Bandarlampung (ANTARA News) -Dirut Lembaga Perum LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf mengatakan, apabila dikembangkan secara benar, Indonesia dapat menjadi raksasa ekonomi kreatif, karena memiliki kekayaan alam dan budaya yang heterogen.

"Pemerintah berkewajiban untuk memfasilitasi potensi ekonomi kreatif di daerahnya sehingga terbentuk sebuah komunitas, karena ekonomi kreatif adalah ekonomi yang bersinergi," kataDirut PerumLKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf, di Bandarlampung, Rabu.

Dia menambahkan, kunci kesuksesan ekonomi kreatif selain komoditas, adalah "brand" dan diferensiasi, sementara selama ini pelaku ekonomi Indonesia hanya bermain di tingkat komoditas.

Menurut dia, kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya bakat-bakat tehnologi informasi di kampus-kampus menuntut pengembangan sektor ekonomi lain yang tidak hanya mengandalkan kekuatan komoditas.

Pelaku Ekonomi kreatif dapat mengubah nilai ekonomis suatu barang menjadi lebih mahal, karena adanya "brand", kontrol kualitas yang ketat, dan pelayanan yang baik, yang mereka hasilkan.

"Ekonomi kreatif membuat sesuatu yang biasa terlihat lebih bernilai, contohnya kopi Lampung yang menurut saya sebagai `one of the best cofee in the world`, dapat menjadi sangat mahal dengan `brand` dan diferensiasi yang kuat," kata dia.

Mukhlis menambahkan, ada beberapa sektor yang dapat bersinergi bersama dalam mengembangkan ekonomi kreatif, selain pelaku ekonomi kreatif itu sendiri sebagai penyedia jasa, beberapa sektor pendorong lainnya juga memiliki peran strategis, seperti kampus, pemerintah daerah, dan media massa.

"Kampus dan pemerintah daerah dapat menjadi fasilitator, agar bakat-bakat besar itu dapat tertampung dan menjadi potensi pendapatan daerah yang menjanjikan," kata Muchlis.

Sementara media massa, kata dia, memiliki fungsi sebagai penerus informasi, baik untuk pelaku ekonomi kreatif atau sebagai penyampai kepada khalayak tentang keberadaan industri kreatif itu sendiri.

"Semua media massa dapat menjadi provokator dan pendorong yang maksimal untuk menggairahkan sektor ekonomi kreatif, termasuk ANTARA," kata dia.

Sementara itu, bagi para pelaku ekonomi kreatif, dapat secara bersama-sama membentuk komunitas untuk saling bertukar informasi, sehingga tercipta diferensiasi agar pertumbuhan ekonomi kreatif dapat semakin bergairah.

"Berbicara tentang ekonomi kreatif artinya kita berbicara tentang diferensiasi, karena hal itulah yang menentukan harga jual dari sebuah produk ekonomi kreatif," kata dia.

Wacana pengembangan sektor ekonomi kreatif itu muncul dalam wawancara eksklusif antara Dirut LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf dengan Ekonom Universitas Lampung, Asrian Hendy Cahya, dalam perbincangan ekslusif yang direkam untuk program TV lokal di Lampung, Tegar TV.

Wacana itu timbul, menurut dia, karena sebagai sebuah negara agraris, Indonesia tidak cukup hanya mengembangkan sektor ekonomi makro, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

"Ada banyak bakat ekonomi kreatif di kampus-kampus, dan para generasi muda yang `melek` teknologi, dan mereka dapat menjadi kekuatan-kekuatan baru ekonomi Indonesia dengan menambahkan `sesuatu` pada komoditas yang kita hasilkan," kata dia.

Mukhlis menambahkan, kemajuan teknologi telah menciptakan bakat-bakat baru pelaku ekonomi yang membuat sesuatu dengan basis intelektual, dan sudah saatnya pemerintah memfasilitasi bakat-bakat ekonomi itu.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009