MRT memang tidak ada back-up, itu yang harus kita lakukan
Jakarta (ANTARA) - Sejak Minggu (4/8) pukul 11.45 aliran listrik berhenti di wilayah Jabodetabek karena adanya gangguan beberapa kali pada Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran- Pemalang.

Pemadaman yang berlangsung sekitar rata-rata 15 jam itu praktis menyebabkan lumpuhnya aktivitas masyarakat, termasuk moda transportasi yang sangat bergantung kepada aliran listrik, seperti Kereta Rel Listrik (KRL) dan Moda Raya Terpadu (MRT).

Sejumlah perjalanan KRL sempat terganggu dan para penumpang MRT juga harus dievakuasi karena moda yang turut terhambat operasionalnya itu.

Untuk MRT sendiri, setidaknya terdapat empat rangkaian kereta yang di evakuasi dan berada pada lintas, Bendungan Hilir - Istora, Istora - Bendungan Hilir, Lebak Bulus – Fatmawati dan Fatmawati -Lebak Bulus.

Selain itu, perjalanan KA Bandara Soekarno-Hatta juga terganggu yang disebabkan pemadaman listrik di area Jabodetabek, akibatnya para penumpang harus mencari alternatif moda lain.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah mendatangi kantor Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pemadaman yang menyebabkan kerugian masyarakat.

Ia mengatakan sejumlah moda, seperti KRL dan MRT sudah mulai beroperasi secara normal pada Senin (5/8), namun di sejumlah relasi seperti di Bekasi belum sepenuhnya pulih.

"Sekarang sudah recovery sebagian besar sudah, tapi ada bagian tertentu di sekitar Bekasi yang belum ter-cover sampai sekarang," katanya.

Berbeda dengan bandara dan pelabuhan di mana operasional masih bisa didukung oleh genset untuk menopang kebutuhan listrik, untuk moda kereta perkotaan ini tidak bisa karena kebutuhannya yang sangat besar, sehingga harus diupayakan cara lain.

Di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, gangguan aliran listrik diatasi dengan 17 genset guna mendukung operasional bandara baik itu di sisi darat (land side) dan sisi udara (air side) agar penerbangan tetap berjalan normal.

Selain genset, kelistrikan di Bandara Soekarno-Hatta juga diperkuat uniterrupted power supply (UPS) yang membuat kinerja sejumlah sistem tidak terganggu sama sekali, meski ada gangguan aliran listrik.

Hal yang sama juga dilakukan untuk operasional Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, yang segera berjalan normal didukung mulai pukul 10.45 WIB.

Begitu juga di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, juga berjalan normal didukung genset untuk mengatasi gangguan arus listrik.

Menhub pun mengakuinya, namun belum ada upaya lain yang disebutkan untuk menopang kebutuhan moda bertenaga listrik, seperti KRL dan MRT ketika mengalami kondisi darurat.

"MRT memang tidak ada back-up, itu yang harus kita lakukan," ujar Budi Karya Sumadi.

Pengamat Transportasi Universitas Katholik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno mengatakan sulit apabila kebutuhan listrik moda transportasi tersebut ditopang oleh genset karena kebutuhannya yang sangat besar.

"Ini sisi lemahnya, enggak cukup dengan genset karena kekuatannya sangat besar," katanya.

Ia pun mengaku belum ada kasus serupa di negara-negara lain yang bisa dijadikan acuan apabila terjadi pemadaman listrik yang mendadak dan serentak.

"Setahu saya memang belum ada kasus serupa di negara lain, mau enggak mau ya bergantung sama listrik, bergantung sama PLN," katanya.

Untuk saat ini, Djoko menuturkan yang bisa dilakukan oleh operator transportasi publik perkotaan adalah memastikan sarana untuk penanganan darurat masih berfungsi, seperti penerangan untuk mengevakuasi penumpang.

"Meskipun tidak bisa menopang untuk mengoperasikan sarananya, tapi setidaknya untuk penanganan bisa berjalan, misalnya lampu atau rambu yang tidak mati," katanya.


Kompensasi Penumpang

Selain itu, lanjut dia, memberikan kompensasi kepada masyarakat yang terdampak karena adanya gangguan yang sudah disebut black-out ini.

"Sedianya diberikan kompensasi sehari dua hari gratis," ujarnya.

Vice President Public Relations PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edy Kuswoyo memastikan seluruh calon penumpang yang terganggu perjalanannya pada Minggu (4/8) kemarin mendapat kompensasi dikembalikan tiket 100 persen.

"Tiket dikembalikan penuh 100 persen untuk keberangkatan hari minggu ke semua tujuan," katanya.

Vice President Corporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba mengatakan pihaknya memutuskan untuk memberikan kompensasi untuk pengembalian biaya tiket (refund) sebesar 100 persen hingga 11 Agustus di semua stasiun.

"Kami berikan refund sampai 11 Agustus di semua stasiun selama jam pelayanan stasiun," katanya.

Hal yang sama juga diberlakukan oleh PT Railink di mana untuk penumpang KA Bandara yang masih berada di Stasiun dapat melakukan pengembalian tiket 100 persen.

Namun, Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaludin mengatakan bahwa MRT masih memberlakukan tarif normal.

"Masih melayani penumpang sesuai jadwal dan tarif normal," ujarnya.

Adapun, PT Transportasi Jakarta (transjakarta) sejak pukul 18.30 WIB Minggu (4/8) menggratiskan seluruh layanan bus BRT dan non-BRT guna membantu masyarakat sampai ke tujuan, termasuk dari Stasiun KRL dan Stasiun MRT.

"Semua halte, semua jenis bus, tanpa kecuali, sejak pukul 18.30 WIB sore ini digratiskan hingga pasokan listrik kembali menyala normal di seluruh wilayah DKI dan MRT dapat kembali beroperasi," kata Corporate Secretary Perseroan Nadia Diposanjoyo.

Pada Koridor 1 dikerahkan 36 unit, yakni 30 untuk bus single, enam bus gandeng, tambahan 34 bus sedang.

Sementara itu, 31 unit disiapkan untuk Rute Manggarai, Tanah Abang 63 unit dan Pasar Minggu saat ini dikerahkan empat unit tambahan.

“Kami bahkan mengirimkan tambahan armada khusus bagi seluruh penumpang KCI untuk membantu mengevakuasi masyarakat,” kata Nadia.

Layanan Transjakarta alternatif untuk pengguna transportasi publik, di antaranya disiapkan untuk MRT Jakarta Lebak Bulus - HI, KRL Bogor - Jakarta Kota, KRL Serpong - Tanah Abang dan KRL Tangerang/Poris.

Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019