Antara Interaktif

Saat muncul pada 1960, mereka muda dan berbahaya. Menggelinding bagai batu dalam industri musik dunia. Di panggung konser, mereka selalu bergoyang, berlari, dan berjingkrak. Pada 2021, batu-batu tua itu terus menggelinding dan menembus pandemi dengan konser bertajuk No Filter Tour 2020

Cikal bakal The Rolling Stones

The Rolling Stones

Formasi awal

Brian Jones merupakan pelopor grup yang berjuluk “Wild kids from England” ini. Ia lahir di London pada 28 Januari 1942. Grup yang dibentuk oleh Brian Jones mengalami beberapa perubahan formasi terutama pada posisi gitaris utama.

Baca selengkapnya

Formasi awal

The Rolling Stones

The Rolling Stones, grup musik legendaris asal Inggris, dibentuk pada Januari 1963 di London. Namun cikal bakal kelompok ini sudah ada sejak 1960, dengan formasi awal yang terdiri atas enam orang yaitu Mick Jagger sebagai vokalis, Keith Richards sebagai gitaris dan harmonica, Brian Jones sebagai gitaris irama, Mick Avory sebagai penabuh drum, dan Dick Taylor sebagai pemegang bass, serta Ian Stewart sebagai pemegang keyboard.

Brian Jones merupakan pelopor grup yang berjuluk “Wild kids from England” ini. Ia lahir di London pada 28 Januari 1942. Grup yang dibentuk oleh Brian Jones mengalami beberapa perubahan formasi terutama pada posisi gitaris utama.

Pergantian gitaris utama The Rolling Stones setidaknya terjadi tiga kali, yakni era Brian Jones, Mick taylor, hingga kemudian era Ronnie Wood.

Brian Jones yang bercita-cita memiliki kelompok musik sendiri, kemudian memasang iklan untuk mencari anggota grupnya. Dari iklan ini, kemudian ia bertemu dengan Dick Taylor. Mick Jagger serta Keith Richards dan mulai tampil di beberapa klub.

Popularitas The Rolling Stones, tidak lepas dari suara Mick Jagger yang menyita banyak perhatian orang. Dikonfirmasi oleh keluarganya, ia terinspirasi dari James Brown. Penampilan yang khas ini membuat mereka makin dikenal dan semakin sering tampil di banyak klub.

Pada tahun 1962 formasi The Rolling Stones mengalami pergantian. Basis Dick Taylor merupakan personel yang pertama keluar dan diganti oleh Bill Wayman. Sang penabuh drum, Charlie Watt diajak oleh Brian Jones untuk menggantikan Mick Avory pada tahun 1963.

Akhirnya pada tahun 1964, The Rolling Stones mengeluarkan album pertama bertajuk Rolling Stones. Kehadiran Andrew Oldham sebagai manajer mereka, membuat popularitas The Rolling Stones semakin melesat, bahkan mulai merambah blantika musik negeri Paman Sam.

Kepiawaian Oldham dalam mengelola manajemen grup itu, ditambah besutan Brian Jones dalam menciptkan lagu-lagu khas anak-anak asal London merupakan ramuan yang pas.

Saat tengah berada di puncak ketenaran mereka, Brian Jones mulai tidak aktif lantaran kecanduan narkoba hingga mengganggu penampilan grup tersebut, salah satunya karena sejumlah konser terpaksa batal.

Pada 1969, The Rolling Stones ditinggalkan oleh Brian Jones, ia meninggal pada 3 Juli 1969. Jones kemudian digantikan oleh Mick Taylor. Selama era itu, grup ini mengalami masa sulit, selain karena ditinggalkan Brian Jones, juga karena personel yang kerap berganti termasuk Ian Stewart yang mengundurkan diri kemudian.

Tutup

Awal Mula Logo Lidah yang Ikonik

Keterlibatan Pasche bermula pada tahun 1970 ketika manajemen The Rolling Stones menghubungi Royal College of Art di London. The Rolling Stones pada awalnya hanya mencari seorang seniman untuk membuat poster tur Eropa karena mereka tidak puas dengan logo yang disediakan oleh label mereka, Decca Records.

Baca selengkapnya
The Rolling Stones

Awal Mula Logo Lidah yang Ikonik

Awal Mula Logo Lidah yang Ikonik

Bagi para penikmat musik khususnya genre musik rock, The Rolling Stones barangkali menjadi hal yang tidak asing lagi di telinga. Grup ini telah aktif selama enam dekade dan menjadi salah satu grup musik beraliran rock paling populer di dunia.

Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari The Rolling Stones adalah logo berupa bibir berwarna merah dengan lidah menjulur. Logo ini begitu fenomenal dan melegenda hingga saat ini.

Dilansir dari media, logo The Rolling Stones tersebut dibuat oleh seorang bernama John Pasche pada tahun 1971. John Pasche pada saat itu masih merupakan mahasiswa seni di Royal College of Art, London.

Keterlibatan Pasche bermula pada tahun 1970 ketika manajemen The Rolling Stones menghubungi Royal College of Art di London. The Rolling Stones pada awalnya hanya mencari seorang seniman untuk membuat poster tur Eropa karena mereka tidak puas dengan logo yang disediakan oleh label mereka, Decca Records.

John Pasche direkomendasikan kepada The Rolling Stones. Pasche kemudian bertemu dengan Mick Jagger, vokalis The Rolling Stones.

Setelah mendiskusikan ide poster tersebut dan kembali satu minggu kemudian dengan desain poster yang sudah jadi, hasil poster itu ditolak oleh Mick Jagger. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan warna dan komposisi. Namun, Mick Jagger tetap mempercayakan hal tersebut kepada Pasche dengan berkata “Saya yakin anda bisa melakukan yang lebih baik.” kenang John Pasche sebagaimana disampaikan kepada The Independent.

Pasche kemudian membuat desain versi kedua sekaligus terakhir. Tidak lama kemudian Pasche dihubungi oleh asisten pribadi The Rolling Stones, Jo Bergman. Dalam surat tertanggal 29 April 1970 tersebut, Bergman meminta Pasche untuk membuat logo yang dapat digunakan pada kertas catatan, kop surat, dan lain-lain.

