Mamuju (ANTARA News) - Sebagian besar warga Mamuju, ibukota Provinsi Sulawesi Barat, menunggu kemunculan "Supermoon" salah satu fenomena ketika bulan terlihat lebih besar dari biasanya akibat kedekatannya dengan bumi yang terjadi sekali dalam 18 tahun.

Warga Mamuju terlihat antusias menunggu munculnya "Supermoon" dengan mendatangi pusat-pusat keramaian, seperti di kawasan pantai Manakarra Mamuju.

Umumnya warga yang menunggu munculnya fenomena alam tersebut membawa kamera untuk mengabadikan gambar bulan yang menurut hasil peneliti akan berada dalam jarak terdekat dengan bumi atau berjarak 221.567 mil atau 356.578 kilometer.

Warga yang umumnya kaum remaja ini terlihat memadati kawasan pantai Manakarra sekaligus dimanfaatkan untuk menikmati malam Minggu.

Nasrun, salah seorang warga Binanga, Mamuju, mengatakan, dirinya mendapatkan informasi bahwa malam ini akan terjadi fenomena alam yakni "Supermoon" yang muncul sekali dalam 18 tahun.

"Saya juga penasaran bagaimana pantulan cahaya bulan lunar pergiee atau `Supermoon` karena sejumlah kalangan berpendapat bahwa bulan ini sangat terang karena dekat dengan bumi," paparnya.

Ia mengemukakan, meski cuaca kurang bersahabat akibat langit-langit kota Mamuju masih tertutup awan tebal, dirinya bersama rekannya tetap setia menuggu munculnya bulan.

"Ini peristiwa penting yang harus kita nikmati. Sayang jika munculnya bulan itu kita lewatkan begitu saja," tutur Nasrun yang juga mahasiswa dari Universitas Tomakaka.

Hal senada dikatakan, Ruslan, salah seorang warga Karema, Mamuju, mengatakan, dirinya mengetahui akan ada fenomena alam "Supermonn" ini dari temannya yang melayangkan pesan singkat SMS.

"Tadi ada teman yang SMS bahwa "Supermoon" akan muncul malam ini. Makanya, saya ajak teman untuk menunggu munculnya bulan tersebut," terangnya.

Ia mengatakan, dirinya belum pernah melihat fenomena alam seperti itu sejak ia lahir. Makanya, peristiwa penting itu tidak akan dilewatkan begitu saja.

"Saya akan tetap menunggu datangnya Supermoon ini meskipun cuaca tidak mendukung. Rugi rasanya jika fenomena alam itu kita lewatkan begitu saja," katanya. (ACO/A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011