Hingga Mei 2019 total luas lahan terbakar adalah 42.740 ha, luasan itu masih jauh dibandingkan luasan terbakar tahun 2018 yang mencapai 510.000 ha.
Jakarta (ANTARA) - Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles B Panjaitan mengatakan kebakaran hutan dan lahan bisa dicegah dengan keterlibatan aktif masyarakat dan pemangku kepentingan sektor kehutanan lainnya.

"Kita mengimbau janganlah lalai janganlah memicu api, seperti membuang puntung dan melakukan kegiatan-kegiatan yang memicu timbulnya api, contoh jika pergi ke gunung jangan buang rokok sembarangan atau lupa matikan api unggun, di musim kemarau seperti ini sekali saja lalai, maka jika terjadi kebakaran dalam satu hari bisa 150 hektare (ha) lahan terbakar," kata Raffles dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Sabtu.

KLHK dengan Manggala Agni terus mengerahkan semua sumber daya manusia terbaik, ditunjang peralatan dan anggaran untuk memadamkan Karhutla. Bekerjasama dengan para pihak, seperti Masyarakat Peduli Api (MPA), TNI, Polri, BPBD, Pemda setempat, pemegang izin dan bahkan masyarakat KLHK memastikan kejadian Karhutla tidak meluas.

Data hingga Mei 2019 total luas lahan terbakar adalah 42.740 ha, luasan itu masih jauh dibandingkan luasan terbakar tahun 2018 yang mencapai 510.000 ha.

"Kalo tahun lalu 510.000 ha yang terbakar, di mineral 385.000 ha di gambut 125.000 ha, karena kita fokus di Palembang di Riau yang lahan gambutnya luas, akhirnya di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang tanah mineral terbakar. Nah kalo yang tahun ini sampai dengan Bulan Mei gambut yang terbakar 27.538 ha yang mineral 15.202 ha total 42.740 ha, maka kalau dibandingkan dengan yang tahun lalu ini masih kecil, tetapi bukan berarti kita senang dengan keadaan ini, untuk itu kita terus melakukan upaya penanggulangan Karhutla," jelas Raffles.

Baca juga: BNPB bantu BPBD Jambi dua unit helikopter

Sampai dengan saat ini sudah enam dari delapan provinsi rawan karhutla menetapkan kondisi siaga darurat. Keenam provinsi itu adalah Provinsi Riau (19 Februari - 31 Oktober 2019; 255 hari), Provinsi Kalimantan Barat (12 Februari-31 Desember 2019; 323 hari), Provinsi Sumsel (8 Maret-31 Oktober 2019; 237 hari), Provinsi Kalimantan Tengah (28 Mei-26 Agustus 2019; 91 hari), Provinsi Kalimantan Selatan (1 Juni-31 Oktober 2019; 153 hari), dan Provinsi Jambi (23 Juli-20 Oktober 2019; 90 hari).

Kemudian ada tiga kabupaten/kota yang juga menetapkan status siaga darurat, yaitu Kota Dumai, Provinsi Riau (13 Februari-31 Mei 2019; 108 hari), Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat (1 Februari-31 Desember 2019; 334 hari), Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah (8 Juli-5 Oktober 2019; 90 hari).

"Penetapan status siaga darurat tersebut bukan berarti kondisi yang sudah ada kejadian karhutla yang hebat, tetapi sebagai langkah antisipasi daerah agar bisa mendapatkan bantuan cepat dari pemerintah pusat melalui BNPB yang mempunyai anggaran cepat penanggulangan bencana, sehingga jika ada potensi karhutla yang membesar bisa cepat ditangani dengan bantuan anggaran dari pemerintah pusat," katanya.

Raffles juga mengatakan bahwa sampai bulan Juli berdasarkan pantauan satelit tidak ada asap lintas batas, ada kebakaran-kebakaran di daerah-daerah tetapi cepat dalam waktu satu dua hari itu bisa reda. Kondisi bandara pun sampai dengan tanggal 1 Agustus tidak tampak adanya gangguan asap, jarak pandang masih normal sehingga penerbangan di beberapa bandar di provinsi rawan karhutla tidak ada gangguan ataupun penundaan.