Hingga pada suatu pertemuan, Jagger menunjukkan Pasche sebuah ilustrasi tentang Dewa Hindu bernama “Kali” yang dilihat Jagger di sebuah toko dekat rumahnya. Menurut Pasche, Jagger lebih tertarik pada unsur India mengingat kala itu, budaya India sedang menjadi tren di Inggris. Namun, Pasche terkejut dengan mulut terbuka dan lidah yang menonjol dari dewa tersebut, Ia lalu mencomot bagian lidah dan mulut tersebut sebagai ide.

Logo The Rolling Stones muncul pertama kali ke khalayak umum bersamaan dengan dirilisnya album Sticky Fingers. Logo tersebut ditempatkan pada bagian sampul belakang. Namun, versi alternatif dari logo itu digunakan untuk album yang rilis di Amerika Serikat.

Belakangan, logo mulut dengan lidah menjulur ini terus bertahan dan menjadi ikon The Rolling Stones. Selain itu, logo ini tidak hanya di album The Rolling Stones, juga disematkan pada berbagai jenis suvenir seperti mug, kaos, hingga korek api.

Selain digunakan sebagai identitas grup, logo ini juga memiliki arti tersendiri. Pasche berpendapat, logo tersebut juga dimaksudkan sebagai sebuah simbol protes. Hal ini seperti yang anak-anak lakukan ketika mereka menjulurkan lidah kepada seseorang.

Di balik makna yang dimiliki logo The Rolling Stones, logo ini telah menjadi ciri khas yang mendunia dan berhasil menjadi salah satu logo yang paling dikenal. Selain itu, logo ini masih bisa dilihat terpampang di sudut kamar anak muda pecinta music rock hingga saat ini.

Tutup
The Rolling Stones

Jatuh Bangun Perjuangan The Rolling Stones

Pada masa awal karir, The Rolling Stones tampil dari satu klub ke klub lain di London. Lalu, perlahan mereka memulai tur pertama di Inggris pada tahun 1963 hingga akhirnya mereka berhasil memulai tur ke Amerika Serikat dan menarik penggemar di California.

Baca selengkapnya

Jatuh Bangun Perjuangan The Rolling Stones

Jatuh Bangun Perjuangan The Rolling Stones

The Rolling Stones, merupakan salah satu grup musik legendaris yang masih eksis hingga saat ini. Pada masal awal karirnya, The Rolling Stones memiliki formasi personel awal yaitu Mick Jagger (vokalis dan harmonika), Keith Richards (gitaris), Charlie Watts (drummer), Brian Jones (gitaris, harmonika, sitar), Ian Stewart (pianis), lalu Bill Wyman (bassis).

Pada suatu hari, Jones, Jagger, dan Richards ingin memasang iklan di Jazz News untuk memberi tahu bahwa band mereka akan tampil. "Siapa nama bandnya?” mereka saling berpandangan. Beruntunglah ada piringan hitam “The Best of Muddy Waters” yang sedang diputar dan terdengar di lagu pertama, "Rollin' Stone". Tiga orang ini lalu meneriakan "The Rolling Stones!". Semenjak itu grup ini memiliki nama The Rolling Stones.

Melansir dari media , musik Stones dipengaruhi oleh seniman blues Amerika seperti Little Richard, Chuck Berry, dan Fats Domino. Selain itu, The Rolling Stones juga mendapatkan pengaruh dari musik jazz karya Miles Davis.

Banyaknya pengaruh tersebut, membuat The Rolling Stones bisa menciptakan warna baru. Stones banyak bereksperimen dengan memadukan musik rock dan blues.

The Rolling Stones masuk ke Studio Olympic untuk memulai rekaman pertama mereka, namun kebanyakan lagu direkam di Studio Regent Sounds pada Januari dan Februari 1964. Album pertama mereka bertajuk “The Rolling Stones”, rilis pada 16 April 1964.

Album ini berisi 12 lagu. Dari seluruh lagu, hanya satu lagu yang dibuat oleh The Rolling Stones sendiri, yaitu "Tell Me (You're Coming Back)" yang dibuat oleh Jagger dan Richards.

Sisanya merupakan lagu klasik dari musisi yang sudah terkenal, seperti lagu berjudul “Carol" milik Chuck Berry lalu "Route 66" milik Bobby Troup, hingga lagu berjudul"Little by Little" dari Phil Spector. Album ini juga dirilis di Amerika Serikat pada tanggal 30 Mei 1964 berjudul England's Newest Hit Makers.

Pada masa awal karir, The Rolling Stones tampil dari satu klub ke klub lain di London. Lalu, perlahan mereka memulai tur pertama di Inggris pada tahun 1963 hingga akhirnya mereka berhasil memulai tur ke Amerika Serikat dan menarik penggemar di California.

The Rolling Stones, kerap disandingkan dengan The Beatles yang merupakan grup besar asal Inggris bergenre pop hingga membentuk semacam rivalitas di antara keduanya yang dimulai dari para penggemar dan media yang membesarkan rivalitas tersebut.

Jika The Beatles mendapat julukan pawang musik pop, maka The Rolling Stones merupakan pawang dari musik jenis rock. Penampilan kedua band tersebut juga berbeda, Beatles tampil dengan gaya pakaian rapi. Sedangkan, The Rolling Stones menampilkan gaya urakan dan liar. Sehingga apabila The Beatles memiliki citra sebagai goodboy, The Rolling Stones acapkali dicitrakan sebagai badboy.

Pada tahun 1980-an, The Rolling Stones mulai terpecah karena masih-masing pemain ingin berfokus pada karir solo mereka. Namun, pada akhir 1980-an, mereka sadar bahwa The Rolling Stones akan kuat jika mereka tetap bersama.

Memasuki abad ke-21, popularitas The Rolling Stones mengalami pasang surut. Namun, tersebut tetap dianggap sebagai legenda di dunia musik karena keberhasilannya mempengaruhi banyak musisi di abad ini. Personil The Rolling Stones hingga saat ini adalah Mick Jagger, Keith Richards, Charlie Watts dan Ronnie Woods yang bergabung pada tahun 1975.

Perjalanan karier dari The Rolling Stones bahkan dibuat dalam bentuk film dokumenter yang berjudul “Havana Moon”. Selain itu, beberapa musisi juga terinspirasi dari The Rolling Stones, seperti lagu berjudul “Moves it Like Jagger” milik Maroon 5 yang terinspirasi dari gerakan Mick Jagger, vokalis The Rolling Stones.

