proyek ITF Sunter yang dikerjakan oleh PT Jakarta Propertindo dan perusahaan Fortum dari Finlandia itu direncanakan rampung pada tahun 2022.

ITF Sunter dirancang bisa mengolah sampah sampai 2.200 ton per hari. Sementara itu, total sampah yang dihasilkan Jakarta per hari mencapai 7.000 ton.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019