Jakarta, 21/4 (ANTARA News) - Metode deteksi dini kanker leher rahim dengan menggunakan pap smear baru mencakup lima persen dari jumlah perempuan di Indonesia. Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pada pencanangan program nasional deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, Senin, mengatakan kecilnya jangkauan pap smear itu terutama disebabkan oleh sedikitnya keahlian yang tersedia untuk metode pemeriksaan tersebut. Untuk itu, beberapa pakar dan organisasi kesehatan bekerjasama dengan Depkes membuat terobosan inovatif cara mendeteksi dini kanker rahim melalui metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Menurut Menkes, deteksi dini dengan IVA itu hanya memerlukan biaya Rp5.000 per pasien. "Deteksi dini kanker dengan cara ini diharapkan dapat menjangkau daerah-daerah terpencil dan sangat terpencil sehingga semakin banyak perempuan Indonesia yang bisa diselamatkan," tuturnya. Dalam pencanangan program nasional deteksi dini itu, Depkes menyumbangkan alat deteksi dini metode IVA kepada enam kabupaten yaitu Deli Serdang, Gresik, Kebumen, Gunung Kidul, Karawang dan Gowa. Bantuan itu diserahkan secara simbolis oleh Ibu Ani Yudhoyono kepada perwakilan enam kabupaten yang diberi bantuan. Cara sederhana Mendeteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode IVA cukup dengan cara mengoleskan asam asetat atau asam cuka pada leher rahim dan dalam waktu 10 menit dapat diketahui hasilnya melalui bercak putih yang dihasilkan oleh lesi prakanker. Dengan metode IVA itu, pemeriksaan dini kanker rahim dapat dilakukan di puskesmas biasa dan dapat dilakukan oleh bidan-bidan yang telah diberi penyuluhan. "Cara ini sangat murah dan gampang karena bisa dilakukan oleh bidan tempat terpencil. Metode IVA ini semoga bisa menjadi program nasional dan menurunkan angka penderita kanker," kata Menkes. Berdasarkan data 2001, penyakit kanker merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia dan terus mengalami peningkatan. Pada 2007, penderita kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara yang diikuti oleh kanker leher rahim. Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) 2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dengan penemuan kasus baru 22,7 persen dan jumlah kematian 14 persen per tahun dari seluruh penyakit kanker yang diderita perempuan di dunia. Kanker rahim menempati urutan kedua dengan temuan kasus baru 9,7 persen dan jumlah kematian 9,3 persen dari seluruh kanker pada perempuan di dunia. Meski belum diketahui pasti insiden kanker di Indonesia, namun berdasarkan data Globocan tersebut, pada 2002 didapatkan perkiraan penderita kanker payudara sebesar 26 per 100.000 perempuan dan kanker leher rahim sebesar 16 persen per 100.000 perempuan. Menurut Menkes, salah satu alasan penyebab kematian akibat kanker di Indonesia karena para penderita tidak melakukan deteksi sejak dini. Cepat deteksi Sementara itu, dalam pidatonya, Ibu Negara Ani Yudhoyono menyatakan penghargaannya atas terobosan inovatif Depkes yang menemukan metode murah dan cepat untuk mendeteksi kanker leher rahim dan kanker payudara sehingga perempuan di wilayah pelosok pun akan mudah mendapatkan pelayanan. "Mudah-mudahan yang ditemukan Depkes ini menjadi alat sangat praktis di seluruh tanah air dan dapat menyelamatkan kaum perempuan," katanya. Selain menyerahkan bantuan peralatan metode IVA kepada enam kabupaten, Depkes pada acara itu juga menyerahkan bantuan satu unit mobil mammografi kepada RS Dharmais. Ibu Negara yang didampingi Istri Wakil Presiden, Mufidah Jusuf Kalla, pada acara pencanangan program nasional itu juga menyaksikan pameran pencegahan kanker serta demonstrasi deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. (*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008