Tutup

Perjalanan 10 tahun pertama The Rolling Stones

Sepak terjang personel The Rolling Stones

Mick Jagger

Rockstar Penakluk Hati Banyak Wanita

Baca selengkapnya

Keith Richard

Gitaris yang pernah mengancam Donald Trump

Baca selengkapnya

Ronnie Wood

Dari Gitaris hingga Pelukis

Baca selengkapnya

Charlie Watts

Selamat Jalan Charlie Watts, Sang Penjaga Irama

Baca selengkapnya

Rockstar Penakluk Hati Banyak Wanita

Rockstar Penakluk Hati Banyak Wanita

Selain dikenal sebagai seorang rockstar sejati, vokalis The Rolling Stone Mick Jagger juga dikenal sebagai seorang aktor. Tercatat di situs IMDb, ia telah memainkan setidaknya 17 film dan tv serial sepanjang karirnya di dunia peran. Terakhir, Jagger telah memainkan film terbarunya berjudul “The Burnt Orange Heresy” pada tahun 2020. Karir akting Jagger juga terbilang cukup konsisten. Penampilannya di dunia layar lebar lebih sedikit dari David Bowie tetapi lebih banyak dari Bob Dylan.

Film bergenre thriller tersebut diproduksi oleh Sony Pictures Classics dan menceritakan tentang seorang kritikus seni yang sering kali berbohong. Selain itu, pada film ini juga menjelaskan tentang penyalahgunaan ambisi serta kekuasaan.

Pada film “The Burnt Orange”, Mick Jagger berperan sebagai seorang kolektor seni bernama Cassidy. Dalam aksinya, Cassidy akan mencuri salah satu lukisan milik Debney. Tokoh Debney ini diperankan oleh aktor Donald Sutherland.

Film ini disutradarai oleh Giuseppe Capotondi dan merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Charles B. Willeford yang dirilis pada tahun 1971.

Bagi Jagger, dunia peran bukanlah sesuatu yang baru. Sebelumnya, vokalis The Rolling Stone pernah terlibat di sejumlah film di antaranya Freejack (1992), Bent (1997), serta The Man from Elysian Fields (2001). Selain itu, ia juga pernah terlibat dalam penulisan scoring atau soundtrack film yang sudah tak terhitung jumlahnya.

Menurut Jagger, akting dan menyanyi merupakan pertunjukan di atas panggung, perbedaanya hanyalah yang satu dilakukan secara langsung dan satunya tidak. Dilansir dari Foxnews, Jagger juga pernah mengaku bahwa ia sangat menikmati proses penggarapan film ini.

“Saya berharap saya bisa melakukan lebih banyak akting. Saya hanya melakukannya sedikit demi sedikit di sana-sini kapan pun saya bisa. Kamu tahu, saya memiliki pekerjaan yang lain. Saya memiliki beberapa pekerjaan berbeda. Namun saya sangat menikmati proses pembuatan film ini." ungkap Mick Jagger.

Meski demikian, sutradara Giuseppe Capotondi mengaku sempat merasa takut dan segan saat akan pergi ke kantor Jagger di London untuk bertemu dengan musisi tersebut dan berbicara soal peran pada Agustus 2018.

"Jagger adalah rockstar paling terkenal di dunia, namun begitu saya masuk kedalam, dia sangat mudah didekati. Saya bertanya kepada Jagger, mengapa dia tidak melakukan akting lagi dalam 20 tahun terakhir. Dia mengatakan karena dia tidak ada waktu." ujar Giuseppe Capotondi.

Vokalis The Rolling Stones Senang Bermain Peran

Mick Jagger, vokalis The Rolling Stones ini merupakan salah satu musisi dengan kemampuan olah vokalnya yang tidak perlu diragukan lagi. Dia juga memiliki ciri khas dan karya yang membuat namanya bertahan selama puluhan tahun.

Sebagai musisi, Mick Jagger tentu memiliki berbagai kisah yang cukup menarik di luar panggung. Hal yang menarik tentang Jagger berkaitan dengan kisah asmaranya, ia memiliki daya tarik yang luar biasa dan acapkali menaklukan hati berbagai wanita. Selain itu, terkadang wanita yang takluk di depannya adalah wanita yang usianya terpaut jauh dengan Jagger.

Jagger lahir di Dartford, Britania Raya pada 26 Juli 1943. Ia meniti karir sebagai musisi dan tergabung menjadi vokalis dalam band The Rolling Stones. Sejak saat itu, popularitas Jagger meningkat daripada personil lainnya di band tersebut.

Jagger, berhasil memanfaatkan popularitasnya untuk menggaet wanita. Sepanjang karirnya, ia dikabarkan kerap dekat dengan sejumlah wanita.

Pertama, Jagger pernah menjalin hubungan asmara dengan Marianne Faithfull hingga tahun 1970. Meski bersama Faithfull, saat itu Mick Jagger kerap menjalin cinta juga dengan wanita lainnya. Namun, keduanya tetap memilih untuk bersama sampai hubungannya kandas.

Kedua, Jagger juga pernah menjalin kasih dengan model sosialita yang berasal dari Nikaragua, Bianca Perez Mora Macias. Jagger menjalin hubungan beberapa minggu setelah ia berpisah dengan Faithfull. Pasangan ini kemudian memutuskan untuk menikah pada tahun 1971.

Mereka dikaruniai satu anak perempuan bernama Jade yang kini telah menjadi seorang desainer perhiasan. Namun percintaan Jagger dan Macias tidak berlangsung lama karena keduanya memutuskan untuk berpisah pada tahun 1977, sehingga di tahun 1978 keduanya resmi untuk bercerai.

Namun, sebelum memutuskan berpisah dengannya, Jagger ternyata sudah menjalin cinta dengan seorang model bernama Jerry Hall. Keduanya tercatat berkencan mulai tahun 1977. Hasil hubungan ini membuat mereka dikaruniai empat orang anak.

Pada tahun 1990, Jagger melangsungkan pernikahan tidak resmi di Bali, Indonesia. Sayangnya, hubungan keduanya tidak bahagia. 10 tahun setelah menikah, keduanya memutuskan untuk bercerai.

Setelah resmi berpisah dari Hall, Jagger kemudian menjalin hubungan dengan Melanie Hamrick, ia adalah seorang penari balet ternama. Selain itu, dia juga sering menebar pesona ke beberapa wanita seperti Sophie Dahl, yang merupakan seorang model.

