Kupang (ANTARA News) - Federasi Organisasi Non Pemerintah (NGO) Indonesia menyatakan perang terhadap aksi teroris maupun tindakan-tindakan yang merusak ideologi bangsa, baik berlandaskan agama, kesukuan maupun kepentingan politik.

Tekad tersebut mengemuka saat NGO Indonesia menggagas berdirinya Akademi Bela Negara (ABN) di Jakarta, Kamis, seperti dikatakan Humas LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA), Frans Watu di Kupang, Kamis malam.

Ketua Umum Federasi NGO Indonesia HM Jusuf Rizal menegaskan segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan instabilitas dan menghancurkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa di bumi nusantara ini harus dilawan.

"LSM harus menjadi mata dan telinga dari upaya-upaya yang merongrong wibawa dan martabat bangsa," kata Jusuf Rizal yang juga Presiden LIRA itu dan meminta pemerintah terus menyoalisasikan nilai-nilai moral Pancasila, agar pemahaman berbangsa dan bernegara tidak kalah oleh doktrinasi yang berbau agama dan kesukuan.

Menurut salah satu kandidat Ketua Umum PSSI itu, saat ini telah terjadi krisis rasa memiliki terhadap bangsa serta krisis memahami ideologi Pancasila.

"Bilamana ini terus dibiarkan maka akan menyuburkan lahirnya ideologi baru dan ikut pula menyuburkan paham komunis yang sejak lama kita perangi," katanya menegaskan.

Dalam hubungan dengan itu, ia mengharapkan munculnya gerakan aksi teroris yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) harus dijadikan pelajaran bagi pemerintah guna membangun semangat kebangsaan atas dasar nilai-nilai Pancasila.

Jusuf Rizal menjelaskan lahirnya ABN Federasi NGO Indonesia itu merupakan salah satu sikap kritis dari LSM yang prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia ini, karena generasi muda mulai banyak yang tidak memahami ideologi Pancasila.

Menurut dia, rasa nasionalisme dan patriotisme akan makin luntur dan lambat laun akan berbahaya bagi kelangsungan berbangsa dan bernegara.

"Gerakan separatisme yang merongrong NKRI tentu akan makin subur. Karena itu, melalui ABN ini akan ditransformasikan nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila dengan mengacu pada pelajaran Panca Pengembangan Generasi Muda," katanya.


Jemput Bola

Panca Pengembangan Generasi Muda itu meliputi wawasan nusantara (Astragatra, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI), leadership development, patriotneurship (kewirausahaan yang berjiwa patriotik dan nasionalis), kesamaptaan (pembangunan jasmani dan rohani) dan ekaryaan (perubahan pola pikir kepada kekaryaan).

ABN akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Pemuda dan Olahraga, para gubernur, walikota/bupati, Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Lemhannas, Sekretariat Negara, Kementerian Sosial serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).

Program ini, menurut humas LIRA Frans Watu, menggunakan program jemput bola, yakni langsung turun ke sekolah, kampus, karang taruna maupun organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan.

Jusuf Rizal mengatakan kehadiran Federasi NGO Indonesia harus mampu memberi kontribusi positif bagi pembangunan di Tanah Air.

Ia menambahkan saat ini tercatat sekitar 100.000 LSM di Indonesia, namun secara administratif baru sekitar 10 persen yang terdaftar di Kementerian Dalam Negeri cq. Dirjen Kesbangpol.

Ia mengemukakan citra LSM di Indonesia di mata masyarakat dan pemerintah masih dianggap sebelah mata dan diterima dengan nada sinis dan negatif.

"Saya ingin LSM di Indonesia dikelola secara profesional, transparan dan visioner agar dapat dihargai masyarakat," katanya dan menambahkan Federasi NGO Indonesia akan menata manajemen LSM dengan baik, serta memberi sertifikasi agar berbagai aktivitas LSM dapat diketahui secara terbuka oleh masyarakat.

"Kita harus akui bahwa tidak sedikit LSM di Indonesia hanya menjadi alat untuk kepentingan kelompok dan golongan yang kontraproduktif bagi kemajuan bangsa. Ada yang menjadi alat intelijen bahkan menjual informasi keburukan bangsa Indonesia ke luar negeri," katanya Jusuf Rizal. (L003/S019/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011