The Adventures of TinTin
The Adventures of TinTin
Hergé: Bapak di balik petualangan Tintin
Petualangan Tintin merupakan komik populer yang bercerita tentang petualangan tokoh utama yang bernama Tintin. Kisah petualangan Tintin muncul pertama kali melalui surat kabar Le Petit Vingtieme pada 10 Januari 1929 oleh seorang komikus asal Belgia bernama Hergé.
Pemilik nama asli Georges Remi ini lahir pada 22 Mei 1907 di Etterbeek, daerah Ibu Kota Belgia. Sebelum Hergé membuat komik Tintin, kemampuannya dalam menggambar pertama kali terlihat melalui majalah pramuka sekolahnya yang bernama Jamais Assez.
Hergé memang bergabung dalam kelompok pramuka saat masih bersekolah. Pada kelompok ini, Hergé mendapat sebutan "Curious Fox" atau rubah penasaran.
Setelah lulus dari sekolah, Hergé meneruskan karirnya untuk bekerja di sebuah majalah bernama Le Vingtième Siècle sebagai pencatat nama pelanggan majalah tersebut. Pada tahun 1926, ia mulai memggambar komik berjudul Totor yang terinspirasi dari kegiatannya selama mengikuti pramuka.
Namun, satu tahun kemudian, komikus asal Belgia tersebut harus vakum karena menjalani wajib militer dan baru bisa kembali bekerja pada tahun 1928. Karena hal itu, pembuatan komik Totor terhenti.
Saat wajib militer telah selesai dan Hergé dapat kembali bekerja, ia diangkat menjadi salah satu pimpinan majalah Le Petit Vingtième, sebuah majalah anak-anak yang dikeluarkan oleh Le Vingtième.
Selain itu, ia juga melanjutkan pembuatan komik Totor hingga pada 10 Januari 1929. Hergé mengeluarkan komik dan karakter baru bernama Petualangan Tintin yang terbit pertama kali di Le Petit Vingtième, majalah tempatnya bekerja.
Komik Totor yang dibuat Hergé beberapa tahun sebelumnya, dianggap merupakan cikal bakal komik petualangan Tintin. Perbedaan Karakter keduanya terletak pada latar belakang karakter Totor yang merupakan seorang anggota pramuka, sedangkan Tintin diceritakan adalah seorang wartawan yang sering memecahkan misteri dan teka-teki.
Dalam setiap petualangan, Tintin dikenal memiliki penampilan yang khas, yaitu model rambut jambul dan ditemani oleh anjingnya yang bernama Snowy atau dalam edisi aslinya disebut Milo.
Selain itu, petualangan yang dialami Tintin tidak hanya seru, namun juga terkadang lucu dan menegangkan.
Hergé terus berkarya secara konsisten dengan merilis kelanjutan dari serial petualangan Tintin hingga telah membuat sebanyak 24 komik Tintin sejak pertama kali diterbitkan. Komik Petualangan Tintin juga telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.
Selain berbentuk komik, serial Petualangan Tintin juga telah diadaptasi menjadi berbagai bentuk seperti film, serial televisi, hingga teater. Namun, keberhasilan tersebut tidak sejalan dengan kehidupan pribadinya.
Hergé berpisah dengan sang istri yang bernama Germaine Kieckens. Setelah bercerai dengan istri pertama, Hergé menikahi seorang wanita bernama Fanny Vlamynck pada 1977.
Selama perjalanan karir Hergé dalam membuat komik petualangan Tintin, terdapat satu seri yang diterbitkan dalam bentuk komik dengan cerita yang belum selesai. Komik tersebut adalah komik terakkhir atau komik ke-24 Tintin yang berjudul Tintin dan Alpha-Art.
Hergé mengerjakan komik ini hingga meninggal dunia pada 3 Maret 1983 setelah diagnosis menderita penyakit leukemia dan buku ini diterbitkan beberapa tahun setelah Hergé meninggal, tepatnya pada tahun 1986 meskipun sketsa pada komik tersebut masih belum selesai.
Kematian Hergé menjadi sorotan utama di seluruh dunia dan menempati halaman depan di berbagai surat kabar Perancis, termasuk Libération dan Le Monde. Dalam wasiatnya, ia meninggalkan Fanny Vlamynck sebagai pewaris tunggal.