Tidak berhenti di situ, dari tahun 2001 hingga 2014 Jagger juga berkencan dengan perancang busana bernama L’Wren Scott yang kemudian meninggal akibat bunuh diri. Keduanya tidak pernah menikah dan Jagger sendiri yang mengakui bahwa L’Wren Scott merupakan pasangannya.

Kembali tentang Hamrick, Hamrick merupakan pasangan terakhir Jagger yang masih bertahan hingga saat ini. Perbedaan usia yang cukup jauh tidak pernah menjadi masalah bagi keduannya. Hamrick juga telah melahirkan anak kedelapan dari musisi legendaris tersebut. Selain itu, Jagger telah berjanji kepada Hamrick bahwa ia merupakan pelabuhan terakhir dari perjalanan cintanya dengan sejumlah wanita.

Tutup

Gitaris The Rolling Stones Keith Richards, pernah mengancam Donald Trump

Gitaris The Rolling Stones Keith Richards, pernah mengancam Donald Trump

Nyawa mantan presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ternyata pernah terancam oleh gitaris Rolling Stones Keith Richards. Hal ini terjadi pada 9 Desember 1989 dimana grup musik legendaris dunia asal Inggris The Rolling Stones, terlihat ogah-ogahan ketika menyetujui kontrak kerja untuk tampil pada acara “pay-per-view”. Saat itu The Rolling Stones ingin mengakhiri tur Steel Wheels mereka dengan siaran konser besar.

Dilansir dari Daily Mails, hal itu dikatakan oleh manajer tur Rolling Stones, Michael Cohl. Awalnya, Cohl menceritakan bahwa dirinya bermaksud mendapatkan sponsor untuk konser Stones. Cohl, yang juga pernah jadi promotor konser sejumlah musisi hebat dunia, seperti U2, Michael Jackson dan Barbra Streisand mengatakan bahwa dirinya membawa gaya acara tinju dunia dalam rangka memaksimalkan pendapatan untuk konser The Rolling Stones yang pertama kali digelar sejak terakhir pada 1981-1982 ini.

Sayangnya, meski dengan model yang cukup unik, tidak ada lokasi ternama di Las Vegas yang tertarik mengambil kesempatan menggelar konser tur The Rolling Stones. Satu-satunya tempat yang bisa mereka temukan adalah Atlantic City, tepatnya di Trump Plaza Hotel and Casino milik Donald Trump. Namun, itu adalah awal dari terjadinya hal-hal yang semakin memburuk.

The Rolling Stones menolak ide sang manajer tur, Michael Cohl untuk bekerjasama dengan bisnis milik Trump, yang saat itu masih menjadi pengusaha properti sebagai sponsor konser. Namun pada akhirnya, mereka menandatangani kontrak itu dengan dasar bahwa Trump tidak akan berada dalam promosi apa pun kecuali di Atlanta dan tidak akan tampil di pertunjukan itu sendiri.

Namun, beberapa hari berselang, tanpa disengaja Stones dan Trump berada di satu lokasi. The Rolling Stones dijadwalkan untuk melakukan wawancara sebelum konser sedangkan Trump melakukan konferensi pers. Manajer tur The Rolling Stones, Cohl mendengar bahwa Trump berencana untuk menemui The Rolling Stones setelah konferensi pers. Dilansir dari CNN News, bersama anak buahnya, Cohl berusaha melarang Trump untuk mendatangi Stones.

Setelah beberapa kali gagal untuk mengeluarkan Trump, Cohl mengaku bahwa Richards yang sudah kesal pun naik pitam dan mengancam Trump melalui Cohl. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu mengusirnya? Apa aku perlu ke bawah dan mengusirnya secara langsung? Dia harus pergi atau kami tidak akan tampil," ujar Richard sembari menancapkan sebilah pisau ke arah meja, seperti yang diceritakan oleh Cohl.

“Tidak, aku akan melakukannya sendiri, jangan khawatir.” timpal Cohl dikutip dari The Independent. Cohl langsung meluncur ke bawah dan melarang Trump untuk masuk ke gedung tersebut.

Cohl kemudian memberi tahu Trump jika dia tidak pergi, grup musik itu tidak akan tampil. Marah dengan kehebohan itu, Trump dilaporkan hanya turun dan meninggalkan gedung setelah 40 kru band muncul dengan besi ban, tongkat hoki dan obeng.

Baik Donald Trump, Keith Richards dan The Rolling Stones tidak memberikan pernyataan atau komentar setelah insiden tersebut . Selain itu, kekesalan para personel Rolling Stones dengan Trump nampaknya masih berlanjut hingga saat ini. Beberapa waktu yang lalu, Richards pernah buka membuka suara terkait dengan keinginan Trump untuk maju menjadi Presiden AS waktu itu.

"Bisakah dibayangkan jika kita memiliki presiden seperti Trump? Itu adalah mimpi buruk, tapi bisa saja mimpi buruk itu terjadi, itu adalah keajaiban negara ini.” kata Richards, dilansir dari Vanity Fair.

Kisah Keith Richards yang Tersandung Kasus Narkoba dan Dibebaskan oleh Penggemar

Narkoba dapat dikatakan merupakan sebuah hal yang identik dengan keberadaan para rockstar. Tidak terkecuali Keith Richards. Gaya hidup yang glamor dan flamboyan seakan memaksa mereka untuk bergantung pada obat-obatan terlarang. Citra yang dimiliki musisi rock yang dekat dengan obat-obatan terlarang sebenarnya juga menjadi salah satu teknik penentuan target operasi kepolisian untuk memberantas peredaran narkoba.

Seperti yang banyak diketahui, Keith Richards dikenal luas karena terlibat dalam insiden skandal sepanjang karir musik seperti peristiwa-peristiwa mengerikan yang nyaris merenggut nyawanya antara lain insiden pengalaman kebakaran, tertimpa buku hingga mematahkan tulang rusuknya, tersengat listrik, keracunan, dan berbagai insiden lain.

Selain menghadapi insiden yang hampir mengakibatkan kematian beberapa kali, gitaris The Rolling Stones ini juga memiliki reputasi tentang penyalahgunaan obat-obatan terlarang yang membuatnya bermasalah, terutama selama akhir 1960-an dan 1970-an. Skala penggunaan narkoba oleh gitaris The Rolling Stones, Keith Richards seakan menyatu dalam musik dan sejarah budaya rock. Cerita tentang aktivitas buruknya terbilang legendaris.

