Tel Aviv (ANTARA News/Reuters) - Israel dan AS akan mengadakan latihan pertahanan-udara bersama terbesar kedua negara pekan depan, menguji pencegat rudal yang akan membantu sebagai pertahanan strategis dalam bentrokan dengan Iran.

Latihan itu, yang dijuluki Juniper Cobra, berlangsung setiap dua tahun sejak 2001, tapi sekarang menekankan upaya Amerika untuk menjamin Israel ketika mereka dan negara besar dunia lainnya mengejar pembicaraan untuk mengekang program nuklir Iran.

Seorang pejabat pertahanan Israel, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan manuver itu akan mulai pada 20 Oktober, ditunda dari tanggal semula 12 Oktober.

Namun seorang jurubicara militer, Letnan Kolonel Avital Leibovich, menyatakan pengadaan latihan itu pekan depan bukan merupakan penangguhan.

"Latihan itu akan terjadi pekan depan sesuai dengan rencana semula," ujarnya.

Pasukan AS akan mencakup 17 kapal angkatan laut dan personil darat yang beroperasi di Aegis, THAAD dan perisai rudal Patriot yang akan dihubungkan dengan pencegat Israel Arrow II dalam latihan itu, kata pejabat pertahanan tersebut.

"Itu akan menjadi Juniper Cobra terbesar yang pernah ada," pejabat tersebut menyatakan, dan menambahkan latihan itu akan diawasi oleh Laksamana Mark Fitzgerald, kepala Armada Keenam Angkatan Laut AS, dan juga oleh komandan senjata pertahanan udara Israel.

Kedutaan besar AS di Tel Aviv tidak memiliki segera pernyataan mengenai penjadwalan tersebut. Dalam satu pernyataan yang dikeluarkan pekan lalu, kedutaan itu menekankan Juniper Cobra "tidak terkait dengan atau sebagai tanggapan atas satu kejadian di dunia".

Iran membantah sedang mengusahakan bom nuklir, tapi kurangnya transparansi di sekitar rancangannya dan retorika Teheran terhadap negara Yahudi itu telah menggerakkan kekhawatiran akan perang.

Israel, yang diduga merupakan satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki arsenal nuklir, telah memberikan isyarat mengenai kemungkinan untuk menyerang Iran jika negara itu menganggap diplomasi menemui jalan buntu.

Namun beberapa pengamat percaya pembatasan militer Israel, dan penentangan AS pada gagasan untuk menyerang lebih dulu, mungkin telah memaksa negara tersebut ke postur lebih defensif dengan bantuan sekutu pentingnya itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009