Beberapa polemik dalam karya Herge
Georges Prosper Remi atau sering dikenal dengan nama Hergé merupakan komikus asal Belgia yang menciptakan komik Petualangan Tintin yang sangat populer. Namun dibalik keberhasilannya, Hergé beberapa kali mengundang polemik karena penggambarannya pada beberapa kelompok etnis di seri petualangan Tintin.
Salah satu contohnya terdapat dalam seri berjudul “Tintin Di Kongo”. Saat itu, banyak yang menganggap bahwa Hergé menggambarkan orang Kongo yang memiliki sifat malas dan terbelakang. Namun sebagian lain, menganggap Hergé tidak bermaksud untuk rasis melainkan penggambaran hal tersebut dalam komik memang mencerminkan sebagian besar pandangan orang Belgia pada masa itu tentang Kongo yang dipandang lebih rendah.
Pada akhirnya, kisah ini telah direvisi beberapa kali dan sekarang dijual dengan peringatan yang dilampirkan di dalam cerita.
Selain itu, pada cerita lainnya yang berjudul Tintin di Amerika, Hergé dianggap menggambarkan anggota suku asli Amerika sebagai orang yang mudah tertipu. Dalam serial petualangan Tintin yang berjudul The Blue Lotus atau Lotus Biru, Hergé dianggap lebih mendukung China dibandingkan Jepang dilihat dari cerita pada seri tersebut.
Komik lanjutan petualangan Tintin ini memang diciptakan pada saat masa awal perang antara China dan Jepang. Seri ini menceritakan Tintin yang sedang menyelediki kasus perdagangan opium karena diminta bantuan oleh salah seorang tokoh China.
Namun, Hergé menggambarkan tokoh Jepang sebagai karakter yang dianggap jahat. Hergé juga menggambarkan Jepang sebagai sosok yang militeristik dan memiliki gigi besar. Hal inilah yang kembali menimbulkan kontroversi dalam karya Hergé.
Terlepas dari berbagai kontroversinya, Hergé merupakan sosok komikus yang bisa dianggap berprestasi. Ia berhasil memenangkan beberapa penghargaan seperti Adamson Awards di Swedia pada tahun 1971, Lifetime Achievement Award di Festival Lucca tahun 1972, Grand Prix Saint Michel tahun 1973, serta The Dalai Lama Bestowed the International Campaign for Tibet pada tahun 2006.
Selain itu, Hergé juga pernah terpilih sebagai gambar utama untuk koin peringatan Belgia dengan nilai nominal 20 euro sebagai penghormatan ulang tahunnya yang ke-100.
Jurnalis dan sosok Tintin
Memiliki rambut berjambul dan berwarna pirang, itulah kesan pertama yang bisa didapat ketika melihat Tintin, karakter utama dalam seri komik berjudul Petualangan Tintin yang dibuat oleh Hergé.
Selain itu, Tintin digambarkan merupakan seorang jurnalis yang sering terlibat dalam misteri hingga kasus berbahaya. Ia juga merupakan karakter yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani dan tidak mudah menyerah. Dengan sifat yang dimilikinya, Tintin dapat menyelesaikan misteri dan kasus yang sedang dihadapi.
Penggambaran karakter Tintin dalam komik petualangan Tintin dapat menjadi contoh bahwa pekerjaan seorang jurnalis bukanlah pekerjaan yang mudah.
Dalam pandangan sebagian orang, jurnalis mungkin terlihat seperti profesi yang dalam kesehariannya hanya memegang kertas dan pulpen untuk mencatat jawaban dari para narasumber.
Namun dibalik itu semua, terdapat sisi lain yang jarang diketahui dari profesi jurnalis. Faktanya, seorang jurnalis sering dihadapkan pada persoalan yang rumit dan berisiko.
Risiko yang dimiliki pun mulai dari risiko kecil hingga tinggi seperti siap memiliki musuh hingga mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan informasi.
Risiko memiliki musuh muncul karena pekerjaan wartawan adalah untuk memberitakan suatu hal, yang tentunya berita yang disajikan tidak hanya berita baik atau positif saja melainkan juga terdapat berita buruk.
