Garut (ANTARA News) - Dari 42 kecamatan di kabupaten Garut, Jawa Barat, tiga kecamatan diantaranya mengalami kerusakan terparah akibat gempa berkekuatan 7,3 skala richter 2 September lalu.

"Ketiga kecamatan tersebut, kecamatan Cikelet dengan 3.123 rumah rusak terdiri 2.804 rusak berat, 402 rusak sedang dan 917 rusak ringan, disusul 5.683 rumah rusak di kecamatan Cisompet masing-masing 1.726 rusak berat, 356 rusak sedang dan 3.601 rusak ringan," kata Bupati Garut Aceng H.M Fikri, Rabu.

Kemudian di kecamatan Pameungpeuk 4.716 rumah rusak, terdiri 1.223 rusak berat, 1.565 rusak sedang serta 1.928 rusak ringan, namun di kecamatan Kersamanah hanya terdapat 55 rumah rusak ringan, katanya.

Sementara itu, dari 45.875 rumah yang rusak pada 42 kecamatan se kabupaten Garut, terdiri 13.139 rumah rusak berat, 7.037 rusak sedang serta 25.699 rusak ringan seluruhnya menelan kerugian mencapai Rp541.988.550.000.

Kerugian lainnya kerusakan sarana kesehatan Rp3.539.784.000, sarana pendidikan menderita kerugian Rp95.000.040.000, sarana perkantoran Rp12.262.064.000 serta kerugian yang dialami sarana keagamaan Rp100.127.400.000.

Sehingga total kerugian dari kelima jenis sarana tersebut mencapai Rp752.917.838.000, tidak termasuk kerugian infrastruktur transfortasi darat, transfortasi laut, energi, Pos dan Telekomunikasi, air dan sanitasi serta infrastruktur pertanian.

Padahal terdapat kerusakan sarana ekonomi, meliputi 38 lokasi perdagangan, 58 lokasi industri kecil serta 42 lokasi pertanian, yang menurut sumber di lingkungan Setda setempat masih belum terdapat laporan dari masing-masing kecamatan, katanya.

Demikian pula belum diketahui kerugian pada sektor/sub sektor ekonomi produktif, antara lain perikanan, industri kecil dan menengah, perdagangan pasar serta pariwisata.

Hingga kini masih terdapat sekitar 10.273 kepala keluarga (KK) atau 40.894 jiwa pengungsi, sekarang mereka terancam dampak guyuran hujan deras yang masih berlangsung tak merata di kawasan selatan Garut.

Bahkan banyak diantara mereka panik mengemasi barang miliknya, untuk dilindungi atau ditutup tenda plastik, yang semula digunakan untuk alas tidur, sebagaimana diungkapkan camat Cisompet U. Haerudin.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009