Pemalang (ANTARA News) - Keluarga Dulmatin di Desa Kebo Ijo, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, masih menunggu kedatangan jenazah Dulmatin (41) alias Amar Usman, buron kasus terorisme yang tewas dalam penggerebekan di Pamulang, Tangerang, Banten.

"Jika itu memang jenazah Dulmatin, kami akan menerima kedatangannya untuk dimakamkan di tempat pemakaman setempat (TPU)," kata ayah tiri Dulmatin, Jazuli Arwan, di Pemalang Rabu.

Menurut Jazuli, sampai sekarang keluarga belum yakin jika yang tewas dalam penggerebekan Pamulang itu adalah Joko Pitono, nama lain Dulmatin.

Keluarga di Pemalang hanya bisa pasrah dan tidak begitu menghiraukan tentang kabar tewasnya Dulmatin.

"Kabar tewasnya Dulmatin tidak hanya sekali ini kami terima tetapi sudah berulang kali sehingga keluarga hanya menyikapi kasus itu biasa-biasa saja," katanya.

Ia mengatakan, keluarga Dulmatin belum menerima informasi resmi dari kepolisian terhadap kematian Joko Pitono di Pamulang dan mereka tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasa.

"Kami tetap berjualan kelontong dan hanya sesekali melihat tayangan seputar tewasnya Dulmatin di televisi. Namun, untuk kepastian apakah yang tewas itu, adalah Dulmatin atau tidak kami belum jelas karena belum ada pemberitahuan dari pihak kepolisian," katanya.

Kakak sepupu Dulmatin, Hj. Mufatin, mengatakan, selama masih kecil hingga menjelang dewasa, Dulmatin merupakan sosok yang santun dan berpegang kuat terhadap ajaran Islam.

"Jadi, hingga kini kami tidak yakin jika Dulmatin melakukan serangkaian aksi pengeboman di sejumlah daerah," kata dia, saat ditemui di rumah Dulmatin di Jalan Garuda Nomor 24 Petarukan.

Farida, seorang warga setempat mengatakan, warga tidak akan mempermasalahkan jika jenazah Dulmatin dimakamkan di TPU Desa Kebo Ijo, Petarukan.

"Saya tahu persis sikap dan perbuatan yang dilakukan Dulmatin saat di Desa Kebo Ijo. Jadi silakan saja dimakamkan di TPU setempat karena saya yakin warga lainnya pun tidak akan mempermasalhakan," katanya.

(ANT/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010