Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Fraksi Partai Golkar di DPR, Syamsul Bachri, menilai langkah mantan Ketua Umum Golkar Harmoko mendirikan partai baru cukup mengagetkan, tetapi tindakan itu tidak pantas ditiru para kader partai. "Apa yang dilakukan Harmoko adalah pengingkaran atas apa yang selalu diungkapkannya pada kami ketika dia masih menjadi Ketua Umum Golongan Karya (Golkar)," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Minggu. Sebelumnya Harmoko turut membidani berdirinya Partai Kerakyatan Nasional. "Saya tak paham seorang mantan Ketum Golkar bikin partai baru. Apa sih yang sebenarnya dia cari," kata Syamsul Bachri yang juga Sekretaris DPP Ormas Kosgoro 1957 itu. Pada bagian lain, Syamsul Bachri menunjuk apa yang dilakukan Akbar Tanjung sebagai contoh bagus. "Mestinya jika ada kekurangan di dalam internal PG, dia memberi masukan atau koreksi sekeras apa pun, seperti yang dilakukan Bang Akbar Tanjung," katanya. Menyangkut kepemimpinan Harmoko saat menjadi Ketum Golkar menjelang keruntuhan rezim Orde Baru, menurut Syamsul Bachri, mantan Menteri Penerangan itu memang telah memenangkan Golkar hingga menguasai lebih dari 70 persen suara Parlemen. "Tetapi itu karena peran dua jalur utama waktu itu, yakni jalur A (ABRI, kini TNI) dan B (Birokrasi, PNS). Sekarang di era reformasi, PG lebih mandiri. Mestinya Harmoko bangga bahwa penerusnya bisa mempertahankan eksistensi PG, meskipun menghadapi tekanan yang luar biasa di awal reformasi," paparnya. Jadi, menurutnya, apa yang dilakukan Harmoko saat ini dengan mendirikan partai baru merupakan bentuk pengingkaran atas nasehatnya dulu kepada para kadernya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008