Doha (ANTARA News) - Pemberontak Libya, yang mencari pengakuan internasional, akan menyampaikan keinginan mereka kepada negara-negara besar bahwa turunnya Muammar Gaddafi adalah satu-satunya cara untuk keluar dari krisis di Libya pada pertemuan di Doha pada Rabu.

Pada malam pertama pertemuan pertama dengan satu kelompok penghubung internasional, juru bicara pemberontak dari Dewan Peralihan Nasional (TNC) mengatakan pihaknya tidak akan menerima apapun kecuali perginya Gaddafi dari negara itu, sebagaimana dikutip dari AFP.

Mahmud Shammam, yang kelompoknya mencari pengakuan internasional sebagai pemerintah yang sah di Libya, juga menekankan, "Kami ingin beranjak dari pengakuan de facto atas TNC dalam legitimasi pengakuan internasional."

Pengakuan seperti itu akan melancarkan jalan bagi TNC untuk mendapatkan miliaran dolar AS di tengah pembekuan dana oleh Amerika Serikat dan Inggris dan memperoleh hak untuk mendapatkan kredit dengan bunga istimewa.

Sejauh ini, Prancis, Italia dan Qatar telah mengakui TNC --yang saat ini memerintah dari kota yang dikuasai pemberontak, Benghazi, kota terbesar kedua di Libya di bagian timur negeri itu.

Perwakilan TNC dicegah untuk mengikuti sesi pleno konferensi menteri internasional mengenai Libya di London pada 29 Maret meski mereka melangsungkan perundingan bilateral dengan beberapa negara besar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Bernard Valero meminta keikutsertaan TNC dalam pertemuan satu hari yang digelar di Qatar dengan Inggris juga menjadi tuan rumah bersama.

"Mereka tidak hanya ingin berada di sana, namun --dan hal ini harus dikonfirmasi kepada Qatar-- tidak seperti di London saat mereka hanya berada di sela-sela pertemuan, mereka akan tampil di hadapan kelompok penghubung," kata Valero.

Sementara delegasi TNC mempresentasikan keinginannya di Doha, perwakilan lain sudah mencapai negara-negara Eropa, menurut penghubung resmi media, Mustafa Gheriani.

Pada Selasa, pejabat TNC Mahmoud Jibril melangsungkan pembicaraan di Luxemburg dan menjadi kali pertama ke-27 negara Uni Eropa sebagai satu kelompok menerima dewan pemberontak yang berbasis di Benghazi tersebut.

Pertemuan dengan kelompok penghubung di Doha yang diatur saat konferensi itu dilangsungkan di London, bertujuan untuk mendorong dimensi politik dan diplomatik serangan udara NATO atas pasukan Gaddafi.

Prancis dan Inggris pada Selasa mengeluh bahwa mereka membawa beban misi pengeboman untuk membantu pemberontak melawan Gaddafi, yang memiliki pasukan yang lebih terlatih.

Pasukan loyalis Gaddafi menewaskan 10.000 orang saat bertempur di Libya dengan 20.000 orang hilang dan 30.000 orang lain terluka, seperempat di antaranya luka serius kata seorang pejabat pemberontak kepada wartawan di Luxemburg pada Selasa.
(*)
 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011