Hal tersebut dapat memicu adanya pro dan kontra dari berbagai pihak yang membaca atau mendengarkan berita. Sehingga, seorang jurnalis harus siap menghadapi pihak yang kontra terhadap berita yang disajikan.
Seperti halnya dengan jalan cerita Tintin yang terkadang menegangkan, Jurnalis juga dihadapkan dengan risiko kematian seperti ketika melakukan liputan di daerah yang sedang terjadi kerusuhan hingga bencana alam.
Ketika hal ini terjadi, seorang wartawan harus cekatan dan siap menghadapi hal-hal yang tidak terduga untuk mengurangi risiko tersebut. Dari catatan media, terdapat juga beberapa kasus jurnalis Indonesia yang harus mempertaruhkan nyawa karena meliput kasus besar seperti kasus korupsi.
Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa seperti yang digambarkan oleh tokoh utama pada seri komik petualangan Tintin, menjadi seorang jurnalis membutuhkan keberanian, komitmen, dan dedikasi penuh untuk menyalurkan berita yang akurat.
Sehingga dapat dikatakan Jurnalis merupakan pekerjaan mulia yang hadir untuk memberikan berita kepada masyarakat. Karena itu, bagi Anda yang ingin menjadi jurnalis, pastikan kalau Anda memiliki passion di bidang ini. Karena tanpa adanya passion dan dedikasi, akan cukup sulit untuk dapat bertahan lama pada profesi jurnalis.
Tokoh-tokoh Ikonik di Semesta Tintin
Hergé telah menciptakan komik petualangan Tintin sejak 10 Januari 1929. Namun, ia tidak membuat Tintin berpetualang seorang diri. Tintin dalam setiap serinya, selalu ditemani oleh tokoh pendukung yang masing-masing tokoh tersebut memiliki kepribadian menarik.
Tokoh-tokoh pendukung dalam seri petualangan Tintin terdiri dari anjing setia yang bernama Milo atau yang lebih dikenal dengan nama Snowy di Indonesia, pelaut yang menjengkelkan Kapten Haddock, Profesor Lakmus, yang dalam edisi Indonesia disebut Profesor Calculus, seorang yang aneh tapi jenius, hingga duo yang selalu malang, Thomson dan Thompson.
Karakter utama dalam serial komik Petualangan Tintin sudah tentu adalah Tintin itu sendiri, ia digambarkan merupakan seorang jurnalis asal Belgia yang kerap melakukan petualangan seru.
Tintin memiliki ciri khas khusus yaitu rambut jambul yang berwarna pirang serta berpakaian formal.
Namun, usia Tintin tidak pernah secara jelas diungkapkan. Tokoh ini digambarkan sebagai seorang pria dewasa dalam penggambarannya di film DVD, namun Tintin juga dirujuk sebagai remaja beberapa kali dalam acara-acara televisi.
Milo atau Snowy dalam serial komik petualangan Tintin merupakan anjing berjenis Wire Fox Terrier. Snowy merupakan karakter protagonis dalam serial ini. Ikatan batin antara Snowy dan Tintin sangat kuat, mereka digambarkan saling menyelamatkan satu sama lain di sepanjang seri petualangan Tintin.
Snowy selalu setia disamping Tintin dan tidak pernah meninggalkannya dengan sengaja. Bahkan, saat keduanya terpisah secara tidak sengaja, mereka selalu dipertemukan kembali di akhir petualangan.
Selain Snowy, karakter yang kerap mendampingi Tintin dalam berpetualang adalah Kapten Haddock. Ia merupakan seorang pensiunan pelaut, Haddock, yang memiliki nama panjang Kapten Archibald Haddock dapat dikenali melalui brewok tebal dengan model Full Face yang ada di wajahnya.
Haddock digambarkan sebagai karakter yang memiliki ketergantungan pada alkohol, tetapi kemudian ia menjadi tokoh yang dihormati dan penuh sikap kepahlawanan. Kelemahan dan dan kekurangan yang dimilikinya menjadi pelengkap yang ideal untuk tokoh utama.
Lalu, terdapat nama Profesor Lakmus atau Profesor Calculus, ia adalah teman baik Tintin dan salah satu karakter dalam serial petualangan Tintin. Ia adalah ahli fisika yang selalu membawa pendulum ke mana-mana, linglung, dan memiliki gangguan pendengaran.
