Berbekal kepedulian dan keinginan untuk membantu siapa saja yang tengah berada dalam situasi sulit, Ardian Kurniawan terus menjadi pelopor penggerak aktivitas sosial untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya mereka yang terkena musibah atau miskin.
Berkecimpung di dunia relawan sejak 2017, Ardian kini dipercaya sebagai Koordinator Masyarakat Relawan Indonesia di Salatiga dan juga pimpinan "humanity food truck" yang dikelola oleh Aksi Cepat Tanggap atau ACT.
Saat ini Ardian Kurniawan, demikian nama lengkap pria kelahiran Koppeng, Kabupaten Semarang 10 Juli 1987 itu tengah menginsiasi penggalangan dana bagi pembangunan rumah bagi sebuah keluarga dhuafa yang memiliki tiga anak.
"Saat ini kami sedang menggalang dana. Rencananya akan kami belikan tanah dan bangunkan rumah," katanya.
Ia menyebut ada berbagai cara menggalang dana para relawan MRI Salatiga ini salah satunya adalah dengan melibatkan komunitas lain, seperti para pengamen, dalam upaya penggalangan dana untuk kegiatan sosial.
Namun siapa yang mengira, Ardian pernah memiliki pengalaman berhadapan dengan hukum dan harus menjalani proses hukum di lembaga pemasyarakatan.
Pada 2014, menurutnya, ia melakukan sebuah tindakan pidana pencurian yang mengakibatkan harus menjalani hukuman di Jember, Jawa Timur selama dua tahun. Selepas menjalani masa hukuman itu , ia kemudian kembali terlibat dalam tindak pidana yang mengakibatkan kembali harus mendekam di Lapas Salatiga selama 1 tahun empat bulan.
Nasib buruk seolah tak mau lepas darinya, ketiga lingkungan dimana ia tinggal menolak kehadirannya setelah menjalani masa hukuman itu. Stiga negatif terhadap mantan narapidana memang kerap terjadi di banyak tempat. Kadangkala hal ini kemudian membuat mereka susah berdikari secara ekonomi sehingga kemudian kembali terjerumus di dunia hitam.
Namun kamus itu tak ada di kepala Ardian. Selepas dari Lapas Salatiga, ia kemudian mencoba beberapa kali melamar kerja, namun masih mengalami kesulitan, hingga akhirnya ia mendaftar sebagai relawan.
Berbekal media sosial yang dimilikinya, ia kemudian mendaftar ke laman www.relawan.id untuk menjadi relawan di MRI. Tak langsung diterima, ada waktu sekitar enam bulan sebelum akhirnya ia bergabung dalam organisasi sosial itu.
Ardian yang sempat merantau ke Bali sebagai sopir bus dengan bayaran lumayan memutuskan kembali ke daerah asalnya untuk menjadi relawan.
"Awalnya bagi-bagi nasi bungkus, bagi sembako," katanya. Ardian bersama para relawan lain digandeng Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk menyalurkan bantuan bagi warga yang membutuhkan.
Selain itu, kata dia, banyak donatur personal lain yang ingin ikut membantu melalui MRI. "Ada juga komunitas Taiwan yang juga menyalurkan bantuan melalui kami melihat unggahan kegiatan kami di media sosial," tambahnya.
Untuk menepis suara miring terhadap aktivitas relawan, ia memastikan dari setiap rupiah donasi yang disalurkan, ia memastikan pertangungjawaban atas penggunaan uang-uang tersebut.
"Kami sampaikan langsung ke penerimanya, kami tulis besaran dana yang disalurkan," katanya. Bahkan untuk memastikan seluruh sumbangan yang diberikan para donatur itu disalurkan, ia selalu mengunggah kegiatan yang dilakukan para relawan di media sosial sebagai bentuk pertanggungjawaban
"Kami ingin membangun dan menjaga kepercayaan dari para donatur," katanya.
Karena adanya sindiran semacam itu, ia kemudian bersama para relawan menggalang dana untuk membeli sebuah ambulans. "Kini kami punya ambulans sendiri yang bisa digunakan untuk warga yang membutuhkan," katanya.
Setelah sekitar dua tahun menjadi relawan kemanusiaan, ia mengaku bisa kembali diterima di keluarga dan masyarakat. Meski tidak di gaji, kata dia, kebutuhan bagi para relawan dalam menjalankan tugas kemanusiaan ini selalu terpenuhi. Ia menyebut tentang adanya donatur yang menyediakan sebuah bangunan yang akan dijadikan sebagai tempat usaha makanan.
"Ada donatur yang membantu mendirikan tempat usaha makanan. Nantinya dikelola oleh para relawan," katanya.
Tempat usaha ini, kata dia, akan menjadi salah satu sumber untuk menghidupi para relawan, di samping juga selalu juga memberikan makanan gratis bagi kaum dhuafa.