Pada tanggal 30 Mei 2008 bertepatan dengan acara Graduation Day (Hari Wisuda) Hartford Seminary, Connecticut, AS Prof. Dr. Hafid Abbas, Kepala Balitbang Departmen Hukum dan HAM, dianugerahi Doktor Honoris Causa dari universitas tersebut dalam bidang HAM. Dalam pidato pengantar pemberian penghargaan, President Hartford Seminary Prof. Heidi Hadsell menyatakan bahwa berdasarkan pertimbangan Senat dan Dewan Penyantun, Hafid Abbas dinilai berprestasi dalam memajukan HAM di Indonesia melalui kerjasama bilateral, regional dan internasional. Ia dinilai sebagai salah seorang arsitek pendidikan HAM dan pengembangan Rencana Aksi Nasional HAM terdepan di dunia. Hartford Seminary adalah perguruan tinggi yang mempunyai pusat penelitian di bidang ilmu agama dan ilmu-ilmu sosial yang terkait dengan HAM, perdamaian dan toleransi yang terbesar di AS bahkan di dunia. Hartford Seminary mempunyai program sarjana, master dan doktor dalam bidang kajian Islam, hubungan Islam-Kristen, teologia dan etika. Dalam orasi ilmiahnya sebelum menerima penghargaan, Hafid Abbas menyampaikan di hadapan ratusan wisudawan, sivitas akademika dan para undangan atas berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia sejak satu dekade terakhir. Menurut dia, Indonesia telah berhasil melakukan reformasi di berbagai bidang terutama yang terkait dengan hukum dan HAM, demokratisasi, desentralisasi, dan pemulihan ekonomi. Komitmen Indonesia di jalan demokrasi adalah "the point of no return". Namun sejak tragedi 11/9, salah satu kecenderungan berbahaya yang memerlukan kerjasama internasional adalah adanya polarisasi global yang berlomba-lomba meningkatkan anggaran belanja di bidang militer dan persenjataan, sementara untuk kemanusiaan mengalami penurunan. Dengan mengutip laporan UNICEF, Hafid mengemukakan bahwa AS, Rusia, China hanya mengalokasikan 2% dari anggarannya untuk pendidikan. Bahkan Pakistan hanya 1%, sementara untuk militer rata-rata 15-40%. Kecenderungan yang sama juga terjadi di Negara-negara Timur Tengah, di Asia, Afrika dan Eropa. Bahkan diperkirakan untuk kepentingan perang Irak dan Afganistan, AS telah menghabiskan sekitar US$3 trilliun. Indonesia termasuk sedikit negara di dunia yang mempunyai komitmen untuk meningkatkan anggaran pendidikannya minimal 20% dari total anggaran belanjanya. Hafid mengajak dan menghentikan perlombaan di bidang militer. Hadir pula pada acara tersebut sejumlah mahasiswa Indonesia di AS dan peserta Interfaith Dialogues Indonesia dan AS. Jakarta, 9 Juni 2008 Humas Balitbang HAM Departemen Hukum dan HAM

Pewarta:
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2008