Namun, Profesor Lakmus telah berhasil menemukan banyak hal, termasuk roket di seri Perjalanan ke Bulan, kapal selam tahan hiu di seri Harta Karun Rackam Merah serta masih banyak penemuan lainnya.
Terakhir, Thompson dan Thomson atau sering dikenal dengan nama si kembar Thompson. Mereka adalah sepasang detektif yang sering membuat masalah karena terlalu naif. Membedakan kedua detektif ini dapat dilihat dari bentuk kumis masing-masing karakter. Thompson memiliki bentuk kumis melengkung dan berujung lancip, sedangkan Thomson memiliki kumis agak bulat.
Karakter ini pertama kali diperkenalkan di seri Cerutu Sang Faraoh (terbitan Indira) atau Cerutu Sang Firaun (terbitan GM) yang pertama dicetak di Belgia pada 1932, namun mereka sempat tampil sebagai kameo pada seri Tintin di Kongo.
Ketika Tintin mendarat di Indonesia
Bagi para penggemar Tintin di Indonesia, seri petualangan Tintin yang berjudul "Flight 714 To Sydney" tentu terasa spesial dan berbeda. Pasalnya, sang wartawan pemberani beserta anjingnya Snowy itu sempat mampir ke Indonesia dalam seri tersebut.
"Pesawat Qantas Boeing 707 mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta. Pesawat 714 dari London tiba di Pulau Jawa, pemberhentian terakhir sebelum Sydney, Australia". Demikian narasi pembuka komik petualangan Tintin seri "Flight 714 to Sydney" dalam bahasa Inggris.
Adapun komik aslinya berbahasa Prancis dengan judul "714 Pour Sydney" yang terbit pada tahun 1968.
Dalam seri komik tersebut, Tintin bersama dengan Kapten Haddock, Profesor Calculus, dan tentunya Snowy melakukan penerbangan dari London menuju Sydney dan singgah di Indonesia.
Mendarat di bandara internasional pertama di Indonesia, narasi dan gambar komik pada halaman pembuka berusaha memperlihatkan kejayaan Kemayoran sebagai lokasi bandara tersebut.
Cerita pun berlanjut ketika Tintin dan rombongan tidak sengaja bertemu Piotr Szut, seorang kawan lama yang bekerja sebagai pilot pesawat pribadi milik industrialis pesawat dan miliuner eksentrik Laszlo Carreidas.
Singkat cerita, mereka menjadi akrab dengan sang miliuner hingga ditawari menumpang dengan pesawat jet pribadinya. Nahas, pesawat Carriedas dibajak oleh orang-orang jahat yang telah berkomplot dengan sekretaris Carriedas, Walter Spalding.
Komik seri ini tidak hanya memperlihatkan ruang tunggu bandara, namun juga menampilkan menara Air Traffic Control (ATC). Menurut situs Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran, Menara ATC Kemayoran yang disebut juga dengan Menara ATC Tintin itu bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 495 tahun 1993.
Meski Bandara Kemayoran telah resmi berhenti beroperasi sejak 1985, namun bangunan menara ATC Tintin masih cukup sering dikunjungi. Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran juga menyebutkan bahwa Duta Besar Belgia penah mengunjungi menara ATC yang sama untuk mengenang sejarah penerbangan dan kisah petualangan Tintin di Indonesia pada tahun 2019.
Pada pertengahan Juni 2021 lalu, Komunitas Tintin Indonesia juga melakukan kunjungan ke komplek Bandara Kemayoran, termasuk Menara ATC Tintin dalam rangka merayakan hari jadi komunitas yang kedelapan belas.
Bukan hanya Bandara Kemayoran, petualangan Tintin seri "Flight 714 to Sydney" juga menyebutkan menara pengawas di Makassar. Di dalam komik diceritakan bahwa pesawat Carriedas setelah dibajak sempat berhubungan dengan menara pengawas Makassar yang kala itu masih disebut Ujung Pandang.
Mereka dibawa ke sebuah pulau kecil bernama Bompa yang terletak di wilayah Sondonesia dan memiliki gunung berapi dengan dua kaldera.
