Badung (ANTARA) - Asian Congress of Nutrition 2019 di Nusa Dua Bali diikuti 3.000 peserta dari 32 negara dengan mengusung tema Nutrition and Food Innovation for Sustained Well-Being atau nutrisi dan inovasi makanan untuk  kesejahteraan berkelanjutan.

​Kepala Pergizi Pangan  Indonesia, sekaligus Ketua Asian Congress of Nutrition 2019, Hardiansyah, Minggu mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan inovasi-novasi, pangan dan gizi serta menjadi ajang pertukaran informasi ilmiah diantara peneliti serta profesional di bidang gizi.

"Pada akhirnya bagaimana kita membantu berkontribusi dalam kegiatan kesehatan, dalam kegiatan ini telah hadir teman-teman berbagai organisasi, baik dari gizi maupun kesehatan masyarakat, dari teknologi pangan juga hadir untuk berfikir lebih holistik, jangan hanya berfikir soal gizi, tapi juga faktor psikologi, sosial ekonomi, kalau secara fisiknya, ada transportasi juga harus dipertimbangkan," katanya.

Hardiansyah mengatakan bahwa Asian Congress of Nutrition ini merupakan pelaksanaan ke-13 melalui pemilihan proposal sesuai dengan keputusan dari pengurus kegiatan dan untuk dapat lolos dalam pemilihan proposal tersebut, juga dibutuhkan kelengkapan syarat-syarat tertentu.

"Kalau Indonesia pernah kebagian tahun 1980-an, berarti sekarang sudah 40 tahun kita berjuang untuk dapat diterima proposalnya, karena proses untuk mendapat itu tidak mudah, sedangkan yang menjadi syarat itu, ada kualitas porposalnya, ada atau tidaknya dukungan dari pemerintah dan akademisi, nilai itu yang akan mendapatkan penilaian yang tinggi," jelasnya.

Melalui kongres Asia ini, pihaknya mengharapkan untuk dapat mengirimkan, penelitian baru tentang gizi bagi masyarakat. Selain itu, dengan adanya beragam penelitian, juga dapat membantu memberikan inspirasi, baik bagi masyarakat dalam dan luar Asia.

Ia juga menuturkan bahwa sekitar 85 persen riset Asia dikeluarkan dalam kegiatan kongres ini, sedangkan terdapat 80 persen pembicara Asia yang dapat memberikan inspirasi dan pemahaman baru tentang  gizi.

"Kita bisa menularkan informasi ini dengan cepat, untuk saat ini isu yang adalah tentang kegemukan, semakin banyak masyarakat yang mengalami kegemukan (overweight) di Asia, kebetulan Indonesia sendiri, peningkatan lajunya tidak separah di negara-negara lain, yang mengalami peningkatan hingga 50 persen," katanya.

Menurutnya, negara-negara yang mampu menahan kenaikan masalah kegemukan, berada di Korea dan Jepang. Jika dibandingkan untuk Indonesia sendiri, meningkat sekitar 18 persen, tidak terlalu tinggi, namun harus dapat dicegah. Adapun sasaran dalam penelitian ini, dihitung berdasarkan usia 18 tahun ke atas.

"Kasus kegemukan di Indonesia sekitar 18 persen, sedangkan di negara lain ada yang 40 persen hingga 50 persen, trennya di Indonesia memang naik, tapi tetap harus kita cegah, untuk itu melalui kegiatan ini dapat kita jadikan ajang sharing dari negara - negara yang mampu menurunkan maupun menahan peningkatan kasus kegemukan itu," ujarnya.

Baca juga: Ahli: beri asupan gula secukupnya pada anak
Baca juga: Tips ngemil dari ahli gizi
Baca juga: Ahli gizi: kenalkan protein pada anak sejak MPASI

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019