Seorang lelaki muda bercelana jins dan bertas punggung terburu-buru masuk kereta api Ciujung di Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta, pada Rabu (8/9) sekitar pukul 06.00 pagi.

Beberapa detik kemudian kereta rel listrik (KRL) jurusan Serpong - Tanah Abang pun langsung melaju.

Tidak sampai satu menit pemuda tersebut berada di KRL Ekonomi AC itu, dia langsung "diusir" oleh petugas keamanan PT Kereta Api Indonesia.

Bukan hanya pemuda bertas punggung itu yang diusir, petugas KRL berbadan tegap itu juga memerintahkan seorang bapak untuk pindah dari gerbong paling belakang KRL Ciujung ini.

Bapak itu kemudian pindah ke gerbong lain, tapi sang lelaki muda itu hanya bergeser sekitar satu meter tapi tetap pada gerbong "khusus" itu. Sayangnya sang petugas keamanan membiarkan pemuda itu dan berdiam diri saja.

Pada bulan Agustus 2010 Menteri Perhubungan Freddy Numberi bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar meresmikan pengoperasian gerbong kereta khusus bagi kaum hawa.

Gerbong di bagian depan dan belakang kereta api AC jurusan Jakarta-Bogor, Bekasi-Jakarta serta Serpong-Tanah Abang itu khusus dirancang bagi perempuan terutama agar tidak terjadi pelecehan seksual di kereta.

Sambutan luar biasa pun muncul dari kalangan wanita, karena mereka tidak harus lagi berdesak-desakan dengan para pria untuk naik ke kereta-kereta ber-AC itu.

Selain itu, mereka juga bisa terhindar dari ulah colekan pria "iseng".

Di Stasiun Pondok Ranji, Bintaro Jaya pada kereta Ciujung ini tampak pada setiap hari kerja, seorang wanita muda berjilbab dengan santainya membawa sepeda lipatnya, sebuah pemandangan yang tidak pernah terlihat sebelumnya.

Di satu pihak, penyediaan gerbong khusus bagi kaum wanita ini menimbulkan rasa gembira, karena mereka bisa duduk ataupun berdiri tanpa harus dihantui kekhawatiran akan dijaili atau dilecehan oleh lelaki iseng. Namun di lain pihak, muncul setumpuk persoalan akibat adanya gerbong kereta api khusus wanita.

Pada hari-hari pertama dimulai beroperasinya gerbong istimewa ini terutama pada jalur Serpong-Tanah Abang, banyak pria yang secara tidak sadar tetap masuk ke gerbong paling belakang atau paling depan itu, soalnya mereka sudah terbiasa bertahun-tahun melakukan kegiatan rutin ini. Namun sekarang situasinya mulai lain.

Di gerbong belakang, biasanya terdapat satu atau dua petugas keamanan yang tidak ragu menghardik lelaki yang "salah" masuk gerbong. Kalau tahu diri, biasanya mereka langsung pindah.

Tapi yang menjadi persoalan adalah sering terjadi gerbong depan itu yang berisi lelaki serta perempuan sudah penuh.

"Masuk aja, pak. Masuk aja, engga apa-apa kok," kata seorang ibu berjilbab dengan ramah ketika melihat beberapa lelaki mengalami kesulitan untuk masuk ke Ciujung ini. Sementara itu, seorang penumpang lainnya,yang bernama Rini menyampaikan harapannya agar PT KAI segera menambah gerbongnya karena satu rangkaian Ciujung biasanya hanya terdiri atas enam gerbong.

Keinginan pemerintah agar semakin banyak orang naik kereta api guna mengurangi beban jala raya, kata Rini, seharusnya diimbangi dengan percepatan penambahan gerbong kereta.

Keamanan
Setiap paginya di kereta Ciujung jurusan Serpong-Tanah Abang itu, pasti ada saja lelaki yang nekad naik ke gerbong perempuan itu. Mereka biasanya naik di Stasiun Kebayoran Lama, karena petugas keamanan sudah tidak berjaga-jaga lagi di gerbong paling belakang itu.

Sang petugas --biasanya setelah memeriksa karcis-- berdiam diri di gerbong depan.

Akibatnya, setiap pagi, terlihat dua hingga tiga lelaki yang masuk masuk ke gerbong istimewa ini. Bahkan mereka tidak ragu untuk duduk, walaupun harus diapit oleh wanita-wanita.

Penumpang bernama Ida berujar bahwa seharusnya petugas keamanan tetap terus ada di gerbong terdepan dan paling belakang sehingga bisa mengusir para lelaki "tebal muka" ini.

"Katanya PT KAI mau menyediakan petugas keamanan yang wanita," kata Ida yang kemudian menambahkan bahwa jika petugas keamanan wanita ini sudah tersedia maka persoalan masuknya beberapa lelaki ke gerbong khusus ini bisa diatasi secara baik.

Ida seperti halnya Rini juga mendesak PT KAI agar segera menambah gerbong, sehingga persoalan kepadatan penumpang ini bisa dipecahkan.

Bahkan secara berseloroh, seorang bapak pada hari Rabu pagi itu dengan santai berkata, "Kan di belakang sudah ada gerbong khusus wanita. Karena itu, perempuan-perempuan yang ada di sini pindah aja ke gerbong wanita itu."

Mendengar canda spontan itu, beberapa cewek tersenyum-senyum atau tertawa-tawa.

Penyediaan gerbong khusus ini mendapat sambutan hangat dari para wanita karena mereka bisa menjauh dari godaan-godaan para lelaki iseng. Namun di lain pihak, PT KAI harus memenuhi harapan penumpan agar terjadi penambahan gerbong supaya dapat menampung lebih banyak penumpang.
(A011/T010)

Oleh Arnaz Ferial Firman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010