Makassar (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, menilai bahwa kadang kala bangsa Indonesia berada di posisi bimbang, sehingga apa saja yang dilakukan dianggap tidak benar, bahkan ada yang marah. "Kita ini bangsa yang bimbang. Nggak ada investasi orang marah. Ada investasi masuk pun orang marah," kata Wapres Kalla, saat pidato dalam reuni akbar Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hassanuddin (IKA Unhas) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin. Menurut Wapres, bangsa Indonesia selalu saja menyalahkan apa pun yang dilakukan oleh pemerintahnya. Ia memberi contoh soal investasi asing. Jika tidak ada investasi asing yang masuk, maka pemerintah dikritik habis-habisan, bahkan dianggap gagal. "Kalau ada investasi asing masuk, orang marah-marah, kenapa ini dikuasai, kenapa itu dikuasai. Padahal, yang namanya investasi ya menguasai," kata Wapres. Hanya saja, menurut Wapres, kadang-kadang ada investasi asing yang diputuskan tanpa landasan penelitian yang kuat dan diputuskan bukan oleh orang yang mengusai bidangnya. "Kita kadang-kadang punya kesalahan mendasar untuk itu. Kita ambil keputusan mendasar (investasi asing) tanpa penelitian dan pengetahuan yang baik," kata Wapres. Wapres mencontohkan soal keputusan ekspor gas alam cair (Liquid Neutral Gas/LNG Tangguh ke Cina yang dinilainya sangat merugikan negara. Semua itu, menurut Wapres, terjadi karena adanya kebimbangan, dan dua alasan berkaitan dengan dilema investasi. Namun, Wapres tetap optimistis bahwa Indonesia akan bisa menjadi negara yang maju karena memiliki semua yang diperlukan dunia seperti energi dan pangan. Namun, ia mengemukakan, untuk itu diperlukan tekad yang kuat dan sedikit paksaan. "Bangsa ini bisa jalan maju kalau ada tekad yang kuat, dan sedikit dipaksa," katanya. Wapres menunjuk pembangunan bandara Hasannudin Makassar yang sedikit dipaksa, sehingga akhirnya semua bisa berjalan. Hal yang sama juga terjadi pada pembangunan infrastruktur lain, seperti jalan tol dan rumah susun. Wapres Kalla berada di Makasar selama dua hari dan dijadwalkan Senin siang kembali ke Jakarta untuk menghadiri sidang kabinet paripurna yang membahas soal dampak krisis ekonomi di AS terhadap perekonomian Indonesia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008