Di tahun 1977, nama sang gitaris The Rolling Stones tersebut masuk ke dalam operasi kepolisian Kanada. Kisah paling membekas tentang penangkapan sang gitaris terkait narkoba ketika Keith Richards lolos dari ancaman penjara berkat seorang penggemar setia bernama Rita Bedard yang datang untuk menyelamatkannya.

Semua berawal ketika gitaris The Rolling Stones itu bepergian dengan pacarnya yang bernama Anita Pallenberg ke Kanada. Namun, dia telah ditangkap dalam penerbangannya dari London ke Toronto dengan 10 gram ganja dan sendok berisi jejak heroin di atasnya yang cukup untuk kepolisian Kanada menggerebek kamar Richards di Harbour Castle Hilton pada 27 Februari 1977.

Keith Richards menuliskan kejadian ketika polisi datang untuk menangkapnya dalam otobiografinya tahun 2010 yang berjudul “Life”. Kepolisian Kanada tidak dapat membangunkan Richards untuk menangkapnya yang memakan waktu lama karena mereka menyeretnya keluar dari kamarnya dan menampar Richards.

Setelah berhasil membangunkan Keith Richards, polisi menemukan narkoba di kamarnya dan kemudian mendakwa Richards dengan kepemilikan heroin untuk tujuan perdagangan yang kemungkinan besar akan mengirim gitaris ikonik itu ke penjara.

Saat itulah penggemar setia Rita Bedard datang untuk menyelamatkan Richards. Rita, merupakan seorang tunanetra yang menjadi penggemar fanatik The Rolling Stone. Rita datang dalam pengadilan sekaligus membawa rombongan penggemar The Rolling Stones yang lain.

Di persidangan, Rita mengajukan banding agar Richards bisa mendapatkan keringanan. Rita mengajukan Richards agar dapat mengikuti rehabilitasi serta mengadakan konser amal bersama The Rolling Stones bagi institusi nasional untuk tunanetra. Pengajuan banding oleh Rita tersebut akhirnya disetujui oleh hakim dan Richards dapat bebas dari tuntutan yang bisa mengakibatkan hukuman penjara.

Tutup

Ronnie Wood, Legenda The Rolling Stones membuka Studio Musik

Ronnie Wood, Legenda The Rolling Stones membuka Studio Musik

Ronnie Wood menjadi tamu kehormatan saat ia membuka studio musik di Canning Town, London Timur, yang dikembangkan dalam kemitraan dengan Rolling Stones. Ia membuka studio musik ini untuk membantu musisi-musisi muda.

Studio ini akan memberikan bantuan yang signifikan kepada musisi pemula di wilayah Newham, berkat kemitraan yang baik dengan The Rolling Stones. Setelah bermain di London pada tur “No Filter 2018”, The Rolling Stones mencari kesempatan untuk berinvestasi pada masa depan kreatif kaum muda di London, dan bekerja sama dengan Community Links, sebuah badan aksi sosial.

Studio ini adalah hasilnya, studio yang menyediakan akses untuk kaum muda dalam menitih karir di dunia musik. Studio ini akan menyelenggarakan workshop kreatif yang mendorong kesejahteraan mental, serta kursus dan program studi formal yang akan mengarah pada kualifikasi dalam teknologi musik dan rekayasa suara.

Manajer The Rolling Stones saat ini, Joyce Smyth turut hadir pada upacara tersebut untuk bersama-sama mempersembahkan karya seni asli Ronnie Wood yang terkenal, yakni daftar lagu yang dimainkan pada konser band di Stadion Olimpiade pada Mei 2018, dimana hasil penjualannya secara khusus untuk membantu mendanai studio.

“Saya senang saat diminta untuk membuka Studio Musik di Community Links, Canning Town, saya ingat bantuan yang saya dapatkan sebagai anak muda dan melalui aksi sosial ini, The Rolling Stones memberikan bantuan kepada semua musisi pemula di London Timur." ujar Wood.

Saat peluncuran, Wood juga mendengarkan beberapa lagu yang dibuat oleh anak-anak muda dari Newham. Wood berkata, “Aku mulai dari bukan siapa-siapa jadi aku sangat menghargai apa yang anak muda ini telah kerjakan.”

Chi Kavindele, direktur Community Links, mengatakan bahwa studio ini akan memberikan kesempatan kepada anak-anak muda untuk bersemangat tentang masa depan mereka. "Kaum muda telah terkena dampak pandemi secara tidak proporsional, mulai dari gangguan pada kehidupan sekolah hingga pekerjaan terbatas. Kami ingin studio ini menjadi pintu gerbang bagi seniman, produser, dan teknisi musik di masa depan." pungkasnya.

Dari Gitaris hingga Pelukis, Karir Ronnie Wood

Sang gitaris yang melegenda, Ronnie Wood ternyata bukan hanya seorang yang ahli dalam bermain gitar namun juga seorang pelukis yang handal. Ia mulai meniti karir dalam melukis sejak usia 21 tahun. Bakat seni rupanya betul-betul mengalir dalam alunan tangan gitaris Rolling Stones, Ronnie Wood ini. Selain ahli memainkan gitar, pria kelahiran 1 Juni 1947 itu juga memiliki kemampuan membuat sketsa dan melukis di atas kanvas. Sebelum ia menjadi seorang gitaris, Wood juga pernah menjalani pelatihan seni di Ealing College of Art.

Di tengah kesibukannya sebagai personel band, Wood tak berpaling dari hobinya yang lain, yakni melukis, menggambar, dan membuat seni grafis selama kurang lebih 35 tahun. Pria yang pernah tergabung dalam Jeff Beck Group dan Faces tersebut pernah melukis beberapa pesohor terkenal, mulai dari Jimi Hendrix, Bob Marley, hingga Elvis Presley.

Karyanya sungguh tidak main-main, pasalnya ia juga sering mengadakan dan mengunjungi pameran dari hasil lukisannya tersebut. Melansir dari Tempo, pada tahun 2013, ia memamerkan hasil lukisannya di London. Pameran tersebut terdiri dari seni kanvas dan sketsa dari The Rolling Stones, termasuk potret grup serta individual.

Wood berkata ia banyak dipengaruhi oleh Rembrandt hingga Carvaggio. “Sejak kanak-kanak ada pengaruh dari Rembrandt hingga Carvaggio, saya suka membawanya bersama Picasso dan semua aliran ekspresionis dan impresionis serta semua gaya yang saya resapi bertahun-tahun. Ini sedikit seperti musik, anda dipengaruhi oleh blues, soul, dan klasik.” ujar Wood dalam wawancara ketika menghadiri pameran di London.

