Jakarta (ANTARA News) - Dari duabelas Presiden Amerika Serikat yang hidup dan memerintah semasa usia Republik Indonesia, enam presiden pernah mengunjungi Indonesia, dan Barack Hussein Obama adalah terakhir dari keenam itu, demikian keterangan yang disarikan dari laman Departemen Luar Negeri AS (www.state.gov).

Republik Indonesia berdiri pada 17 Agustus 1945, atau empat bulan setelah Harry S. Truman dilantik menjadi Presiden AS ke-33.

Seluruhnya ada 43 orang yang menjadi presiden AS sejak 1789. Ada yang dua priode, ada yang satu priode, namun hanya seorang yang memerintah selama tiga priode (Franklin Delano Rosevelt), sedangkan seorang lagi memerintah pada dua priode tak berurutan, yaitu Presiden ke-22 dan ke-24, Grover Cleveland.

Namun, Presiden AS ke-37 Richard Milhous Nixon adalah presiden AS pertama yang melawat Indonesia. Nixon berkunjung ke Indonesia, tepatnya Jakarta, pada 27 dan 28 Juli 1969, ketika AS menghadapi masa-masa genting di Indochina dan memuncaknya Perang Dingin.

Kunjungannya ke Jakarta hanya tiga hari setelah dia menyampaikan pernyataan kepada pers di Guam, Pasifik, mengenai strategi AS menghadapi merembesnya komunisme ke Asia Tenggara dan pengaruh Uni Soviet di dunia. Pernyataannya dikenal dengan Doktrin Nixon.

Kunjungan Nixon ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soeharto itu dilakukan di tengah kian kuatnya tekanan publik AS untuk menghentikan Perang Vietnam.

Presiden AS kedua yang mengunjungi Indonesia adalah Gerald Rudolf Ford. Di Jakarta, Ford bertemu Soeharto pada 4 dan 5 Desember 1975. Kunjungan Ford hanya tujuh bulan setelah Vietnam Selatan jatuh ke tangan komunis Vietnam Utara yang menandai akhir Perang Vietnam dan kekalahan Amerika di perang itu.

Pengganti Ford, Presiden ke-39 Jimmy Carter, tampaknya tak menganggap Indonesia perlu untuk dikunjungi.

Empat tahun kemudian, Ronald Wilson Reagan menduduki kursi Gedung Putih dan memerintah AS selama dua periode. Namun, baru pada priode pemerintahannya yang kedua Reagan memutuskan mengunjungi Indonesia. Menurut jadwal dia seharusnya di Indonesia pada 29 April - 2 Mei 1986. Faktanya, dia hanya sehari di Indonesia.

Reagan tidak menemui Presiden Soeharto di Jakarta, melainkan di Bali, untuk menghadiri KTT ASEAN guna menyampaikan komitmen AS untuk menempatkan ASEAN sebagai mitra pentingnya. Di Bali, Reagan tidak hanya berbicara dengan Soeharto, tapi juga dengan Wakil Presiden Filipina Salvador Laurel.

Pengganti Reagan, Presiden ke-41, George Herbert Walker Bush (Bush Sr), berpandangan sama dengan Jimmy Carter. Dia tak mengunjungi Indonesia.

Clinton dan Bush
Kebalikan dari Bush Sr, penerusnya yaitu William Jefferson Clinton atau Bill Clinton, menganggap penting Indonesia lebih dari sekedar perspektif strategis politik dan ekonomi, tetapi juga budaya.

Clinton mengunjungi dua tempat di Indonesia, yaitu Jakarta dan Bogor, dari 13 sampai 16 November 1994. Di Bogor, Clinton menghadiri KTT APEC pertama yang disusulnya oleh pertemuan bilateral resmi dengan Presiden Soeharto.

Pengganti Clinton yang juga memerintah selama dua priode, George Walker Bush (Bush Jr), bahkan mengunjungi Indonesia dua kali selama pemerintahannya, sekaligus bertemu dengan dua presiden berbeda.

Pertama, Bush bertemu dengan Presiden Megawati Soekarnoputri dan para tokoh muslim Indonesia di Bali, pada 22 Oktober 2003. Pertemuan ini erat kaitannya dengan kampanye Bush di dunia mengenai "perang melawan terorisme", sekaligus bentuk dukungan AS atas Indonesia yang dihajar Bom Bali setahun sebelumnya.

Tiga tahun kemudian, pada 20 November 2006, Bush bertandang lagi ke Indonesia untuk bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta. Sekali lagi perjumpaan yang kedua ini masih pekat kaitannya dengan perang melawan terorisme.

Hampir keenam orang yang pernah dan sedang menjadi Presiden RI pernah bertandang ke Gedung Putih.

Walau tak pernah dikunjungi Presiden AS semasa kekuasaannya, Presiden RI pertama Soekarno pernah melawat ke AS untuk bertemu dengan Presiden ke-34 Dwight David Eisenhower dan wakilnya Richard Nixon, Mei 1956

Pada April 1961, Soekarno juga pernah mengunjungi Presiden ke-35 John Fitzgerald Kennedy dan wakilnya Lyndon Baines Johnson yang kemudian menjadi Presiden ke-36 setelah Kennedy terbunuh.

Presiden RI Keempat KH Abdurrahman Wahid bertemu dengan Bill Clinton di Gedung Putih pada 12 Juni 2000.

Obama
Kini, Presiden ke-44, Barack Obama, akan mengunjungi Jakarta dan Bali dari 23 sampai 25 Maret ini. Isu terorisme dan pendekatan AS ke dunia muslim, tampaknya akan mendominasi pembicaraan Obama dengan Susilo Bambang Yudhoyono.

Direktur Komunikasi National Security Council (NSC) Ben Rhodes menyebut kunjungan ini akan memberi peluang pada Obama untuk terus menyegarkan idenya membina hubungan baik dengan dunia muslim seperti telah dijanjikannya pada pidato Juni 2009 di Kairo.

"Kami tengah berupaya memajukan dengan lebih khusus lagi kemitraan kita (dengan dunia muslim), demi memasilitasi upaya-upaya presiden dalam membangun awal baru dengan muslim seluruh dunia," kata Rhodes dalam laman Foreign Policy, 18 Maret.

Rhodes melanjutkan, pada 24 Maret, Obama dan Yudhoyono akan berbicara mengenai "kemitraan menyeluruh" (comprehensive partnership) antara kedua negara, dan perubahan iklim amat mungkin menjadi bahan pembicaraan khusus. Diperkirakan tidak banyak isu konkret lain yang dibicarakan, kata Rhodes.

"Saya kira yang terpenting bagi pemerintahan Obama adalah kunjungan ini terwujud dan mereka tak memiliki banyak hal untuk disampaikan," kata Mike Green, mantan petinggi NSC urusan Asia di era Presiden George Bush.

Indonesia berharap AS meningkatkan kerjasama militer antara kedua negara, namun menurut Mike Green, upaya itu menghadapi kendala dari Senator Patrick Leahy, Demokrat dari Vermont, yang selama ini menentang peningkatkan hubungan militer dengan Indonesia.(AR09/A038)

Oleh Jafar Sidik
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010