Para pembajak rupanya membangun landasan pesawat di pulau tersebut. Diceritakan pula bahwa Pulau Bompa itu memiliki spesies bekantan yang biasa ditemukan di sekitar Kalimantan serta komodo yang menjadi hewan khas Pulau Komodo.
Selain itu, ada juga disebutkan kelelawar yang memang umum ditemukan di Indonesia, namun lebih banyak ditemukan di sekitar Sulawesi. Oleh karena itu, Pulau Bompa yang disebutkan dalam komik seri tersebut diperkirakan berada di sekitar kawasan yang dulunya disebut Kepulauan Sunda Kecil atau sekarang dikenal dengan Kepulauan Nusa Tenggara.
Adapun dalam versi bahasa Indonesia, komik seri "Flight 714 to Sydney" memiliki jalan cerita yang sama, namun dengan sedikit perbedaan nama-nama karakter, termasuk juga penyebutan bandara. Dalam versi bahasa Indonesia, sempat nama bandara yang disebutkan adalah Cengkareng bukan Kemayoran.
Dari serial televisi sampai permainan, semua demam Tintin
Serupa dengan tokoh utamanya, cerita petualangan Tintin juga ikut menjelajah ke berbagai negara. Tidak berhenti dalam cerita bergambar, rangkaian kisah Tintin melakukan petualangannya dengan wahana lain, mulai dari teater, film, serial kartun, bahkan permainan.
Herge mungkin tidak pernah pernah membayangkan bila komik yang ditulisnya untuk surat kabar Katolik konservatif di tahun 1929 mendapat antusiasme luar biasa dari berbagai kalangan. Pementasan teatrikal petualangan Tintin menjadi alih wahana yang pertama.
Petualangan "Tintin in the Indies: The Mystery of the Blue Diamond" dan "Mr. Boullock’s Disappearance" berhasil naik ke panggung Theatre Royal des Galeries di Brussel berkat kolaborasi Herge dan penulis naskah Jacques Van Melkebeke.
Kemudian pada kisaran akhir tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an, cerita Tintin kembali dipentaskan di atas panggung Arts Theatre West End, London.
Pada pementasan tersebut, penulis naskah Geoffrey Case mengadaptasi petualangan Tintin di Amerika dan Pulau Hitam dengan sponsor utama Unicorn Theatre Company.
Bukan hanya berpetualang di atas panggung-panggung teater. Di tahun 1947, komik Tintin akhirnya dihadirkan secara nyata dalam bentuk gambar bergerak melalui produser Wilfried Bouchery.
Seri petualangan Tintin "The Crab with the Golden Claws" secara terbatas diputar bagi para tamu undangan di ABC Cinema pada 11 Januari 1947. Film ini hanya satu kali diputar untuk khalayak umum pada pertengahan Desember tahun yang sama.
Komik Tintin kembali dihadirkan dalam bentuk film pada awal Desember 1961 di Perancis. Kali ini, seri petualangan "Tintin and the Mystery of the Golden Fleece" tampil dalam film bergenre aksi langsung (live-action) lewat tangan Jean- Jacques Vierne sebagai sutradara serta Andre Barret dan Remo Forlani sebagai penulis naskah.
Seorang guru asal Belgia Jean-Pierre Talbot terpilih untuk memerankan Tintin, dan beradu peran dengan bintang film senior Prancis Georges Wilson sebagai Captain Haddock.
Tidak berhenti sampai di film. Dua dekade setelah terbitnya edisi perdana "Tintin in the Land of the Soviets", komik Tintin akhirnya ditampilkan dalam bentuk serial kartun televisi. Tepatnya 28 November 1957, studio film Belvision melalui saluran French Radio-Television (RTF) berhasil menampilkan "King Ottokar’s Sceptre" di layar kaca televisi selama tiga belas menit meski hanya berwarna hitam putih dengan animasi terbatas.
Menyusul pada 4 Juli 1959, Belvision kembali menayangkan seri petualangan Tintin "The Broken Ear".
