Pentas wayang kulit dalam rangka peringatan 74 tahun Indonesia Merdeka itu mengambil lakon Kresno Jumeneng Ratu dengan dalang Ki Manteb Sudarsono
Jakarta (ANTARA) - Warga beramai-ramai menonton pergelaran wayang kulit di Istana Merdeka Jakarta, Jumat malam, yang ditayangkan melalui dua layar proyektor besar dengan duduk lesehan.

Dari layar monitor, Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi terlihat menyaksikan wayang, bersama para tamu undangan.

Para tamu undangan bisa menyaksikan pergelaran wayang itu dari dalam, sementara warga hanya bisa melihatnya melalui dua monitor yang disiapkan di luar pagar Istana Merdeka.

Meski hanya bisa menyaksikan wayang dari pinggir Jalan Merdeka Utara yang ditutup dari arus kendaraan bermotor, warga tetap antusias menyimak adegan demi adegan yang ditampilkan sang dalang.

Baca juga: KSP: Pagelaran wayang di istana bentuk pelestarian budaya

Pentas wayang kulit dalam rangka peringatan 74 tahun Indonesia Merdeka itu mengambil lakon Kresno Jumeneng Ratu dengan dalang Ki Manteb Sudarsono.

Di sela pementasan, penonton dihibur dengan penampilan sejumlah seniman, seperti Butet Kertaradjasa, Cak Lontong, Akbar, Kirun, Den Baguse Ngarso, Didi Kempot, Soimah, Endah Laras, Edo Kondologit.

Baca juga: Soimah: wayang kulit pentas di istana keren

Dari berbagai literatur, lakon Kresno Jumeneng Ratu menceritakan tentang kisah Narayana, nama lain Kresna menaklukkan negara bernama Dwarawati yang dipimpin raksasa bernama Prabu Narasingha.

Kehadiran Narayana di negara Dwarawati sejatinya untuk menyadarkan rakyat yang membuatnya dihormati, tetapi justru dianggap pemberontak oleh Narasingha.

Singkat cerita, Prabu Narasingha justru terbunuh oleh Narayana yang kemudian berganti memimpin negara Dwarawati dengan gelar Prabu Sri Kresna.

Namun, Kresna tak mau semena-mena dan menunjukkan sikap kenegarawanannya dengan merangkul orang-orang yang dulu ada di sekitar Prabu Narasingha.

Baca juga: Mengheningkan cipta awali pagelaran wayang kulit di Istana Merdeka

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019