Di istana ornamen itu ada banyak batu berbentuk mirip jamur dan bunga teratai
Gunung Kidul (ANTARA) - Pelaku wisata Dusun Klumpit, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan Gua Song Gilap sebagai destinasi wisata baru yang diharapkan mampu mengembangkan ekonomi masyarakat.

Pemandu wisata Gua Song Gilap, Joko Wastiyo di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan Gua Song Gilap memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan wisata gua lainnya, yakni salah satunya di dalam gua yang dinamakan istana ornamen.

"Istana ornamen itu terletak di salah satu ujung gua. Di istana ornamen itu ada banyak batu berbentuk mirip jamur dan bunga teratai," kata Joko.

Ia mengatakan untuk menuju ke istana ornamen itu membutuhkan waktu selama dua jam dari mulut gua. Ketika sampai di istana ornamen itu, wisatawan pun harus menaati aturan yang telah ada, yaitu tidak boleh menyentuh batu-batu kapur mirip jamur dan bunga teratai tersebut, karena dapat mengganggu pertumbuhannya.

Jalur untuk menuju ke istana ornamen itu melewati aliran sungai. Kedalamannya pun beragam, ada yang setinggi mata kaki, lutut orang dewasa.

"Saat berangkat, kita berjalan melawan arus sungai. Ketika pulang, kita mengikuti arus sungai. Batu-batu ornamen itu tumbuh, kalau disentuh tangan manusia bisa menghambat perkembangannya," katanya.

Selain ada istana ornamen, lanjut Joko, di Gua Song Gilap juga terdapat stalagmit dan stalagnit seperti gua pada umumnya. Untuk bisa menikmati keindahannya, wisata ini dijual per paket sebesar Rp750.000 untuk lima orang.

"Wisata Gua Song Gilap ini memang belum terlalu ramai dikunjungi. Wisatawan yang datang per bulannya bisa dihitung memakai jari. Saat ini kebanyakan dari mahasiswa atau pelajar. Ini memang wisata minat khusus, dan hanya orang-orang yang ingin tahu saja tentang Gua Song Gilap," katanya.

Salah seorang warga Dusun Kumplit Budiyanto mengatakan di dalam Gua Song Gilap itu cukup luas. Gua tersebut baru dieksplorasi pada 1972 silam.

"Setelah saya menemukan air bawah tanah, yang saat ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat sekitar," katanya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019