Mentawai (ANTARA News) - Ratusan warga Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumbar, mengungsi ke perbukitan setiap sore karena masih mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya gempa.

Camat Seberut Selatan, Asril, mengatakan bahwa sejak terjadinya gempa 7,2 SR dan tsunami di Pagai pada 25 Oktober 2010, diikuti rangkaian gempa berskala kecil, serta adanya isu gempa besar 8,9 SR semakin menambah cemas warga Siberut Selatan.

"Pascagempa dan tsunami di Pagai, hampir setiap malam jumlah pengungsi bertambah. Sejak 9 November lalu, warga sudah tidak berani lagi bermalam di rumahnya," kata Asril, di Muara Siberut, Sabtu.

Menurut Asril, setiap malamnya terdapat sekitar 800-900 jiwa warga Kecamatan Siberut yang mengungsi di titik-titik evakuasi di tiga desa yaitu Muara Siberut, Melepet dan Muntei.

Kata dia, para pengungsi membawa perbekalan sendiri, termasuk tenda-tenda karena sampai saat ini mereka belum mendapat bantuan apa pun dari pemerintah kabupaten.

"Kami menyadari, barangkali pemerintah masih fokus menangani korban gempa dan tsunami di Sikakap, namun kami berharap pemerintah secepatnya turun ke Siberut karena kami sangat membutuhkan bahan pangan, tenda, dan perbaikan jalan menuju tempat evakuasi," harapnya.

Semetara Buyung (45), warga desa Muara Siberut, megeluhkan lambannya pemerintah Kabupaten dalam menangani masalah bencana ini.

Kata Buyung, bantuan dari berbagai pihak sekarang menumpuk di Sikakap, namun sedikit pun tidak tersalur ke Siberut.

"Sekarang ini warga Siberut sudah cemas, tapi hanya Camat dan aparatnya saja yang masih peduli dengan warga di sini, saya harapkan pemerintah kabupaten yang saat ini berkumpul di Sikakap segera hadir ke sini," keluh Buyung.

Menurut Buyung, saat ini harga-harga kebutuhan harian melambung tinggi karena nelayan tidak berani lagi melaut, dan kapal dagang yang biasa berlayar ke Siberut pun banyak yang dialihkan ke Sikakap untuk mengangkut bantuan.

(PSO-266/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010