London (ANTARA News) - Harga minyak turun pada Selasa waktu setempat karena kekhawatiran baru krisis utang zona euro, disamping implikasi dari kematian pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden.

Minyak mentah "Brent North Sea" untuk pengiriman Juni turun 1,29 dolar AS menjadi 123,83 dolar AS per barel di akhir perdagangan London.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Juni, turun 90 sen menjadi 112,62 dolar AS per barel.

"Kedua kontrak minyak mentah Brent dan New York turun lebih rendah dalam koreksi, menyusul ketidakpastian kondisi ekonomi yang meningkatkan kekhawatiran baru tentang masalah utang negara zona euro, terutama untuk Yunani," kata analis Sucden, Myrto Sokou.

Harga mengalami fluktuasi liar pada Senin setelah berita akhir pekan kematian bin Laden.

Dalam sebuah pengumuman yang dramatis pada Minggu, Gedung Putih mengungkapkan bahwa pasukan AS telah membunuh pemimpin Al-Qaeda dalang di balik serangan 11 September 2001, di komplek rahasia di Pakistan.

Sebagai reaksi, minyak mentah New York telah merosot pada Senin di bawah 110 dolar AS per barel, namun dengan cepat berbalik arah ke puncak pada 114,83 dolar AS sebelum berkurang kembali.

"Pasar energi cukup volatile pada Senin setelah berita bahwa pasukan AS mengklaim membunuh Osama bin Laden," kata analis Sokou dikutip AFP.

"Harga minyak mentah pada awalnya turun hampir 4 dolar AS per barel tapi mudah rebound dan bersatu dengan minyak Brent naik di atas 126 dolar AS per barel, sementara minyak mentah WTI hampir menguji tingkat 115 dolar AS per barel daerah," tambahnya.

Investor juga memantau kerusuhan politik di produsen minyak dunia Arab, dan dampaknya pada pasokan minyak mentah.

Para pemberontak Libya yang mengendalikan timur negara itu Selasa mengatakan mereka tidak ada rencana untuk melanjutkan ekspor minyak yang signifikan karena prioritas mereka saat ini adalah memastikan instalasi minyak dibuat aman.

"Saya sedang menunggu penilaian atas seluruh instalasi minyak (dalam wilayah yang dikuasai pemberontak)," kata Ali Tarhoni, yang memegang portofolio perekonomian dan minyak dalam pemerintahan pemberontak.

"Prioritas utama adalah untuk melindungi instalasi, tidak menghasilkan," katanya kepada wartawan di ibukota pemberontak Benghazi.

Libya, salah satu negara pengekspor minyak mentah penting yang memproduksi sekitar 1,7 juta barel per hari (bph) sebelum pemberontakan terhadap orang kuat Moamer Kadhafi pecah di pertengahan Februari, telah melihat produksinya dipotong sejak pemberontakan dimulai.

(SYS/A026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011