"Kondisi terkini di Provinsi yang rawan kebakaran, saya tiga kali memantau di bandara, ada petugas kami di bandara yang terus pantau. Situasi di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya, penerbangan di sana normal. Cuaca cerah. Hal yang sama juga di Bandara Supadio Pontianak Kondisi normal, pesawat take off dan landing tidak ada gangguan asap. Juga di Bandara Syamsudiin Noor, Banjar Baru, Bandara Rahadi Oesman, Ketapan dan juga Bandara Sultan Thaha di Jambi, juga normal, Palembang juga cerah bagus. Kalimantan utara, juga begitu. Di Bandara Riau, juga bagus" ujar Raffles.

Baca juga: BMKG deteksi 138 titik panas "kepung" Riau

Lebih lanjut Raffles mengungkapkan jika prioritas penanggulangan karhutla oleh KLHK adalah pada pencegahan yaitu dengan perbanyak aksi pencegahan di tingkat tapak dengan sinergi semua pihak. Untuk upaya pencegahan tersebut sumberdaya manusia yang dilibatkan mencapai 23.144 orang dengan pembagian 13.483 orang untuk wilayah Sumatera dan 9.661 orang untuk wilayah Kalimantan.

Sumberdaya manusia tersebut terdiri dari unsur Manggala Agni, Brigdalkar BKSDA atau taman nasional, Brigdalkar KPH, Brigdalkar HTI/HA/HPH, Masyarakat Peduli Api, dan Satgas gabungan dari TNI, Polri dan BPBD.

Selanjutnya monitoring titik panas juga terus dilakukan dengan monitoring melalui situs Sipongi KLHK, LAPAN, BMKG, BNPB yang saat ini juga sudah tersedia juga dalam bentuk aplikasi android. Upaya deteksi dini dengan kamera CCTV thermal saat ini dilaksanakan oleh KLHK di beberapa wilayah rawan kebakaran.

KLHK juga melengkapi daops Manggala Agni dengan perawat nirawak untuk mendukung kegiatan monitoring dan pemantauan lokasi rawan kebakaran, kata Raffles.

Pemantauan gambut juga dilakukan bersama dengan bantuan Badan Restorasi Gambut lewat aplikasi Sistem Pemantauan air Lahan Gambut (Sipalaga) milik BRG dan aplikasi SiMATAG-0.4m yang dibangun KLHK sebagai upaya monitoring tingkat keberhasilan pelaksanaan pemulihan fungsi Ekosistem Gambut melalui pengumpulan database pemantauan Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) dan curah hujan di areal konsesi maupun lahan masyarakat.

Upaya kampanye, sosialisasi serta patroli terpadu juga tidak pernah henti dilakukan. Salah satunya, menurut Raffles, KLHK terus melaksanakan upaya sosialisasi alternatif Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) melalui pemanfaatan sisa pembersihan lahan untuk cuka kayu, kompos dan briket arang, kemudian juga kerja sama dengan PT Pupuk Kaltim untuk membuat plot-plot contoh demonstrasi keberhasilan cuka kayu dilaksanakan di Kalimantan Barat, serta di setiap Daops Manggala Agni juga dibuat plot contoh PLTB sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat dalam menyiapkan lahan dengan ramah lingkungan.

Untuk upaya pemadaman api dari udara di tahun 2019 dipersiapkan 50 unit pesawat. Total air yang sudah dijatuhkan dengan water bombing tahun 2019 sebanyak 68.452.400 liter air, ditambah upaya pembuatan hujan buatan dengan penaburan garam mencapai 122,62 ton.

Baca juga: Keberhasilan Sungai Tohor dan karhutla Riau
Baca juga: Pemadaman api Gunung Arjuno kerahkan helikopter


 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019