Jakarta (ANTARA News) - Rizal Pahlevi, calon penumpang, yang antri membeli tiket kereta pada Selasa (10/8) mengatakan bahwa seluruh tiket untuk H-5 hingga H+2 sudah habis terjual, padahal dia berencana mudik Lebaran di masa-masa itu.

"Dari pagi saya sudah berdesakkan di sini, dan belum dapat tiket, paling tidak untuk hari yang terdekat," kata Rizal.

Muhammad Effendi, calon penumpang lainnya yang ingin memesan tiket ke Jawa Tengah bahkan mengaku sudah sejak malam berada di Stasiun Gambir menunggu loket buka pukul tujuh pagi.

"Seperti tahun lalu, kalau saya kehabisan yang H-5 sampai h-2, saya stand by dari malam untuk bisa mendapatkan tiket hari yang terdekat," tuturnya kepada ANTARA News.

Hari itu, di samping mengajukan sejumlah pertanyaan kepada calon penumpang kereta api yang antri mendapatkan tiket untuk keberangkatan khusus selama sepekan sebelum dan sesudah Lebaran tahun ini, ANTARA News menemui otoritas kereta api (PT Kereta Api Indonesia, PT KAI) di Gambir.

Dari mereka, ANTAR menemukan sejumlah fakta yang mungkin menjadi alasan mengapa penumpang kereta dari tahun ke tahun selalu kehabisan tiket.

9 Fakta

Sofyan Hasan, Kepala Stasiun Kereta Api, Gambir, Jakarta Pusat, menyampaikan secara eksplisit alasan-alasan itu.

1. Ada 28 perjalanan kereta api setiap hari yang dilayani Stasiun Gambir, dan terbanyak adalah rute ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2. Stasiun Gambir hanya melayani pemesanan dan pembelian tiket untuk kelas eksekutif
3. Pada setiap rangkaian kereta eksekutif itu, tersedia enam gerbong untuk setiap jurusan
4. Setiap satu perjalanan menyediakan 300 tempat duduk, berarti setiap jurusan kereta menyediakan 1.800 tiket
5. Karena ada 28 perjalanan, maka PT KAI hanya menyediakan 8.400 tiket eksekutif, hasil pengalian 28 perjalanan dengan 300 tempat duduk per perjalanan
6. Bandingkan poin kelima dengan jumlah penduduk Jakarta yang mudik menggunakan kereta eksekutif yang menurut sejumlah kalangan bisa lebih dari sepuluh kali jumlah tiket yang disediakan PT KAI. Jadi, terang saja PT KAI kelimpungan menghadapi membludaknya calon penumpang kereta api
7. PT KAI senantiasa menyediakan 5 tempat duduk cadangan, untuk keperluan dinas, dari 8.400 yang dijual setiap hari.
8. Tahun ini tidak ada kereta tambahan!
9. Rangkaian gerbong sudah tidak mungkin ditambah lebih dari 10 atau 12 gerbong, karena stasiun juga harus memberangkatkan kereta makan, kereta genset, dan gerbong barang.

Sofyan menyebut fakta kedelapan sebagai faktor penyebab menurunnya permintaan tiket kereta untuk tahun ini.

Penumpang dan tiket

Mengenai tipikal konsumen pemesan tiket, Sofyan mengutarakan bahwa tiket terbanyak yang dipesan penumpang adalah untuk keberangkatan pada dua hari sebelum Idul Fitri (H-2).

"Tiket kategori ini sudah dipesan sejak sebulan sebelum perjalanan, namun untuk jurusan Bandung dan Cirebon kurang diminati," terang Sofyan.

Anda mungkin keheranan mengapa ada perbedaan harga tiket antara hari biasa, dengan hari di akhir pekan seperti Jumat, Sabtu dan Minggu, apalagi dengan Hari Raya dan libur panjang.

Mengenai soal ini Sofyan memaparkan bahwa perbedaan tarif diberlakukan oleh semua jenis angkutan umum, dan semua jenis angkutan menerapkan tarif batas atas dan batas bawah.

"(Untuk kereta api eksekutif) Harga normalnya 350 ribu rupiah dan batas atasnya 450 ribu rupiah," kata Sofyan. Hatas harga itu, sambung Sofyan, ditentukan oleh PT KAI.

Tentu saja, soal harga tiket ini berhubungan dengan hak penumpang. YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) dan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) pernah mengeluhkan soal penetapan tarif kereta api ini beberapa waktu lalu, khususnya untuk kelas ekonomi.

Tak perlu ke stasiun

Sofyan menyarankan calon penumpang untuk tidak perlu antri di stasiun kereta, karena sudah ada kantor pos dan sistem pesan tiket secara online.

"Kalangan menenggah ke atas lebih paham mengenai hal ini, tetapi kalangan bawah cenderung belum mengerti," katanya.

Berkaca pada keberhasilan sejumlah maskapai dalam menata pemesanan tiketnya, Sofyan berharap perusahaannya dan juga pemerintah meniru sistem pemesan tiket seperti itu, sehingga jauh-jauh hari penumpang sudah memegang tiket. Selain itu, hal-hal menggangu seperti praktik percaloan pun bisa dikurangi.

"Ke depan Stasiun Gambir diharapkan tidak melayani penjualan tiket dan hanya memberi layanan operasional," katanya.

Lalu, untuk mencegah calon penumpang mengeluh, PT KAI akan mensosialisasikan bahwa tiket tak dijual di stasiun, melainkan melalui agen, biro perjalanan dan instansi resmi yang ditunjuk.

Sofyan menilai sistem penjualan tiket yang berlaku saat ini perlu diubah. "Kepala stasiun seperti saya hanya operator, sehingga jika diberi gerbong berapa saja akan mengoperasikan selayaknya tugas operator," katanya.

"Masalahnya, calon penumpang kerap melayangkan keluhan kepada kami," katanya. (*)

editor: jafar sidik

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010