Ramallah (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Proses perdamaian Palestina-Israel masih pincang kendati ada pertemuan tingkat tinggi yang ditaja AS antara pemimpin kedua pihak tersebut, kata juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

"Situasi tersebut sulit dan semua pertemuan dengan para pejabat Israel tak berarti perundingan," kata Nabil Abu Rudeinah dalam satu pernyataan yang disiarkan Kamis oleh surat kabar Al-Ayyam, yang berpusat di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan.

Pada Selasa, Abbas bertemu dengan Perdana Menteri Palestina Benjamin Netanyahu dalam pertemuan tingkat tinggi tiga-pihak yang dipimpin oleh Presiden AS Barack Obama di sisi Sidang Majelis Umum PBB di New York.

Itu adalah untuk pertama kali Abbas bertemu dengan Netanyahu sejak pemimpin "hawkish" Israel tersebut --"yang menolak membekukan permukiman Yahudi di Tepi Barat"-- memangku jabatan awal April.

Abu Rudeinah mengatakan, "Posisi kami sama; takkan ada perundingan tanpa penghentian pembangunan permukiman".

Ia menambahkan pertemuan yang ditaja AS tersebut "akan berlanjut terus guna menciptakan suasana yang layak bagi dilanjutkannya perundingan".

Sementara itu, surat kabar Israel, Ha`aretz, melaporkan satu pertemuan lagi direncanakan diselenggarakan di New York, Amerika Serikat, Kamis malam, antara para pejabat Israel dan Palestina.

Pertemuan tersebut akan terdiri atas Saeb Erekat, pemimpin perunding Palestina, dan Yitzhak Molcho, penasehat tinggi Netanyahu urusan politik, dan pemerintah AS dijdawalkan mengirim wakil sebagai pihak ketiga, kata harian Ha`aretz.

Menyusul pertemuannya dengan Netannyahu, maka Abbas mengatakan perundingan tersebut mengupayakan diakhirinya pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan bertujuan mendirikan negara Palestina yang merdeka di Jalur Gaza, Tepi Barat dan Jerusalem Timur.

Netanyahu telah mengatakan ia tak dapat membekukan "kehidupan" di permukiman Tepi Barat, dengan alasan bahwa pemerintahnya "terikat komitmen untuk menyediakan fasilitas dan membangun klinik serta sekolah buat seperempat juta orang Yahudi yang tinggal di semua permukiman itu".

Abu Rudeinah, juru bicara Palestina, mengatakan pernyataan Netanyahu baru-baru ini bertolak-belakang dengan kewajiban Israel berdasarkan Peta Jalan, rencana dukungan AS yang menetapkan penyelesaian dua negara bagi konflik Timur Tengah.

"Kami mengupayakan tekanan Amerika atas Israel agar melaksanakan komitmennya pada Peta Jalan," katanya.

Abbas dijadwalkan bertolak ke New York, Jumat, setelah ia berpidato di dalam Sidang Majelis Umum PBB, kata Abu Rudeinah.

Sementara itu para diplomat dari Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan PBB, yang membentuk kelompok yang dikenal sebagai Kuartet Internasional, bertemu di New York, Kamis, dan mendesak para pejabat Israel serta Palestina agar menciptakan kondisi yang layak bagi diluncurkannya kembali perundingan.

Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan tersebut, Kuartet itu menyeru kedua pihak agar "melaksanakan kewajiban dan kesepakatan terdahulu mereka ... untuk menciptakan kondisi yang layak bagi dilanjutkannya perundingan dalam waktu dekat".(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009