Bagi Wood, musik dan seni bukan sekedar relaksasi dan ekspresi, tapi juga spiritual. “Saya akan menjadi musikal selama tur, dan mungkin menggambar beberapa sketsa, tetapi konsentrasi utama terletak pada musik. Saat tur berakhir, saya biasanya bersantai dan mengambil kuas dan ini sangat spiritual. Musik dan seni sangat membuat saya bersantai.” tegasnya.

Selain itu, ia sempat menghadiri acara yang memamerkan hasil lukisannya di Ohio, Amerika. Pameran itu menampilkan 30 lukisan, 22 drawing pena dan pensil, serta tujuh karya media campuran. Hingga saat ini, Wood masih aktif melukis lantaran lukisan-lukisan yang ia hasilkan diperjualbelikan di portal website pribadi dan akun Instagram milik Ronnie Wood.

Beberapa hasil lukisan Ronnie Wood: https://www.ronniewood.com/art/

Tutup

Kisah Charlie Watts yang Tertutup Hingga Akhir Hayat

Kisah Charlie Watts yang Tertutup Hingga Akhir Hayat

“Saya tidak suka solo drum,” Charlie Watts pernah berkata. “Saya mengagumi beberapa orang yang melakukannya (solo drum), tetapi umumnya saya lebih suka drummer bermain dengan band.”. Ekspresi kasih sayang dan kekaguman yang mengikuti berita kematian penggebuk drum The Rolling Stones pada 24 Agustus 2021 sangat menyentuh dan mengesankan. Penggemar The Rolling Stones menghargai apa yang telah dicapai Watts dan apa arti kehadirannya bagi grup tersebut secara keseluruhan.

Charlie Watts dikenal sebagai sosok yang berpengaruh di grup The Rolling Stones. Dengan kemampuan musiknya yang bercorak jazz dan blues, membuat ciri khas tersendiri bagi musik yang disajikan The Rolling Stones. Meskipun Charlie senang bermain musik bersama, tetapi ia tidak suka menjadi seperti bintang rock yang terlihat pada umumnya, tur ke seluruh belahan dunia dan bertahan di panggung dengan mendengar teriakan ribuan penggemar.

Bahkan, untuk mengusir rasa bosan yang dialami Charlie selama melakukan tur konser, ia menggambar setiap kamar hotel tempat ia menginap. Watts juga tertutup perihal kehidupan pribadinya. Selain itu, berbeda dengan rekan satu grupnya yang gonta-ganti pasangan, Charlie Watts menikahi seorang perempuan bernama Shirley Ann Shepherd yang sudah ia kenal sejak sebelum bergabung dengan The Rolling Stones. Hanya ajal yang memisahkan Watts dan Shirley. Keduanya dikaruniai seorang putri yang bernama Seraphina Watts, sang putri juga jarang diekspos dan tidak mengikuti jalur musik seperti Watts.

Sementara Jagger, Richards, dan yang lainnya melompat-lompat di saat konser, Charlie tetap tenang di belakang perangkat drumnya yang berukuran sedang. Tidak semua orang memperhatikan dia pada saat itu, dimana itu memang hal yang dia suka.

Dalam sebuah wawancara pada surat kabar The Observer sepuluh tahun lalu yang menandai hampir 50 tahun The Rolling Stones, Watts pernah berkata, “Saya tidak pernah terpikat pada Rock & Roll. Maksudnya, saya suka naik ke atas panggung dan orang-orang bertepuk tangan, tetapi saya tidak pernah percaya apa pun di luar itu. Rasanya, kecil bagi saya, semuanya. Itu tidak pernah membuatku begitu terkesan.”.

Hal ini membuat Charlie Watts memiliki semacam kualitas klasik introvert. Orang-orang seperti itu seringkali diabaikan. Mereka tidak membuat banyak keributan. Mereka senang melanjutkan pekerjaan mereka sendiri. Mereka sering memberikan kontribusi penting namun tidak begitu diperhatikan. Mereka bisa menjadi pahlawan tanpa tanda jasa dari tim atau kelompok yang sangat efektif dan melakukan hal-hal untuk menghibur dirinya sendiri. Itulah salah satu perbedaan utama antara introvert dan ekstrovert. Sehingga dalam ini, Watts tidak begitu membutuhkan audiens untuk menarik energi dan inspirasi mereka.

Di dunia yang penuh hingar-bingar ini, kita harus selalu mengingat orang-orang yang cakap dan pendiam yang langsung mengerjakannya tanpa membuat keributan.

Selamat Jalan Charlie Watts, Sang Penjaga Irama

Charlie Watts lahir di London, tepatnya di Rumah Sakit University College (sekarang bagian London Borough of Brent) pada 2 Juni 1941. Watts kecil sudah tertarik dengan dunia musik, khususnya genre Jazz dan Blues. Watts diketahui sangat mengidolakan Charlie Parker, seorang komposer terkenal asal Amerika Serikat. Drummer legendaris ini awalnya merintis karir sebagai pemain drum di klub R&B London pada dekade 60-an.

Setelah itu, barulah Watts memutuskan bergabung menjadi bagian dari The Rolling Stones pada Januari 1963. Selain menjadi penjaga irama di The Rolling Stones dengan ciri khasnya sendiri, Watts juga dikenal sebagai orang yang paling normal di antara anggota The Rolling Stones yang dipenuhi skandal.

Wajah Watts yang tanpa ekspresi juga menjadi pembeda yang menjadi satu kesatuan harmonis pada setiap penampilan The Rolling Stones, mengimbangi energi yang dimiliki Mick Jagger serta penampilan penuh canda antara Keith Richards dan Ronnie Wood.

Saat anggota The Rolling Stones yang lain acapkali meramaikan tabloid Inggris dengan kecanduan, penangkapan, perceraian, dan perkelahian. Watts memilih untuk hidup tenang bersama Shirley Shepherd, perempuan yang telah dinikahinya selama 50 tahun di sebuah peternakan di Devon yang terletak daerah di wilayah barat daya Inggris. Di antara anggota The Rolling Stones yang lain, kehidupan pribadi Charlie Watts bisa dikatakan jauh dari gemerlapnya dunia. Ia satu-satunya anggota band yang tidak bercerai dengan istrinya.

