New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak berbalik naik atau "rebound" tajam pada Selasa waktu setempat, sejalan dengan menguatnya pasar saham dan melemahnya dolar AS, kata para pedagang.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman September, melonjak 2,44 dolar AS menjadi 69,19 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Oktober meningkat 1,83 dolar AS menjadi menetap pada 72,37 dolar AS.

Kenaikan terjadi setelah dua sesi berturut-turut harga turun hampir empat dolar di tengah kekhawatiran pasar tentang langkah pemulihan dari resesi berkepanjangan di Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia.

Meningkatnya pasar ekuitas di seluruh dunia didukung melemahnya dolar pada Selasa, "memberikan beberapa keyakinan ke pasar minyak," kata analis Phil Flynn di PFG Best Research. "Kami hanya mengambil petunjuk kami dari pasar saham."

"Rally" di pasar ekuitas rally juga dipicu melompatnya keyakinan investor di Jerman pada Agustus, menurut sebuah survei ZEW, kurang dari satu minggu setelah data menunjukkan ekonomi terbesar Eropa itu muncul dari resesi ekonomi lebih cepat dari yang diharapkan.

Dolar melemah terhadap euro pada Selasa, setelah naik kuat sehari sebelumnya ketika investor mencari tempat aman di mata uang AS, di tengah keraguan atas prospek pemulihan.

Minyak yang dihargakan dalam mata uang AS menjadi lebih mahal ketika dolar meningkat dan sebaliknya.

Mike Fitzpatrick dari MF Global memperingatkan tentang tentang volatilitas harga minyak dan berlanjutnya kekhawatiran tentang merosotnya sentimen konsumen AS.

"Senin menguji 65 dolar untuk minyak mentah setelah mencatat level tinggi lebih dari 72 dolar AS pada akhir Kamis, adalah sebuah hasil dari realisasi bahwa konsumen ... tidak mampu kembali ke cara bebas belanja mereka," katanya.

Belanja konsumen menyumbang sekitar dua pertiga dari keluaran ekonomi AS.

Fitzpatrick mengutip data terbaru Selasa yang menunjukkan harga grosir AS jatuh lebih dari yang diperkirakan menyusul sebuah kenaikan 1,8 persen pada Juli serta penurunan dalam pembangunan rumah pada Juli, ia mengatakan "tidak melukiskan gambar yang kuat pertumbuhan ekonomi."

Pada Juli tahun lalu, harga minyak mencapai rekor puncak di atas 147 dolar AS, sebelum jatuh kembali karena melemahnya permintaan energi akibat dampak krisis keuangan dunia.

Harga minyak jatuh menjadi 32 dolar AS pada Desember lalu, tetapi merangkak naik kembali di tengah harapan bahwa kemerosotan terburuk global telah berakhir.

Pasar pada Selasa juga berkaitan erat dengan jalur topan pertama dari musim pada 2009 yang meningkat kekuatan di Samudera Atlantik, walaupun masih jauh dari fasilitas produksi minyak AS di Teluk Meksiko.

Pakar cuaca pada Selasa bersiap untuk mengirim sebuah pesawat terbang ke dalam mata dari Hurricane Bill, yang masih berstatus kategori 2 tetapi dengan kecepatan angin meningkat sedikit menjadi 105 mil (165 kilometer) per jam.

Analis Sucden, Nimit Khamar mengatakan Hurricane Bill "tidak mengancam instalasi minyak dan gas di Teluk Meksiko dan tidak mungkin akan menjadi penyebab harga yang lebih tinggi - terutama diberikan stok energi yang cukup."(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009