Karena keterbatasan sumber daya maupun kendala teknis, Raymond Leblanc pemilik Belvision mengajak sutradara Ray Goossens untuk mengemasnya ulang. Dua seri petualangan Tintin tersebut kembali tampil dengan animasi penuh dan warna yang utuh di tahun 1959. Hingga tahun 1964, Belvision bersama Goossens telah mengalihwahanakan delapan seri petualangan Tintin menjadi serial kartun televisi yang tayang setiap minggu dengan total 103 episode.
Adapun serial kartun Tintin yang masih bisa disaksikan di layar televisi Indonesia hingga tahun 2014 merupakan hasil karya sutradara Stephane Bernasconi dan Peter Hudecki dengan rumah produksi Ellipse (Prancis) dan Nelvana (Kanada), atas nama Yayasan Herge.
Dengan total 39,5 jam episode, serial kartun televisi yang diproduksi mulai tahun 1991 tersebut menjadi alih wahana terbaik dari karya Herge karena cukup akurat.
Seolah belum terasa cukup demam Tintin menjangkiti masyarakat luas, petualangan Tintin juga hadir dalam bentuk permainan. Perusahaan Infogrames Entertainment, SA mengeluarkan permainan video yang mengadaptasi petualangan Tintin dengan judul "Tintin on the Moon" pada tahun 1989.
Beberapa tahun berselang, perusahaan yang sama meluncurkan platform game berjudul "Tintin in Tibet" dan "Prisoners of the Sun", yang disusul dengan peluncuran permainan Tintin edisi khusus untuk Windows dan PlayStation.
Awal mula trilogi: Rahasia Kapal Unicorn
Seolah ingin menghadirkan nostalgia dan masa kejayaan di masa lampau, sutradara kawakan Steven Spielberg bersama dengan beberapa rumah produksi terkenal di Hollywood kembali mengangkat kisah petualangan Tintin ke layar lebar pada tahun 2011 lalu.
Tidak tanggung-tanggung, ada lima rumah produksi film yang ikut terlibat dalam proses pembuatan film ini, yakni Paramount Pictures, Columbia Pictures, Amblin Entertainment, Wingnut Films, The Kennedy/Marshall Company.
Tidak hanya itu, beberapa artis besar Hollywood seperti Jamie Bell, Andy Serkis, dan Daniel Craig juga ikut mengisi suara dalam film animasi Tintin paling terbaru tersebut.
Kabarnya, film ini menjadi sekuel pertama dari trilogi kisah petualangan Tintin yang akan ditampilkan di layar lebar. Menurut Brussels Times, sutradara film "The Hobbit" Peter Jackson dibantu dengan Anthony Horowitz sebagai penulis naskah akan mengarahkan jalannya proses syuting sekuel kedua.
Situs yang sama juga menyebutkan bahwa proses syuting sekuel kedua diberi judul "The Adventures of Tintin: Prisoners of the Sun" dan akan mengambil dua mahakarya Herge, yakni "Prisoners of The Sun" dan "Seven Crystal Balls".
Dengan mengangkat judul "The Adventures of Tintin", sekuel pertama dari trilogi Tintin ini mengadaptasi tiga karya Herge sekaligus, yakni "Red Rackham’s Treasure", "The Secret of the Unicorn", dan "The Crab with the Golden Claw".
Proses alih wahananya melibatkan Steven Moffat, Edgar Wright, dan Joe Cornish sebagai para penulis naskah. Film ini secara umum mengambil latar tempat di negara Maroko meski penamaan tempatnya tidak sedikit yang bersifat fiktif.
Kisah petualangan Tintin pada sekuel pertama baru dimulai ketika miniatur kapal Unicorn yang baru saja Tintin beli menghilang akibat dicuri seseorang. Sebelumnya, seorang pria misterius telah lebih dulu muncul untuk menawar miniatur kapal yang sama dengan harga sangat tinggi ketika Tintin dan Snowy baru saja selesai membayar.
Tidak hanya itu, pria misterius lain juga muncul memperingatkan Tintin perihal betapa berbahayanya miniatur kapal tersebut bagi keselamatan keduanya.
Pencarian miniatur kapal Unicorn tersebut akhirnya berujung pada penculikan Tintin dan Snowy oleh orang suruhan Sakharine, penjahat yang tidak pernah alpha menghalangi Tintin. Tidak hanya itu, keduanya juga bahkan terlibat dalam upaya pembunuhan.