Saking tidak terkenalnya, publik terlihat jarang membicarakan Charlie Watts. Pada tahun 70-an hingga 90-an, saat kamar-kamar kaum muda waktu itu dipenuhi dengan poster Mick Jagger, Keith Richard, Ronnie Wood atau Bill Wymans, bisa dikatakan tidak ditemukan sosok Charlie Watts di kamar kaum muda pada waktu itu.

Meski sempat dirawat karena kecanduan alkohol dan narkoba pada 1980-an namun dia menegaskan tidak lagi mengonsumsi barang haram tersebut. "Itu hanya periode singkat dalam hidup saya. Saya telah berhenti. Berperilaku seperti itu tidak cocok bagi saya." ungkap Watts.

Namun, kini Charlie Watts telah meninggal dunia. Kepergiannya membawa duka yang mendalam pagi para musisi dan penikmat musik khususnya musik Rock, karena ia dikenal sebagai drummer yang hebat. Dalam usia 80 tahun ia menghembuskan napas terakhirnya di sebuah rumah sakit di London, Inggris. Sebelum meninggal dunia pada Selasa (24/8/2021) waktu setempat, Charlie Watts memang memiliki sejumlah riwayat penyakit. Pada tahun 2004, Watts sempat didiagnosis menderita kanker tenggorokan, namun setelah rutin menjalani terapi radiasi, Watts berhasil melawan penyakit tersebut.

Sebelum meninggal dunia, Charlie Watts dikenal sebagai sosok yang pendiam di dalam dan di luar panggung. Ia berpegang teguh pada bayang-bayang dan seakan membiarkan anggota The Rolling Stone yang lain menjadi pusat perhatian. Hingga meninggal dunia, Charlie Watts menjadi bagian dari empat anggota lama The Rolling Stones, bersama Mick Jagger (vokal), Keith Richards (gitaris), dan Ronnie Wood (bassis).

Dia sempat mengundurkan diri dari tur Rolling Stone di Amerika, yang tertunda karena COVID-19, mulai September 2021 ini, karena tengah memulihkan diri pasca menjalani sebuah prosedur medis.

Namun, Charlie Watts meninggal dunia tiga minggu setelah ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari tur The Rolling Stones di Amerika Serikat karena mengalami masalah kesehatan. "Dengan sangat sedih kami mengumumkan kematian seseorang yang kami cintai, Charlie Watts. Dia meninggal di rumah sakit London hari ini dikelilingi oleh keluarganya," ungkap juru bicara Watts, dilansir dari Reuters.

Tutup

"No filter tour 2020"

Sempat Tertunda Karena Pandemi COVID-19

Merayakan lima puluh sembilan tahun kehadirannya di belantika musik internasional, The Rolling Stones akhirnya mantap menggelar tur langsung musim gugur bertajuk “No Filter” di tiga belas kota di AS pada bulan September tahun ini.

Baca selengkapnya

Steve Jordan penabuh drum "No Filter"

Meski berhasil diselenggarakan, “No Filter” jelas menyisakan duka bagi para penggemar berat Charlie Watts selepas kepergian sang penabuh drum andalan The Rolling Stones tersebut. Sebagai gantinya, tur yang dimulai 26 September 2021 mendatang akan memboyong kembali Steve Jordan.

Baca selengkapnya

Sempat Tertunda Karena Pandemi COVID-19

Sempat Tertunda Karena Pandemi COVID-19

Merayakan lima puluh sembilan tahun kehadirannya di belantika musik internasional, The Rolling Stones akhirnya mantap menggelar tur langsung musim gugur bertajuk “No Filter” di tiga belas kota di AS pada bulan September tahun ini.

Band rock legendaris asal Inggris yang formasi terakhirnya diisi oleh Mick Jagger, Keith Ricards, Ronnie Wood, dan Charlie Watts itu baru saja merayakan peringatan lima puluh sembilan tahunnya pada 12 Juli kemarin.

Tidak lama berselang dari tanggal tersebut, situs The Rolling Stones resmi merilis jadwal ulang tur “No Filter” yang akan dimulai pada 26 September 2021 setelah sempat tertunda bulan Mei tahun lalu karena pandemi COVID-19. Kali ini, tim promotor tur The Rolling Stones seolah telah lebih bersiap dalam menyapa para penggemar berat yang rindu gebrakan panggung keempatnya di tengah lonjakan kasus positif COVID-19 di AS beberapa waktu belakangan.

Bagaimana tidak. Setiap kali keempatnya beraksi di atas panggung, para penonton mulai dari generasi lama penggemar berat masing-masing hingga generasi baru tidak pernah ketinggalan berduyun-duyun untuk melihat atraksi bapak-bapak tua tersebut. Bahkan, jumlah penggemar keempatnya terus bertambah hingga hari ini sehingga kerumuman die-hard fans The Rolling Stones adalah hal krusial yang harus diantisipasi promotor tur.

Terkait kota-kota yang akan disinggahi “No Filter”, terdapat sedikit perubahan dari yang telah dijadwalkan pada tahun lalu. Tur di bulan September ini akan dimulai dari The Dome At America’s Center, St. Louis, Missouri dan berakhir di Circuit of The Americas, Austin, Texas pada bulan November mendatang. Adapun tahun lalu mengutip dari laman Tirto, tur “No Filter” direncanakan diawali dari San Diego, California dan berakhir di Atlanta, Georgia dengan total lima belas kota persinggahan.

Ada empat kota yang dibatalkan dari rencana tahun sebelumnya, yaitu Vancouver, Louisville, Cleveland dan Buffalo karena kesulitan penjadwalan ulang tanggal konser. Sebagai gantinya, The Rolling Stones mengikutsertakan tiga kota baru dalam jadwal tur September nanti, yakni Los Angeles, Las Vegas, dan New Orleans. Selebihnya, kota lain yang disinggahi “No Filter” tetap sama seperti rencana awal tur tahun lalu.

Sehubungan dengan pemesanan tiket dan rangkaian jadwal tur “No Filter”, The Rolling Stones menyediakan satu akses melalui situs resmi mereka rollingstones.com. Selain itu, para pemegang tiket tahun lalu secara khusus juga mendapatkan keistimewaan pada tur tahun ini. Promotor memprioritaskan mereka yang memutuskan mengganti tiket tahun sebelumnya dengan tiket konser tahun ini asalkan di kota yang sama.

