Harga minyak mentah tetap di bawah tekanan karena investor bergulat dengan dampak konflik perdagangan
Seoul (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Rabu pagi, seiring meningkatnya sengketa perdagangan China-AS yang memicu kekhawatiran atas permintaan, meskipun penurunan persediaan minyak mentah AS menawarkan beberapa dukungan untuk harga.

Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan di 58,70 dolar AS per barel pada pukul 00.39 GMT (07.39 WIB), turun 24 sen atau 0,41 persen dari penyelesaian sebelumnya dan diperdagangkan di dekat posisi terendah tujuh bulan.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 20 sen atau 0,37 persen dari penutupan terakhir mereka menjadi diperdagangkan di 53,43 dolar AS per barel.

"Harga minyak mentah tetap di bawah tekanan karena investor bergulat dengan dampak konflik perdagangan," kata bank ANZ dalam sebuah catatan.

Harga Brent telah anjlok lebih dari sembilan persen dalam sepekan terakhir setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia akan mengenakan tarif tambahan 10 persen pada produk impor China senilai lebih dari 300 miliar dolar AS mulai 1 September, mengirim pasar ekuitas global berjatuhan.

Namun Trump pada Selasa (6/8/2019) menepis kekhawatiran akan terjadi pertikaian perdagangan dengan China.

Sementara itu, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih dan Menteri Energi AS Rick Perry pada Selasa (6/8/2019) mengatakan kedua belah pihak menyatakan keprihatinan atas ancaman yang menargetkan kebebasan lalu lintas maritim di Teluk Arab saat mereka bertemu di Washington.

Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah serangan terhadap tanker dan drone AS, meningkatkan kekhawatiran tentang melewati Selat Hormuz, arteri pengiriman utama perdagangan minyak global.

Di tempat lain, data menunjukkan penurunan lebih besar dari yang diperkirakan dalam stok minyak mentah AS menawarkan beberapa dukungan untuk harga minyak.

Persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 2 Agustus menjadi 439,6 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penurunan 2,8 juta barel.

Data resmi dari Badan Informasi Energi (EIA) pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Harga minyak jatuh dekati level terendah, Brent di bawah 60 dolar AS

Baca juga: Dolar "rebound" di tengah penurunan mata uang lainnya

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019