Drama perebutan miniatur kapal Unicorn tersebut membuat Tintin dan Snowy dibawa naik ke atas kapal Karaboudjan yang telah dibajak Sakharine.
Di atas kapal yang bertolak menuju Pelabuhan Bagghar di Maroko ini, Tintin bertemu dengan Kapten Haddock dan menjalin pertemanan dengan kapten berwajah seram tersebut. Tidak disangka, Kapten Haddock ternyata menjadi kunci utama untuk memecahkan misteri kapal Unicorn yang tengah diselidiki Tintin.
Pasalnya, Kapten Haddock merupakan keturunan dari Sir Francis Haddock, kapten kapal Unicorn.
Film "The Adventures of Tintin" mendapat skor 74 persen dari Rotten Tomatoes dan skor 7.3/10 di situs film IMDb.
Mengutip data dari situs riset film Nash Information Services, kisah petualangan Tintin tersebut mencatatkan total penghasilan sebesar 373,9 juta dolar Amerika Serikat selama tayang di bioskop. Dari angka tersebut, lebih dari 296 juta dolar Amerika Serikat berasal dari penayangan secara internasional.
Dalam ajang penghargaan film internasional Oscar 2012, "The Adventures of Tintin" mendapat beberapa nominasi, yaitu kategori The Best Original Score dan Film Terlaris. Sementara dalam ajang Golden Globes di tahun yang sama, kisah tiga petualangan Tintin tersebut bahkan keluar sebagai pemenang dalam kategori Film Animasi Terbaik.
Tumbuh bersama Tintin di Tengah Pandemi
Komik Tintin bukan sekedar hiburan semata. Kisah petualangan sang wartawan berjambul bersama anjing kesayangannya Snowy telah berhasil melahirkan kecintaan dan loyalitas yang tidak main-main di hati para penggemar setianya.
Meski sekuelnya telah berakhir sejak sang penulis Herge meninggal, komunitas penggemar cerita bergambar Tintin tetap hadir dan tumbuh, bahkan di tengah pandemi termasuk di Indonesia.
Yona (27), salah satu lulusan Sastra Prancis Universitas Indonesia yang juga menjadi penggemar berat Tintin mengatakan kalau komik Tintin menjadi salah satu hiburan rutinnya di waktu senggang, terutama di masa pandemi.
Bagi Yona, membaca komik Tintin berulang kali tidak pernah memberikan rasa bosan sebab selalu ada hal-hal menarik yang layak dicari tahu sehabis membaca komik tersebut.
"Tintin itu kan karena setting ceritanya di mana-mana, aku yang membaca jadi bisa jalan-jalan ke banyak tempat sekaligus. Apalagi lagi pandemi seperti ini, mau ke mana-mana hampir tidak mungkin. Jadi ya baca Tintin itu ibarat ensiklopedia sama tiket jalan ke mana saja tanpa karantina. Aku tiap habis baca Tintin pasti langsung cari tahu lagi, di Rusia seperti apa sih, ada hal-hal menarik apa di Tibet, masyarakat di Congo seperti apa sekarang," ujar Yona.
Tidak hanya itu. Menurut Yona, Tintin banyak disukai lintas generasi karena tokoh Tintin utamanya tidak memiliki kekuatan super, namun tetap mampu menjadi orang baik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan meski harus melewati berbagai resiko dan petualangan yang berat.
"Buatku dan mungkin juga penggemar setia lainnya, Tintin itu sama kayak kita, orang biasa yang selalu dikasih jalan tiap mau jadi orang baik walaupun resikonya berat. Sehabis baca Tintin itu, aku merasa diingatkan lagi kalau jadi orang baik itu selalu ada jalannya, yang penting kita mau menghadapi resikonya. Tintin juga kan selalu menghadapi dan menerima resiko-resiko dari perbuatan baiknya, bukan kabur begitu saja, atau malah diam tidak melakukan apapun" imbuh Yona lagi.
Di waktu senggang yang lain, Yona juga aktif mengikuti sederet diskusi daring yang dilaksanakan oleh Komunitas Tintin Indonesia.