Sebelum pandemi, keempatnya masih sempat mengguncang Hard Rock Stadium, Miami, Florida lewat aksi langsung di atas panggung pada 30 Agustus 2019. Sementara selama pandemi mengutip dari media, The Rolling Stones hanya sekali beraksi virtual pada konser amal Global Citizen yang bertajuk “Together at Home” pada 18 April 2020.

Tutup

Steve Jordan penabuh drum "No Filter"

Steve Jordan penabuh drum "No Filter"

Meski berhasil diselenggarakan, “No Filter” jelas menyisakan duka bagi para penggemar berat Charlie Watts selepas kepergian sang penabuh drum andalan The Rolling Stones tersebut. Sebagai gantinya, tur yang dimulai 26 September 2021 mendatang akan memboyong kembali Steve Jordan.

Aksi panggung Steve Jordan menabuh drum bersama The Rolling Stones pada tur “No Filter” nanti bukanlah kali pertama. Jordan tidak ubahnya kawan lama bagi Mick Jagger, Keith Ricards, dan Ronnie Wood. Sebelum ini, Jordan sudah pernah terlibat dalam album Dirty Work yang rilis pada 24 Maret 1986. Dalam album tersebut, ia membantu mendiang Charlie Watts mengisi irama ketukan drum di beberapa lagu.

Dari New York Post, Charlie Watts menunjuk langsung Jordan untuk menggantikan posisinya sejak rencana awal tur “No Filter” pada tahun lalu. Saat itu, operasi yang baru saja dijalani Charlie membuatnya harus menarik diri secara resmi dari tur di lima belas kota di AS tersebut. Ia kemudian meminta secara pribadi Jordan sebagai rekan lama untuk menggantikan posisinya menginjak pedal bersama The Rolling Stones.

Adapun Jordan sendiri merupakan anggota dari proyek sampingan gitaris Keith Richard yang bernama Keith Richard X-Pensive Winos. Proyek ini aktif mulai tahun 1988 hingga 1992 ketika The Rolling Stones memasuki masa hiatus kala itu. Beraliran genre musik yang sama dengan The Rolling Stones, Keith Richard X-Pensive Winos dibintangi oleh Waddy Wachtel sebagai gitaris, Steve Jordan sebagai penabuh drum, Bobby Keys sebagai saxofonis, Ivan Neville sebagai keyboardis, Charley Dayton sebagai basis, dan Keith Richard sebagai vokalis tentunya.

Meski demikian, Steve Jordan yang kelahiran tahun 1957 ini mampu memainkan berbagai irama yang tidak hanya terbatas pada rock, mulai dari pop hinga RnB. Selain proyek sampingan Keith Richard, Steve Jordan juga pernah mengambil posisi sebagai penabuh drum Blues Brothers dan juga membantu tim musik John Meyer.

Bukan hanya itu, Steve Jordan juga tercatat sebagai house band untuk acara “Saturday Night Live” yang dibawakan oleh Don Pardo dan “Late Night with David Letterman” yang dipandu oleh pembawa acara terkenal David Letterman. Jelas sudah Steve Jordan memang bukan hanya penabuh drum yang berbakat, namun juga handal.

Dalam salah satu wawancara dengan New York Post, Jordan juga mengatakan bahwa dirinya merasa begitu terhormat mendapat kepercayaan langsung dari Charlie sebelum penabuh drum handal dan terkenal itu pergi untuk selama-lamanya. Ia pun memastikan akan tampil prima dan mengesankan dalam rangkaian konser “No Filter” di tiga belas kota di AS nanti.

Terkait Charlie Watts, meski Jordan, tiga anggota yang lain, dan seluruh penggemar berat band rock legendaris itu sangat menantikan kesembuhan dan kembalinya di atas panggung, permainannya harus terhenti pada 24 Agustus 2021 waktu London. Charlie Watts meninggal dunia di sebuah rumah sakit di London dalam usia 80 tahun. Hingga kini, belum ada informasi resmi mengenai penyebab kematiannya tersebut.

Tutup

Jadwal Konser "No filter tour 2020"

Image
1

September 26th, 2021

The Dome at America’s Center St. Louis, Missouri

2

September 30th, 2021

Bank Of America Stadium Charlotte, North Carolina

3

October 4th, 2021

Heinz Field Pittsburgh, Pennsylvania

4

October 9th, 2021

Nissan Stadium Nashville, Tennessee

5

October 14th, 2021

Sofi Stadium Los Angeles, California

6

October 17th, 2021

Sofi Stadium Los Angeles, California

7

October 24th, 2021

U.S. Bank Stadium Minneapolis, Minnesota

8

October 29th, 2021

Raymond James Stadium Tampa, Florida

8

November 2nd, 2021

Cotton Bowl Stadium Dallas, Texas

9

November 6th, 2021

Allegiant Stadium Las Vegas, Nevada

10

November 11th, 2021

Mercedes-Benz Stadium Atlanta, Georgia

11

November 15th, 2021

Ford Field Detroit, Michigan

12

November 20th, 2021

Circuit of The Americas Austin, Texas

No Filter Tour 2021 Playlist

Sympathy For The Devil

It’s Only Rock ‘N’ Roll

Tumbling Dice

Out Of Control

Just Your Fool

Ride ‘Em On Down

Play With Fire

You Can’t Always Get What You Want

Dancing With Mr. D

Under My Thumb

Paint It, Black

Honky Tonk Woman

Slipping Away

Happy

Midnight Rambler

Miss You

Street Fighting Man

Start Me Up

Brown Sugar

Satisfaction

Gimme Shelter

Jumpin’ Jack Flash

Beast Of Burden

She’s A Rainbow

Like A Rolling Stone

Let’s Spend The Night

As Tears Go By

You Got Me Rocking

Shine A Light

Doo Doo Doo Doo Doo

Bitch

Get Off My Cloud

Sweet Virginia

She’s So Cold

Angie

"Kamu tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan, tapi jika kamu mencobanya beberapa kali, mungkin kamu bisa mendapatkan apa yang yang kamu butuhkan"
-The Rolling Stones-

Credit

PENGARAH
Akhmad Munir, Gusti Nur Cahya Aryani, Saptono, Teguh Priyanto

PRODUSER EKSEKUTIF
Sapto HP

PRODUSER
Panca Hari P, Farika Khatimah

PENULIS
Farika Khatimah, Hana Dewi Kinarina Kaban

SUMBER FOTO
Shutterstock

SUMBER LAGU
Youtube

WEB DEVELOPER
Y. Rinaldi