Jakarta (ANTARA) - Menanggapi viralnya pemberitaan Taruna TNI diduga terpapar organisasi HTI, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Widya Yudha meminta Tim Seleksi calon Taruna TNI untuk melakukan investigasi menyeluruh guna membuktikan dugaan tersebut.

"Jadi kita jangan hanya memviralkan saja, tapi kita perlu ada investigasi yang lengkap dari para tim seleksi penerimaan Taruna," kata Satya saat dihubungi Antara di Jakarta, Rabu malam.

Baca juga: Menhan akan berhentikan taruna terbukti radikal

Satya mengatakan tim seleksi bisa menggunakan berbagai instrumen yang ada di pemerintah untuk melakukan investigasi menyeluruh untuk membuktikan dugaan tersebut, dengan melakukan pengecekan di rumahnya, menelusuri kebenaran, mencari tau informasi kepada orang tuanya, ketua RT, lurah, dan lainnya.

Menurutnya kalau dugaan terbukti, maka Komisi I meminta kepada Panglima TNI untuk tidak segan-segan menterminasi calon taruna TNI berinisal EZA tersebut.

"Karena kalau ada kaitannya dengan HTI itu sudah masalah ideologi, kita akan minta Panglima TNI untuk tidak segan-segan menterminasi calon taruna tersebut," kata Politisi Golkar tersebut.

Seperti yang diketahui HTI merupakan ormas yang dilarang oleh pemerintah karena tidak mengakui Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.

Saat ditanya apakah Komisi I sudah membicarakan perihal ini kepada Panglima TNI. Satya menjawab belum sempat karena saat ini DPR RI sedang melakukan reses.

Tetapi informasi tersebut menjadi perhatian para anggota Komisi I agar benar-benar ditelusuri kebenarannya.

Menurut Satya, investigasi menyeluruh ini dapat memberikan rasa keadilan kepada yang bersangkutan, akan teruji betul tidaknya kabar tersebut. Kalau tidak teruji maka dapat diteruskan seleksi calon Taruna TNI-nya.

Baca juga: Mabes TNI dalami keterkaitan Enzo Allie dengan HTI

"Masalah kabar ini diketahui ketika proses seleksi itu sedang berlangsung, makanya itu kita minta investigasi," kata Satya.

Taruna Akmil keturunan Indo-Prancis, EZA, sempat menarik perhatian Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan videonya viral di media sosial setelah diajak berbicara bahasa Prancis oleh Panglima.

EZA diketahui fasih berbicara empat bahasa yakni bahasa Prancis, bahasa Inggris, bahasa Arab dan bahasa Indonesia.

Dia lahir di Prancis, tapi pindah ke Indonesia pada usia 13 tahun setelah ayahnya meninggal dunia dan memiliki status WNI.

Namun, dia diduga terpapar gerakan HTI yang diketahui dari salinan gambar media sosial Facebook.
 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019