Komunitas Tintin Indonesia menjadi satu-satunya komunitas Tintin di Indonesia yang tidak hanya memiliki jumlah pengikut paling banyak, namun juga diakui oleh komunitas Tintin internasional.
Komunitas yang terbentuk sejak pertengahan Juni 2003 ini memulai kegiatan diskusi dan tukar pikirannya seputar Tintin lewat milis Yahoo Group.
Mengikuti perkembangan zaman, Komunitas Tintin Indonesia telah beralih menggunakan Facebook Group sebagai media berbagi sejak tahun 2008.
Grup daring ini telah memiliki anggota sebanyak 5800 orang, dengan beberapa admin yang rutin memantau jalannya diskusi di dalam grup. Tidak hanya itu, para admin juga sangat selektif dalam menerima anggota baru yang ingin bergabung agar grup daring tersebut tetap nyaman bagi para Tintiners.
Seolah musim pandemi tidak menyurutkan semangat para Tintiners, Komunitas Tintin Indonesia nyatanya cukup aktif melakukan beberapa kegiatan dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini.
Selama rentang tahun 2020 saja misalnya, lebih dari dua puluh diskusi daring telah dilakukan oleh Komunitas Tintin Indonesia dengan beragam narasumber dan jumlah peserta yang tidak sedikit.
Pada perayaan hari jadi ketujuh belas Komunitas Tintin Indonesia, tepatnya pada 13 Juni 2020, komunitas ini menggelar diskusi daring bertajuk "Petualangan Penerjemah Tintin" dengan mengundang Melani Budianta sebagai penerjemah komik Tintin terbitan Indira. Diskusi daring ini dihadiri lebih dari seratus peserta.
Tidak lama berselang, Komunitas Tintin Indonesia kembali menggelar diskusi daring pada 27 Juni di tahun yang sama, dengan judul "Riset dan Penelitian Komik Tintin" serta mengundang beberapa narasumber. Tidak kurang dari enam puluh peserta hadir mengikuti diskusi daring tersebut.
Di pertengahan Juni 2021 lalu, Komunitas Tintin Indonesia kembali menggelar diskusi daring untuk merayakan hari jadi komunitas yang kedelapan belas.
Dengan mengambil judul "Nostalgia Bersama Tintin", diskusi daring yang dihadiri lebih dari delapan puluh orang peserta tersebut kembali mengundang Melani Budianta dengan Marion Sudewo-Apitule sebagai narasumber. Keduanya merupakan penerjemah komik Tintin terbitan Indira untuk seri tahun yang berbeda.
Adapun pada tahun ini, "Kumpul Tintiners" yang diadakan pada 23 Januari. Kegiatan yang berlokasi di Rumah Kebon Astuty tersebut merupakan kegiatan langsung pertama yang diadakan oleh Komunitas Tintin Indonesia selama musim pandemi.
Hari itu, salah satu tembok di Rumah Kebon Astuty penuh dihiasi dengan berbagai karakter dalam kisah petualangan Tintin. Mayoritas peserta mural ini adalah kaum pria meski ada juga beberapa perempuan yang ikut kegiatan menggambar dan mewarnai tembok tersebut.
Menjelang tengah hari, kegiatan mural itu selesai dan para peserta beristirahat sembari makan siang bersama.
Kegiatan “Kumpul Tintiners” ini dimulai dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB dengan beberapa agenda kegiatan. Selain membuat mural, kegiatan lain di hari itu ialah mengobrol santai sambil mengopi, berbagi hadiah, dan ditutup dengan acara menonton Tintin bersama. Beberapa hadiah yang dibagikan meliputi figurine dan T-shirt fan art.
Petualangan Tintin
Credit
PENGARAH
Akhmad Munir, Gusti Nur Cahya Aryani, Saptono, Teguh Priyanto
PRODUSER EKSEKUTIF
Sapto HP
PRODUSER
Panca Hari Prabowo
PENULIS
Hana Dewi Kinarina Kaban, Farika Nur Khotimah
KURATOR FOTO
Prasetyo Utomo
SUMBER FOTO
Shutterstock, Reuters, tintin.com, tintin.fandom.com, Paramount Pictures
DATA DAN RISET
Pusat Riset dan Data Antara
SUMBER VIDEO
Youtube
WEB DEVELOPER
Y. Rinaldi