London (ANTARA News) - Duo dalang, Sri Rahayu Setiawati dan Wahyu Hanung Hanindita, yang menggelar lakon wayang kulit tentang Dewaruci mampu memukau sekira 750 undangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (Mabes PBB) di Jenewa, Swiss, pada Selasa (15/4) malam. Pagelaran wayang itu disaksikan pula oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Mabes PBB Jenewa (UNOG), Sergei A. Ordzhonikidze, Deputi Dirjen Organisasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (WIPO), Francis Gurry, Pejabat Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO), Kerstin Holst, dan Duta Besar (Dubes)/Wakil Tetap RI (Watapri) untuk PBB di Jenewa, I Gusti Agung Wesaka Puja. Dalam pagelaran wayang yang membawakan lakon Dewaruci itu, dalang perempuan Sri Rahayu dan dalang cilik Wahyu Hanung menyelipkan pula dialog dalam Bahasa Inggris. Sekretaris Kedua Perwakilan Tetap RI di Jenewa, Yasmi Adriansyah, kepada ANTARA News London, mengatakan bahwa pagelaran yang bertajuk "Wayang, Shadow Puppet Theatre of Indonesia" diselenggarakan atas kerjasama PTRI Jenewa dengan UNOG, WIPO dan UNESCO. Kegiatan itu diawali dengan penampilan musik gamelan Kyai Gandrung dari PTRI Jenewa yang menyajikan tembang tradisional Jawa. Acara tersebut juga dibarengi pameran fotografi yang bertema "Wayang Shadow Puppets of Indonesia" oleh Yoshi Shimizu, seniman asal Jepang, di tempat yang sama dari tanggal 1 hingga 23 April 2008. Dirjen UNOG mengatakan, pameran foto dan pagelaran wayang itu tidak saja ilustrasi nyata mengenai kekayaan tradisi seni Indonesia, tetapi juga menunjukkan pentingnya perlindungan warisan budaya dunia. "UNOG merasa bangga ikut memberikan kontribusi dalam acara ini," ujarnya. Sementara itu, Dubes RI/Watapri berterimakasih kepada hadirin yang telah menunjukan perhatian dan kecintaan atas seni budaya Indonesia, khususnya wayang, yang merupakan salah satu warisan agung budaya tertua di Indonesia. Sedangkan, Dirjen UNESCO dalam sambutan tertulisnya menyatakan, wayang Indonesia adalah salah satu dari 90 karya agung warisan budaya tak benda yang dideklarasikan UNESCO selama rentang waktu 2001-2005. "Saat ini UNESCO berusaha meningkatkan kesadaran internasional mengenai nilai warisan kebudayaan dan menyadari mendesaknya keperluan untuk pelestariannya," catatnya. Ia menambahkan, wayang Indonesia beserta karya agung lainnya akan segera dimasukan ke dalam Konvensi mengenai Daftar Warisan Kebudayaan Tak Benda Peradaban Manusia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008