Kalau masih localized, kita harapkan pulihnya tinggi."
Jakarta (ANTARA) - Mengompol adalah salah satu kondisi yang kerap dialami pasien yang baru menjalani operasi terbuka pada prostat akibat kanker.

"Pascaoperasi ada risiko komplikasi terjadi, mengompol. Ini karena klep yang berfungsi menahan kencing dol," ujar ahli urologi dari RSCM, dr Chaidir Arif Mochtar, SpU (K) fi Jakarta, Senin.

Kendati begitu, pasien tak akan mengalami kondisi tersebut secara terus menerus. Dua minggu pascaoperasi, pasien akan kembali mampu mengendalikan keinginan berkemih saat frekuensinya sudah normal, dan luka akibat operasi pulih.

Selain mengompol, pasien juga bisa terganggu fungsi seksual dan fungsi fertilisasinya, karena kemungkinan ada pembuluh darah dan saraf yang mengalami cedera.

"Ada pembuluh darah, saraf yang bisa cedera. Setiap cedera derajat apapun menurunkan kemampuan ereksi. Kemampuan ereksi bisa sampai hilang," tutur Chaidir.

Dalam kesempatan itu, dr Agus Rizal Ardy Hariandy, SpU (K), Ph.D. yang sesama urolog mengatakan, tingkat keberhasilan operasi kanker prostat bisa mencapai 100 persen, jika terdeteksi secara dini.

Kendati begitu, pasien bersangkutan berisiko kambuh dalam 10 tahun, jika kankernya ternyata sudah menyebar. Untuk itu, dia menyarankan pasien rajin melakukan deteksi dengan harapan kanker masih terlokalisir (localized) atau belum menyebar.

"Setelah operasi harus di-follow up. Kalau masih localized, kita harapkan pulihnya tinggi," kata Agus.

Baca juga: Kanker prostat awalnya tak bergejala

Baca juga: Benarkah biopsi prostat menyakitkan?

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019