Solo (ANTARA News) - Kajian tentang Islam oleh Universitas Islam Negeri (UIN) dan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) butuh standar metodologi, kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pendidikan dan Latihan Departemen Agama, M Atho Mudzhar.

"Supaya dalam perkembangannya tidak kalah dengan universitas lain," katanya saat Konferensi Tahunan Studi Islam ke-9, di Solo, Jateng, Selasa.

Ia mengemukakan, standar metodologi itu tidak terkait dengan bentuk kelembagaan suatu universitas melainkan terkait dengan dasar ilmu yang dibahas.

Hingga saat ini, katanya, relatif tidak ada perubahan secara mendasar di UIN setelah perubahan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Ia mengatakan, UIN masih cenderung menambah program studi (prodi) umum dan bukan program studi yang mengkaji bidang tertentu berdasarkan Islam.

"Prodi yang dibuka masih sama saja seperti saat namanya IAIN," katanya.

Ia mengaku, butuh waktu dan terobosan khusus untuk pengembangan UIN pada masa mendatang.

"Antara lain harus ada disertasi tentang beberapa ilmu seperti psikologi dan kedokteran," kata Mudzhar yang juga guru besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Ia mengatakan, hingga saat ini masih relatif sedikit hasil penelitian tentang berbagai ilmu berdasarkan kajian Islam.

Depag, katanya, menyediakan anggaran untuk suatu program penelitian.

"Yang penting memang bukan jumlah penelitian tetapi produknya, seperti tentang berapa banyak publikasi dan buku yang dihasilkan," katanya.

Konferensi yang berlangsung 2-5 November 2009 itu diikuti 81 PTAI se-Indonesia dengan peserta sekitar 500 akademisi Islam berasal dari dalam dan luar negeri.

Konferensi itu antara lain membahas berbagai isu strategis terkait dengan kajian keislaman di perguruan tinggi Islam antara lain aspek filosofis, pembentukan paradigma, dan berbagai persoalan lain termasuk bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009