Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menilai, keberadaan pelabuhan penghubung (hub port) internasional di Indonesia tidak bisa dihindari jika negara ini ingin maju dalam perdagangan dunia.

"Cuma masalahnya, kan banyak kriteria yang harus dipertimbangkan," kata Dirjen Perhubungan Laut Dephub Sunaryo di sela "Seminar Jakarta as Indonesia Hub Port" di Jakarta, Senin.

Menurut dia, salah satu kriterianya adalah dekat dengan jalur pelayaran dan untuk ini bisa banyak tempat di Indonesia. "Kalau Jakarta saja kurang pas dan membangun hub port itu tidak murah," katanya.

Selain itu, hub port kedalaman lautnya minimal 14 meter, sedangkan di Priok hanya 11 hingga 12 meter sehingga perlu upaya pengerukan lagi.

"Jika hanya 11-12 meter, maka itu hanya untuk kapal-kapal dengan bobot mati di bawah 60 ribu ton. Akibatnya barang-barang dibawa ke Malaysia atau Singapura untuk dibawa ke Eropa," katanya.

Dengan demikian, jika ingin Tanjung Priok dikembangkan menjadi hub port maka harus dipastikan kapal segala ukuran bisa masuk dan pelayanan harus ditingkatkan.

Pengembangan infrastrukturnya juga harus memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan seperti akses jalan raya, kereta api dan kontainer dari dan ke Tanjung Priok harus bisa terjamin.

"Strategi untuk menentukan tarif juga harus diperhatikan karena berpengaruh kepada biaya kepelabuhanan," katanya.

Oleh karena itu, Sunaryo memperkirakan, pembangunan hub port seperti Tanjung Priok, akan memerlukan anggaran terlalu besar, jika hanya mengandalkan pemerintah saja. "Makanya kalau ada swasta mau masuk, kita bisa duduk bersama," katanya.

Terkait dengan persoalan Tally jika hub port terwujud suatu saat nanti, Sunaryo menegaskan, hal itu akan diperhitungkan lagi karena memang regulasinya ada yakni ada dalam Undang-Undang dan Keputusan Menterinya juga ada.

"Hanya saja besarannya, merupakan kesepakatan penyedia dan pengguna jasa," katanya.

Tally adalah kegiatan usaha menghitung, mengukur, menimbang dan membuat catatan mengenai muatan, untuk kepentingan pemilik muatan dan atau pengangkut.

Target 2014

Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, R.J. Lino pada kesempatan yang sama memperkirakan, niat pihaknya untuk merealisasikan Tanjung Priok sebagai hub port adalah pada 2014, setelah PT Pelindo II melakukan sejumlah pengembangan dan perluasan area pelabuhan.

"Kira-kira butuh perluasan tambahan dari reklamasi 300 hektar. Kalau dari faktor trafik, Priok itu tidak kurang misalnya sekitar 40 persen barang ekspor banyak ke China dan Jepang. Kita dorong 60 persen bisa masuk ke Priok. Artinya, kita optimis tambahan volume sampai tiga juta volume bisa terealisasi," katanya.

Lino memperkirakan, diperlukan tambahan investasi Rp5-6 triliun. "Dan untuk ini, kami sedang menghitung berapa porsi pinjamannya," katanya.

Jika pada 2014 terealisasi, maka ada kemungkinan volume barang yang keluar masuk bisa 8 juta Teus atau naik 100 persen dari realisasi 2008 sebesar empat juta Teus.

(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009