Kairo (ANTARA News) - Para demonstran Mesir yang menuntut pengusiran Duta Besar Israel bentrok dengan polisi anti huru-hara di luar kedutaan negara Yahudi itu di Kairo pada Ahad, menyebabkan setidaknya 24 orang terluka.

Polisi, yang didukung oleh tentara, menembakkan puluhan tabung gas air mata kepada demonstran, yang merobek batu-batu di trotoar untuk dilemparkan dan membakar ban-ban.

Sedikitnya 24 orang cedera dalam bentrokan itu, menurut pelayanan kesehatan seperti dikutip oleh kantor berita resmi MENA.

Bentrokan sporadis berlanjut semalaman, dengan beberapa pengunjuk rasa mengatakan seorang polisi mencoba bernegosiasi dengan mereka untuk meninggalkan tempat tersebut, tetapi menegaskan bahwa mereka akan tetap tinggal di sana sampai duta besar Israel diusir.

Protes itu adalah salah satu dari serangkaian peringatan bertepatan dengan pembentukan negara Israel 63 tahun lalu, dalam apa yang sering disebut dalam bahasa Arab sebagai "Nakba" atau "bencana".

"Duta Besar Keluar!" teriak para pengunjuk rasa, sambil mengecam pendudukan Israel terhadap Tanah Palestina dan menuntut pembebasan semua tahanan Palestina.

Para pejabat keamanan mengelilingi jalan dengan gas air mata, yang membuat para pengunjuk rasa melarikan diri melalui asap putih tebal ke jalan-jalan di dekatnya, sebelum berkumpul kembali dan melempari polisi anti huru hara di sekitar gedung kedutaan dengan batu.

Mobil-mobil ambulan terlihat membawa pergi orang-orang yang pingsan.

Pengunjuk rasa juga membakar ban di dekat gedung Kedutaan Besar, yang pada bagian atas lantai bangunan menghadap ke Sungai Nil dan dilindungi oleh tentara serta polisi petugas, yang menyusun barikade mempersempit jalan menuju pintu masuk.

Protes hari Minggu, adalah ketiga dalam beberapa hari terakhir, terjadi beberapa jam setelah pejabat senior Kementerian pertahanan Israel Amos Gilad berada di Kairo untuk melakukan pembicaraan dengan

para pejabat Mesir, dalam kunjungan pertama oleh seorang pejabat tinggi dari negara Yahudi itu sejak pemberontakan rakyat yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak pada Februari, demikian AFP melaporkan. (AK/A023/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011