Jakarta (ANTARA) - Mercedes Benz memperkirakan pertumbuhan penjualan dua digit di India tahun ini, meskipun ada kekhawatiran bahwa pelemahan rupee dapat meningkatkan harga mobil, kata kepala unit lokalnya dalam sebuah wawancara.

Penjualan pembuat mobil mewah Jerman di India naik 41 persen tahun lalu menjadi 15.822 mobil, tertinggi yang pernah ada di negara itu, dan memiliki simpanan pesanan sekitar 6.000 kendaraan, kata Direktur pelaksana Mercedes-Benz India, Santosh Iyer, seperti disiarkan Reuters, Minggu (8/1).

Salah satu risiko pertumbuhan pasar mobil mewah India adalah melemahnya mata uang India, yang dapat memaksa Mercedes menaikkan harga domestik karena komponen impor semakin mahal, katanya.

Baca juga: Mercedes-Benz siapkan jaringan powertrain kendaraan listrik mulai 2024

Rupee turun 10 persen terhadap dolar pada tahun 2022, penurunan tertajam sejak 2013, menjadikannya salah satu mata uang Asia dengan kinerja terburuk.

"Salah satu risiko terbesar yang kami lihat bagi kami adalah nilai tukar. Dengan melemahnya rupee sedikit lagi, itu akan membawa kami pada lebih banyak kenaikan harga. Jadi itulah hambatan yang kami lihat terkait potensi pertumbuhan," kata Iyer.

"Tapi kami memulai tahun ini dengan bank pesanan yang sangat sehat dan itu memberi kami keyakinan akan pertumbuhan dua digit bahkan untuk tahun 2023," kata Iyer.

Mercedes berencana meluncurkan 10 mobil baru di India pada tahun 2023. Peluncuran baru akan mencakup mobil bensin, kendaraan listrik (EV), dan hibrida.

Perusahaan meluncurkan tiga kendaraan listrik di India pada tahun 2022 termasuk model listrik sedan S-Class andalannya yang dirakit secara lokal.

Kendaraan listrik telah terlihat memiliki permintaan yang kuat, dengan pelanggan India menunggu empat hingga enam bulan setelah memesan mobil mereka.

Iyer ingin menguranginya menjadi dua hingga tiga bulan sebelum meluncurkan lebih banyak kendaraan listrik.

Mercedes telah mengalami pelonggaran kekurangan semikonduktor global, tetapi masih menghadapi beberapa gangguan karena kekurangan suku cadang dan keterlambatan pengiriman yang terutama disebabkan oleh masalah geopolitik, krisis energi di Eropa, dan penguncian terkait pandemi di berbagai belahan dunia, kata Iyer.

Dia memperkirakan butuh waktu 12 hingga 18 bulan hingga situasi kembali normal.

Baca juga: Mercedes-Benz bangun jaringan pengisian daya listrik di Amerika Utara

Baca juga: Mercedes-Benz terapkan sistem mengemudi otomatis canggih di Nevada

Baca juga: Mercedes-Benz akan luncurkan 10 model di India pada 2023
Pewarta:
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023