Sekarang, lagu yang diciptakan oleh penyanyi Indonesia kebanyakan sifatnya hanya mencari keuntungan semata padahal bila lirik lagu dipoles dengan memasukkan nilai-nilai budaya mungkin uang yang didapatkan tambah banyak, banyak altenatifnya.
Banda Aceh (ANTARA News) - Zico Sebastian Puteh vokalis grup band "Dirty Lettaz" asal Norwegia menilai perkembangan musik Indonesia sudah semakin maju namun lirik dalam lagu penyanyinya belum mencerminkan identitas budaya bangsa sendiri.

"Harusnya dalam sebuah lagu memiliki unsur budaya, adat dan sejarah negara atau daerahnya, sehingga melalui lagu bisa mencerminkan sebuah negara," kata penyanyi asal Aceh itu, di Banda Aceh, Jumat.

Dikatakannya, pesan yang disampaikan penyanyi melalui sebuah lagu akan lebih mudah dihafal ketimbang dengan cara lainnya. Karena itu, penyanyi Indonesia harus memasukkan identitas bangsanya.

Sekarang, lagu yang diciptakan oleh penyanyi Indonesia kebanyakan sifatnya hanya mencari keuntungan semata padahal bila lirik lagu dipoles dengan memasukkan nilai-nilai budaya mungkin uang yang didapatkan tambah banyak, banyak altenatifnya, saran Zico.

"Misalnya lagu era 70 dan 80-an, lirik lagunya enak sekali didengar, bahkan di dalamnya menceritakan nilai-nilai budaya Indonesia. Tapi sekarang, sakit telinga kita mendengar lagunya," kata Zico peminat lagu Indonesia era 70-an ini.

Pencipta lagu "This Is How We Do It" ini menambahkan, penyanyi Indonesia harus memiliki khas tersendiri dan tidak usah ikut-ikutan dengan gaya negara lain.

Dengan ciri khas berbeda akan membuat penyanyi Indonesia semakin memiliki jual tinggi, jelas mahasiswa Teknik Informasi (IT), Universitas Of Stravanger, Norwegia itu.

Zico menambahkan, potensi musik Indonesia sangat bagus apalagi sekarang banyak generasi muda yang sudah kompetitif bersaing untuk memperkenalkan diri ke publik.

Dia berharap agar pencipta lagu di Indonesia, harus memasukkan unsur-unsur yang bisa menceritakan negara karena dalam sebuah lagu menceritakan cara gaya berbicara, bernyanyi, budaya, berpakaian sebuah bangsa.

"Mudah-mudahan ke depan lagu-lagu Indonesia semakin dikenal di manca negara," kata Zico.

Zico, putra kelahiran Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, 25 tahun silam ini dibesarkan orang tuanya di Norwegia. Kini kesehariannya sibuk bernyanyi dan menciptakan lagu.

"Hingga sekarang, kami telah menciptakan lagu sebanyak 25 buah," katanya.

Menurut dia, selama ini lagu yang digarap bandnya banyak digemari kalangan muda/mudi di Norwegia. Band yang telah berdiri sejak enam tahun lalu telah berhasil menciptakan sejumlah lagu di antaranya, Angel versus Devil, This Is How We Do It, Please dan Styre.

Sejumlah lagu garapannya itu beraliran RAP atau Hiphop. "Segmen ini kami ambil karena yang menyukainya, tidak hanya kalangan muda tapi orang tua juga," kata Zico.

Grup band asal Norwegia tersebut rencananya akan tampil pada pembukaan International Folklore Festival (AIFF) di Taman Ratu Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, 23 Juli 2011. Pada penampilan nanti, ia akan berkalaborasi dengan sejumlah musisi Aceh.

(ANT-286)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011