Jakarta (ANTARA News) - Berdasarkan penelitian iklim, suhu rata-rata dunia akan naik sekitar 1 derajat Celcius di pertengahan abad ini, jika manusia tidak mengubah prilaku lingkungannya dan terus menghasilkan gas rumah kaca seperti yang sekarang ini terjadi.

Kendati begitu, rata-rata iklim dunia, tidak mengungkapkan apapun mengenai apakah yang bakal terjadi pada iklim kawasan, contohnya curah hujan di Amerika Serikat bagian barat atau di pulau-pulau surgawi seperti Hawai'i.

Dengan menganalisis model pemanasan global yang digunakan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim, tim ilmuwan diketuai meteorologis Shang-Ping Xie dari Universitas Hawaii pada Pusat Riset Pasifik Internasional di Manoa, menemukan fakta bahwa pola cuaca samudera di kawasan tropis dan subtropis akan berubah ke tingkat yang mengubah secara signifikan pola curah hujan.

Hasil penelitian yang akan dipublikasikan di Jurnal "Climate" bulan ini tersebut, menumbangkan landasan peramalan cuaca yang ada.

Sebagian besar dari ilmuwan ini berpendapat bahwa permukaan samudera-samudera di Planet Bumi akan lebih sering menghangat di kawasan tropis. Perubahan ini akan membuat "yang basah makin basah" dan "yang kering makin kering."

Tim pimpinan Xie ini telah mengumpulkan bukti bahwa kendati suhu di permukaan samudera diperkirakan naik di sebagian besar wilayah planet ini sampai pertengahan abad ini, kenaikan suku itu berbeda hingga 1,5 derajat Celcius, tergantung wilayahnya.

"Dibandingkan dengan rata-rata perkiraan kenaikan 1 derajat Celcius, perbedaan-perbedaan itu agak besar dan bisa mempengaruhi iklim tropis dan subtropis dengan mengubah pola pemanasan atmosferik, lalu terhadap curah hujan," kata Xie.

Dia melanjutkan, "Hasil penelitian kami secara umum menunjukkan bahwa kawasan dengan suku permukaan lautnya di puncak akan semakin basah, dan kawasan yang relatif dingin akan semakin kering."

Kenaikan suhu maksimum di Pasifik terjadi di sepanjang garis khatulistiwa. Terbukti kini bahwa wilayah pasifik khatulistiwa mempengaruhi ritme iklim global seperti diperlihatkan oleh dampak global Badai El Nino.

Pita lebar suku puncak di khatulistiwa ini mempengaruhi pemanasan atmosferik pada model-model iklim. Dan dengan melabuhkan pita hujan serupa yang terbentuk selama terjadinya El Nino, model iklim itu mempengaruhi iklim di seluruh dunia melalui telekoneksi atmosferik.

Pola pemanasan samudera dengan dampaknya yang besar terhadap curah hujan lainnya yang dicatat Xie dan para koleganya, terjadi di Samudera India dan akan mempengaruhi hidup miliaran manusia.

Tertutup oleh pemanasan Samudera India selama setengah tahun adalah apa yang para ilmuwan sebut dengan Dwikutub Samudera India yang terjadi sekali dalam setiap satu dekade.

Jadi, model yang menunjukkan bahwa pemanasan di Samudera India bagian barat mengeras, mencapai 1,5 derajat Celcius, sedangkan Samudera India bagian timur menjadi basah hingga 0,5 derajat Celcius.

"Pola ini semestinya secara dramatis diperkirakan menggeser curah hujan di seluruh wilayah Afrika timur, India dan Asia Tenggara. Kekeringan bisa melanda Indonesia dan Australia, sedangkan daerah-daerah di India dan kawasan Afrika yang berbatasan dengan Laut Arab menjadi lebih sering hujan."

Pola pemanasan suhu dan pengendapan permukaan laut berubah pada 2050 dibandingkan pada 2000. (*)

Science Daily/Jafar Sidik

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010